Chapter 10 : Kembali
Sang mentari telah ingin kembali ke peraduannya. Ia menyisakan rona orange pada langit dan awan yang membuat siapapun yang memandang menjadi takjub sekaligus ingat akan keluarga di rumah yang telah menanti mereka dengan perasaan khawatir.
"Terima kasih atas kerja samanya pada hari ini," ucap Hokuto dengan formal.
"Um um, tak perlu seserius itu. Kita masih bisa menikmati banyak hal di hari berikutnya," ucap Tomoe dengan riang.
"Senpai...," panggil Anzu yang membuat dua orang yang menjadi kakak kelas itupun menoleh padanya.
"Maksud ku, Neko-senpai. Terima kasih atas waktunya, semoga kita bisa bertemu dilain waktu," ucap Anzu dengan ringan. "Um, pasti," ucap sang gadis yang membuat suasana cukup hangat disana.
Namun, sayangnya suasana seperti ini tak berlangsung lama, karena stasiun telah mengumumkan jika kereta dengan tujuan dimana Reimei Academy berada pun akan tiba dalam waktu lima menit yang membuat mereka harus segera menunggu di tepi stasiun.
Tak lama kemudian, kereta pun tiba dan mereka pun melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan atas pengalaman yang telah dilakukan selama dua minggu ini.
Di kereta, mereka hanya saling mendiamkan dan sibuk dalam pemikirannya masing-masing. Terutama bagi sang gadis, ia tampak menikmati perjalanan sembari mengingat dua minggu yang penuh kenangan baik bagi dirinya yang membuatnya perlahan-lahan membuka diri pada lingkungan di sekitarnya.
"Gouf gouf.... Khe khe khe... Gouf!"
Suara gonggongan anjing kecil pun membuat sang gadis kembali pada kenyataan, dimana ia tidak sendiri di kereta ini. Sang gadis pun mengangkat anjing kecil itu dan menaruhnya dalam pangkuannya.
"Lama tak berjumpa, Bloody Mary," sapa sang gadis yang disambut dengan gonggongan kecil dari sang anjing kecil. "Menggemaskan," gumam sang gadis yang melihat tingkah lucu dari anjing tersebut.
Sementara Tomoe dan Jun, mereka duduk bersama dalam meja dan kursi yang berjarak sangat jauh dari sang gadis. Tampak sekali jika Jun memperhatikan sang gadis sedikit demi sedikit atau yang biasa disebut dengan mencuri pandang. Dan Tomoe pun, ia hanya duduk tenang bak raja yang telah duduk di singgasananya.
"Apa kau mengkhawatirkannya hingga mencuri pandang terus-menerus padanya, Jun-kun?" tanya Tomoe polos tanpa memandang sang lawan bicara.
"Aku selalu memperhatikan semua orang, Ohii-san. Termasuk gerak-gerik Ohii-san dalam bertindak," jawab Jun dengan penuh kehati-hatian agar ia tak salah bicara yang nantinya bisa menimbulkan perpecahan diantara mereka.
"Tapi, Ohii-san pasti tahu apa yang orang itu bicarakan mengenai Neko-san," sambung Jun yang kini mematri pandangannya pada sang gadis yang tengah asik bersama anjing kecil itu.
"Jun-kun terlalu berlebih-lebihan," ucap Tomoe layaknya seorang anak yang dituduh untuk mengakui kesalahannya.
"Tapi mau bagaimana pun, aku tetap tidak tahu apapun tentangnya. Tentang hal yang dia sembunyikan, walaupun aku mengetahui fisiknya," sambung Tomoe dengan keseriusan yang membuat Jun mengakui jika itu benar adanya. Bahkan Jun pun tidak mengetahui jika sang gadis tengah berusaha menyembunyikan sesuatu dari mereka.
Kini perjalanan yang penuh misteri sekaligus keheningan pun telah berakhir. Mereka telah sampai di tempat dimana mereka berasal. Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, merekapun keluar dari stasiun secara bersamaan.
"Neko-chan, biar ku antar," ucap Tomoe yang mencegah sang gadis berjalan seorang diri sambil menarik kopernya. "Tidak usah, terima kasih," tolak sang gadis dengan halus.
"Terimalah tawaran Ohii-san, Neko-san. Karena akan bahaya jika kau sampai rumah saat malam hari," ucap Jun.
Ya, sang gadis pun mulai menimang pernyataan dua temannya itu. Ia pun berpikir jika tak ada salahnya menumpang, karena waktu pun sudah hampir gelap.
Tetapi, ia juga bisa memesan taksi untuk pulang. Hanya saja akan merepotkan jika memakai taksi, karena harus memberi tahu arah kemana ia akan pergi. Lagipula ia membawa koper, bisa saja taksi tersebut melakukan hal yang tidak diinginkan.
Namun disisi lain, sang gadis sangat tidak ingin jika ada yang mengetahui lebih tentang dirinya. Katakan saja jika ia belum siap menerima hal baru dalam hidupnya.
"Neko-chan, jangan melamun seperti itu. Nanti kau bisa kerasukan lho," ucap Tomoe dengan nada khawatir.
"Maaf, tapi aku akan segera pulang. Sampai jumpa, Hiyori-sama, Jun-sama, dan Bloody Mary," ucap sang gadis yang kemudian meninggalkan dua pria dibelakangnya yang hanya bisa menatap kepergiannya.
"Buru-buru sekali ya," ucap Tomoe dengan nada polos, namun tak terdengar oleh sang lawan bicara.
Setelah sang gadis cukup lama pergi, Jun pun menghela nafas lelah. Ia semakin penasaran sekaligus ingin menyelidiki lebih tentang gadis itu, karena baginya ia sangat misterius.
Ya, jujur saja empat orang pria ini telah mengetahui siapa dan mengapa sang gadis berada di sekolah ini. Namun tetap saja, sikap sang gadis selalu mencurigakan dan menarik untuk diselidiki lebih lanjut.
"Mobil kita sudah sampai. Ayo, Jun-kun," ucap Tomoe yang tak digubris oleh rekannya.
"Jun-kun?" panggil Tomoe yang membuat rekannya terkejut dan melihat ke arahnya. "Ada apa?" tanya Tomoe yang bingung pada tingkah rekannya ini.
"Tidak ada apa-apa. Mungkin ku hanya kelelahan saja," ucap Jun yang kemudian mengikuti kemana Tomoe pergi. Sementara Tomoe, ia hanya memasang ekspresi bingung nan polos.
*****
Di asrama, Nagisa dan Ibara tengah menikmati teh yang ditemani dengan matahari yang akan kembali ke peraduannya. Namun yang menikmati pemandangan ini hanyalah Nagisa. Sedangkan Ibara, ia terlalu sibuk mengutak-atik ponselnya.
"Dapat...," gumam Ibara dengan senyum mengerikan. Nagisa yang mendengar Ibara seperti bergumam pun langsung melirik rekannya itu.
"Aku sudah mendapatkan informasi bagus. Bahkan lebih bagus dari sebelumnya. Ku jamin Nagisa menyukainya," ucap Ibara yang telah sadar jika Nagisa mendengar apa yang ia ucapkan sebelumnya.
Dan Nagisa pun hanya diam seperti biasa, bahkan ia pun sempat menunjukkan senyuman manis. Walaupun hanya singkat, senyuman itu mampu meluluhkan siapapun yang melihatnya.
"Akan kita lihat reaksinya segera."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top