Chapter 12 : Teman Baru atau Ancaman Baru ?

Mentari telah menyambut hangat kepulangan para makhluk kesayangannya yang telah lelah menjalani hari yang berat ini.

Tak terkecuali bagi sang gadis. Seperti biasa, ia berjalan di lingkungan sekolah seorang diri. Karena temannya telah pindah sekolah atas dasar mengikuti pekerjaan orang tuanya.

Cukup merepotkan untuk anak biasanya, namun tidak untuk gadis ini. Ia tidak peduli jika ia memiliki teman atau tidak. Karena baginya, sangat sulit untuk mencari teman yang benar-benar mau menemani saat suka maupun duka.

"Hai, kau pasti Kurosaki Neko kan?"

Suara ringan dari seorang gadis pun membuat gadis ini melihat sang lawan bicara yang menghadang jalannya untuk pulang. Ya, dihadapannya telah berdiri seorang gadis dengan tinggi semampai, bak model papan atas.

Serta tak lupa dengan aksesoris yang menghiasi rambut hingga telinganya membuat gadis itu sangat glamor, walaupun tetap memakai seragam sekolah yang sama dengannya.

"Iya, itu aku," jawab sang gadis singkat dengan tatapan biasa, tak tersirat kebencian ataupun pernyataan tidak suka sedikitpun.

"Namaku adalah Seraphina Alfonso, salam kenal. Wah... ternyata kau sangat manis. Bahkan lebih manis dari gosip yang beredar. Pantas saja, mereka berempat sampai repot-repot mengadakan pesta dansa dadakan," ucap Seraphina dengan riang, bahkan seperti tidak ada kesan iri sedikitpun.

"Terima kasih atas pujiannya," ucap sang gadis dengan ramah, serta terkesan tidak ingin membuat masalah baru lagi.

"Berhubung kita bertemu disini, bagaimana kalau kita berbelanja untuk keperluan pesta dansa lusa?" tawar Seraphina dengan anggunnya.

"Terima kasih, aku senang mendengarnya. Tapi maaf, aku tidak hadir dalam acara tersebut. Permisi," tolak sang gadis dengan sopan yang kemudian melangkahkan kakinya untuk menjauhi Seraphina.

Namun baru beberapa langkah berjalan, tangannya telah ditahan. "Kalau begitu, temani aku... kumohon," pinta Seraphina dengan nada amat memohon yang membuat sang gadis mempertimbangkan permintaannya itu.

"Ku janji, ku takkan memaksa ataupun memintamu untuk hadir. Tapi temani aku, ku tak punya teman untuk memeriksa apakah gaun yang akan ku pakai nantinya akan layak atau tidak," sambung Seraphina dengan nada lebih memohon dari sebelumnya.

"Tenanglah, Seraphina. Semua wanita cocok memakai gaun apapun, karena wanita memang pada dasarnya diciptakan untuk cantik. Baik cantik dari paras maupun hatinya," ucap sang gadis dengan lemah lembut.

Namun, ucapan itu tak membuat Seraphina bosan. Semakin gadis itu menasehatinya, maka ia semakin ingin memaksa sang gadis untuk menuruti keinginannya.

Helaan nafas ringan pun keluar dari bibir mungil sang gadis. "Baiklah, akan ku temani," ucapnya dengan penuh kesabaran.

"Ah! Terima kasih!!! Ayo!" ucap Seraphina dengan riang gembira yang kemudian menarik sang gadis begitu saja untuk memasuki mobilnya dan menuju suatu pusat perbelanjaan yang cukup megah serta mahal di negeri sakura ini.

Sesampainya disana, Seraphina langsung memilih gaun dengan berbagai motif dan merk. Tak lupa, terkadang ia pun meminta saran dari sang gadis untuk mengetahui apakah gaun itu cocok untuknya atau tidak.

Dan disela-sela kesibukan Seraphina, sang gadis pun turut melihat-lihat gaun yang menjadi pajangan hingga ia jatuh hati pada sebuah gaun dengan motif cukup simpel.

Sebuah gaun tanpa lengan dan kerah berwarna hitam polos, dengan bagian bawah bermotif kotak-kotak kecil yang merupakan perpaduan warna antara nila dan coklat. Tak lupa sebuah ikat pinggang kulit yang berukuran lumayan besar dengan warna senada bawahan serta kalung kecil turut andil dalam kemegahan gaun itu.

