The Last Promise
Author : Fujiwara Kurosei
Title : THE LAST PROMISE
Character : OC (Original Character)
Genre : Friendship, Romance
Inspirate : Talking To The Moon by Bruno Mars and My Immortal by Evanescence
Rate : T
Video : by youtube
.
.
.
.
.
At night when the stars light up my room
I sit by myself
Talking to the Moon
Try to get to You
In hopes you're on the other side
Talking to me too
Or Am I a fool
who sits alone
Talking to the moon
klik~
Mematikan lagu di handphone dan mulai beranjak dari meja kerja tuk menuju ke jendela besar di ruang kerjaku, Kutatap suasana indahnya malam yang sunyi namun berkilau. Bintang yang tak terlalu banyak namun kilauan lampu gedung-gedung bertingkat yang setia memamerkan keindahannya setiap malam menjadi pemandangan yang menarik tersendiri buatku.
Sejenak ku terdiam, pikiran itu muncul lagi. Pikiran akan kerinduanku terhadap seseorang. Ya, seseorang yang sudah lama tak kutemui. Aku tak tahu dimana dia. Gadis yang berhasil memikatku dengan pesona yang berbeda dari gadis lain. Ia bukan gadis manis yang manja, ia juga bukan gadis manis yang lembut. Ia kasar, menyebalkan dan selalu membuatku kesal jika memikirkannya. Namun, aku sadar ketika senyumannya di kala itu. Senyum tulusnya di saat ia menatap lautan bintang yang membentang luas di angkasa sambil bergumam sebuah lagu yang seakan menghipnotisku bagai lullaby pengantar tidurku. Aku terpana bahkan terpesona olehnya. Namun, semenjak peristiwa itu dia tak pernah muncul lagi. Hingga saat ini...
I'm feeling like I'm famous
The talk of the town
They say
I've gone mad
Yeah
I've gone mad
But they don't know what I know
Cause when the sun goes down
someone's talking back
Namun... aku masih berharap bisa bertemu dan berbicara lagi dengannya... selalu...
.
.
.
.
6th years ago~
"hah..."
Ku menghela nafas sejenak akan rutinitasku setiap pagi yang harus berjaga di depan gerbang masuk sekolah untuk memantau para siswa dan siswi yang datang telat. Terkadang aku berharap agar pelantikan calon ketua OSIS segera dilaksanakan. Rasanya lelah sekali diriku ini jika harus bangun kelewat pagi hanya untuk berjaga di depan gerbang sekolah.
"hahh~"
"ketua, kau tidak apa-apa? Ku lihat ketua melamum saja. Apa ada masalah ?" menatap sang ketua khawatir
"tidak... tidak ada ko."
"yasudah kalau begitu. Sekarang sudah waktunya masuk ketua. Gerbangnya juga sudah mau di tutup oleh pak satpam. Lebih baik kita segera ke kelas."
"iya, kau benar. Tapi, kau duluan saja aku mau mengecek bagian belakang sekolah dulu."
"baiklah, kalau begitu aku pergi ke kelas duluan ketua." Membungkuk kemudian beranjak pergi.
"ya..."
Akupun mulai melangkahkan kakiku ke bagian belakang sekolah. Rasa malas didiriku mulai menyeruak. Bosen... aku merasa rutinitasku ini benar-benar membosankan. Sambil memegang note kecil dan pulpen, aku berjalan menelusuri setiap sudut-sudut lingkungan sekolah yang biasanya dijadikan tempat persembunyian anak-anak yang telat. Mereka memanjat pagar dan bersembunyi di semak-semak. Aku sudah tahu itu, akal bulus para siswa dan siswi di sini.
Srek~ srek~
"suara apa itu ? aaa... pasti ada yang sedang memanjat dinding belakang. Aku harus cepat ke sana kalau begitu. Ketangkap kau anak nakal !!!" menyeringai sadis sambil segera berlari ke arah suara itu berasal.
Tap tap tap....
" HEI !!! KA---" mataku tiba-tiba saja terbelalak kagum melihat lompatan orang itu dari tingginya tembok menuju ke bawah.
Topinya yang melekat sesuai dengan wajahnya, matanya yang tajam dan focus, jaketnya yang berkibar dan tangannya yang memegang tas sekolahnya. What ?! tapi jangan salah sangka aku terpana melihat sosok seperti cowo itu. Dia itu justru terlihat seperti cewe. Lompatannya justru terlihat anggun dan...
BRUK !!!
"jiiirrr... sakit !!! salah perhitungan lompatan !!!" memegang bokongnya yang jatuh duluan.
"........................" dalam hati ku berpikir dia sama sekali tidak mengagumkan dan ternyata justru dia ceroboh.
Dengan sesegera mungkin aku langsung menghampiri orang itu dan memegang jaket belakangnya. Sebelum ia lari dan kabur. Terlebih lagi ia juga memakai celana olah raga di pagi ini. Padahal pelajaran olah raga di sekolah ini tidak ada di jam pertama. Orang ini sudah melanggar dua peraturan.
" hei kau !!! mau kemana hmm ???" menatap tajam sambil kutampilkan seringaian sadisku.
"he.. he.. he.." dia menatapku tajam dengan seringaian juga.
Slap ~ ia menampar tanganku yang memegang jaketnya.
"HEI !!! BERANI SEKALI KAU DENGAN KETUA OSIS !!!"
"YA ! JANGAN BERTERIAK DASAR BERISIK !!!"
"aa.. K-Kau !!!"ku menatap orang itu benar-benar shock.
" tck... dasar berisik"
Orang itupun berdiri dan membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Ku lihat dia sangat santai dengan wajah songongnya itu. Sesekali ia menatapku sambil berdecis meremehkan. Sial ! kenapa justru tubuhku jadi membatu seperti ini. Dia seperti wanita tapi... gayanya seperti pria. Dasar orang jadi- jadian. Diapun selesai membersihkan bajunya dan merapikannya. Aku pun segera melangkah lebih dekat untuk melihat namanya.
"Lin.....???" mataku mengernyit bingung.
"YA !!! MAU APA KAU !!!" Segera menutupi nama di bajunya
"hei !!! aku hanya ingin mencatat namamu. Karena kau sudah melanggar dua peraturan !!!"
"tidak akan ku biarkan kau mencatat namaku !!!"
Tanpa ku sadari orang itu segera berlari meninggalkanku. Lantas akupun segera mengejarnya. Tapi sial !!! larinya kencang sekali. Tanganku berkali-kali mencoba tuk mencapainya namun nihil. Aku mencoba terus sampai akhirnya tanganku mengenai topi yang ia kenakan dan... untuk kedua kalinya mataku dibuat terbelalak olehnya. Kini aku benar-benar terpana akan orang yang menyebalkan ini.
Saatku tarik topinya, rambut panjangnya tergerai indah dan berkibar mengikuti alunan angin di setiap langkahnya, sesekali ia menengok kearahku sambil menatapku seakan meremehkan, dia tersenyum licik...
"Tck.... Menyebalkan..." kini ku hanya terdiam membatu.
"lain kali kalau kita bertemu akan ku catat namamu dasar siswi nakal... jadi, namamu LIN... yaa~" ku tersenyum licik sambil menatap terus ke arah siswi itu yang berlari meninggalkanku sambil meremehkanku.
~ LIN POV~
"cihh... sial gue ketauan ketua OSIS. Untung gue bisa kabur. Hiii... jangan ampe gue ketemu lagi dah. Bisa-bisa ntar nilai sifat gue berkurang gara-gara tuh ketua OSIS." Aku berjalan cepat di dalam koridor sekolah dan segera menuju ke kamar mandi untuk berganti baju.
GREK~
Aku mulai masuk ke kamar mandi dan membuka salah satu pintu di dalam toilet. Ku buka perlahan celana olah ragaku dan segera ku ganti dengan rok. Setelah selesai berganti aku mulai bersiap-siap untuk keluar dari pintu toilet namun, saat ingin ku buka aku mendengar suara beberapa anak perempuan yang sedang berbincang di dalam kamar mandi. Akupun menghentikan diriku tuk membuka pintu toilet. Ku kembali duduk di closet sambil memegangi tasku. Aku tahu... bahkan aku sangat tahu apa yang akan mereka bicarakan.
SHUR~ suara air kran mengucur dari washtafle
"hei, aku muak dengan Lin."
"aku juga sama. Selalu saja dia yang dibanggakan di kelas. Hanya karena nilainya bagus."
"aku juga muak dengannya hanya karena wajahnya manis, akh... biasa aja sih maksudku. Yang jelas cantikan kita kemana-mana. Tapi, kenapa banyak anak cowok yang suka padanya coba. Apa banget."
"semua guru juga hanya memperhatikannya. Setiap ada soal pasti dia yang akan ditanya. Seakan dia orang yang paling bisa. Sedangkan kita seperti tak dianggap."
"aku setuju denganmu. Tapi, bagaimanapun juga kita harus bersikap baik padanya. Toh, kalau ada soal yang sulit kita bisa bertanya kepadanya."
"iya, kau benar.. dia pintar tapi bodoh. Masih saja tetap mengajari orang yang sudah berbuat jahat padanya."
"hei... hei !!! jadi kau menganggap kita itu jahat hah ?"
"bukan begitu... tapi toh, Lin memang menyebalkan. Aku muak melihat senyumnya. Cihh.. senyum yang selalu ia perlihatkan di saat mengajarkan kita."
"akh.. sudahlah, lebih baik kita kembali ke kelas."