"Neko-san, bagaimana dengan gaun ini?"

Suara itu membuat sang gadis menghentikan aktivitasnya untuk memandang gaun itu dan berbalik pada sang lawan bicaranya yang mencoba gaun berwarna biru tua seperti yang biasa dipakai oleh para aktris Hollywood.

"Itu sangat cocok untukmu," puji sang gadis dengan senyuman setipis benang.

"Eh !? Benarkah!?" ucap Seraphina yang terkejut pada selera dari sang gadis.

"Iya, kau sangat cocok," ulang sang gadis.

"Baiklah, aku akan membeli ini. Terima kasih," ucap Seraphina yang kemudian mengurus gaunnya pada pelayan toko disana. Sementara sang gadis, ia tak berubah dari posisinya hingga Seraphina tiba untuk menemuinya dan mengajak pulang.

"Akan ku antar kau pulang sebagai rasa terima kasih," ucap Seraphina dengan riang.

"Terima kasih, tetapi ku bisa naik taksi sendiri," tolak sang gadis dengan halus.

"Tapi kan, ini sangat jauh dari sekolah," ucap Seraphina yang masih berusaha agar sang gadis mau menerima tumpangan yang ia berikan.

"Tenang, aku sudah biasa," ucap sang gadis yang kemudian menghentikan taksi yang kebetulan lewat.

"Neko-san...," panggil Seraphina yang membuat sang gadis menatapnya. "Sampai jumpa esok," ucap Seraphina dengan senyuman manis.

"Ya, sampai jumpa," balas sang gadis dengan senyum setipis benang. Kemudian dia pun masuk dalam taksi dan pergi begitu saja.

Disisi lain, empat pria populer itupun belum kembali dari sekolah itu. Bukan karena mereka cinta sekolah, hanya saja mereka menjadi sibuk untuk pengaturan pesta dansa yang diadakan secara dadakan itu.

"Dekorasi serta makanan telah dipesan. Berikutnya apa?" tanya Jun yang tampak kelelahan.

Tomoe pun mulai berpikir atau lebih tepatnya mengingat hal apa saja yang ada di pesta dansa. Karena pesta dansa ini bukanlah hal yang pertama untuknya.

"Soundsystem," ucap Tomoe dengan pose berpikir.

"Tetapi, kita pakai saja para pemain musik yang biasa tampil di acara tertentu," sela Ibara dengan tangan kanan yang memegang ponsel.

"Sama saja dengan soundsystem," ucap Jun yang kemudian kembali menghubungi pihak terkait.

Dan saat itu pula, Tomoe melirik Ibara yang tengah memperhatikan gerak-geriknya. Ya, saat ini Tomoe seperti diawasi secara tak langsung oleh manusia berbisa sekaligus rekannya satu ini. Sungguh menyebalkan.

"Ular takkan memilih siapa yang akan menjadi lawannya. Baik kuat maupun lemah, ia kan menyerang dengan senang hati," ucap Nagisa yang membuat Tomoe maupun Ibara menatapnya yang tengah asik memoles barang berharganya itu.

"Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi, aku pun akan bersikap biasa saja," ucap Tomoe dengan ringannya sembari berjalan menuju kursinya.

Dan tak lama kemudian, ponsel Tomoe pun berdering yang membuat dirinya harus meninggalkan ruangan dan menyisakan dua rekannya disana. Sementara Jun, ia sedang bernegosiasi dengan anak buahnya untuk mencari pengiring musik yang bagus.

"Tampaknya, perlahan-lahan ini akan berhasil," gumam Ibara sembari membenarkan kacamatanya yang tak bergeser sedikitpun.

Nagisa pun tampak tak ingin membahasnya sedikitpun, karena ia tak ingin sedikitpun ikut campur urusan tersebut. Bahkan jika boleh jujur, Nagisa pun terkadang tak mengetahui rencana Ibara secara mendetail.

Karena Ibara selalu menyembunyikan rencana itu dan memberikan hasil yang terbaik untuknya. Anggap saja, Nagisa telah sangat percaya padanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top