"okay"
Srek~ suara kran ditutup
"hahh~.... Selalu.... Selalu seperti itu." Aku hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata itu di setiap pagi. Terkadang kuberpikir. Sebenarnya seberapa banyak orang yang membenciku ? padahal aku tak pernah merugikan mereka. Setiap mereka meminta bantuanku akan kubantu sebisaku. Inilah... inilah dampaknya jika kau menjadi orang baik. Kebaikanmu justru akan dibenci. Karena inilah bukan hanya teman namun aku tak percaya kepada semua orang. Mereka hanya bisa memanfaatkan seseorang. Tak ada yang namanya kesetiaan, tak ada namanya ketulusan dan tak ada namanya kebersamaan. Karena manusia itu semuanya pembohong.
Grab ~ aku menarik tasku semakin dalam ke dalam pelukanku.
Tes~ ai mata sialan ini mulai berjatuhan tanpa seizinku. Aku benci... aku benci mempunyai perasaan...
Setelah puas berdiam di dalam kamar mandi akupun segera keluar dari toilet dan menuju ke kelasku. Di saat ku masuk tak ada yang menyapaku. Ya, aku tahu mereka hanya baik terhadapku jika mereka membutuhkanku. Aku segera meuju ke tempat dudukku. Menaruh tasku dan mengeluarkan beberapa buku untuk pelajaran pertama.
~Normal POV~
Teng.. teng.. teng... waktu bel istirahatpun berbunyi dan semua siswa ataupun siswi segera pergi ke luar kelas untuk memebeli makan. Lin segera beranjak dari kursinya dan keluar kelas untuk menuju ke kantin juga. Kaki-kaki kecilnya melangkah di setiap koridor dengan headset yang setia bertengger di telinganya. Iapun terhanyut dalam lantunan lagu kesukaannya sambil sesekali ia mengikuti lirik lagu tersebut..
I'm so tired of being here
Aku sangat lelah berada di sini
Suppressed by all my childish fears
Tertekan oleh semua ketakutan kekanak-kanakkanku
And if you have to leave
Dan bila kau harus meninggalkanku
I wish that you would just leave
Kuharap kau hanya akan pergi
Your presence still lingers here
Kehadiranmu masih terbayang di sini
And it won't leave me alone
Dan itu takkan membuatku kesepian
Sedangkan di sisi lain sang ketua OSIS juga sedang berjalan menuju ke kantin untuk membeli makan. Tatapan sang ketua OSIS hanya terpaku pada jalanan yang ia tempuh. Tak pernah sedikitpun pandangannya teralihkan. Meskipun beberapa gadis terkadang meliriknya bahkan membisik-bisikan namanya. Namun, ia tidak tertarik sama sekali dengan keadaan di sekitarnya. Sampai di saat tikungan yang mengarah ke tangga untuk turun tak sengaja ia berpapasan dengan gadis tadi pagi yang menurutnya sangat songong. Mata mereka bertemu pandang dan terbelalak secara bersamaan. Linpun panik dan mulai khawatir. Dengan secepat kilat ia berbalik dan berlari kencang. Tak mau dibodohi untuk kedua kalinya sang ketua OSISpun segera mengejarnya tanpa ampun. Terjadilah aksi kejar-kejaran di koridor sekolah yang seharusnya di hukum jika melakukan hal tersebut.
Sesekali Lin menengok ke belakang untuk melihat apakah si ketua OSIS masih mengejar atau tidak. Dan ternyata tepat di lorong antara perpus dan ruang kosong sang ketua sudah tak mengejarnya. Ia pun merasa lega dan memacu larinya semakin kencang sambil tersenyum bangga. Namun, tanpa ia sadari ketika ia menengok kembali ke arah depan ternyata sang ketua ada di hadapannya. Di rasa tak bisa mengerem larinya akhirnya Lin pun bertabrakan dengan sang ketua OSIS.
BRUK~
"Arrgghh~ ehh... ko gak sakit ya ?" Lin mengerjap-ngerjapkan matanya.
"akh... ya kau memang gak sakit karena kau menindih tubuhku !!! cepat bangun !!!" sang ketua menatap Lin tajam
Di saat Lin akan bangun tak sengaja kedua mata mereka bertemu pandang dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Sesaat mereka terdiam sejenak sambil memandang satu sama lain. Mereka hanyut akan pesona manic mereka masing-masing. Sampai waktupun memotong aksi pandang memandang mereka.
Teng... teng... teng...
"........." mereka berdua mengerjap-ngerjapkan mata.
"aaa... JIIRRR UDAH MASUK DAN GUE BELUM BELI MAKAN !!! INI SEMUA SALAH LU KETUA OSIS !!!" Lin segera bangun dan menatap ketua OSIS sinis
"HEI !!! itu salah kau sendiri yang berlari tiba-tiba. Padahal aku hanya ingin menanyai nama lengkapmu dan kelasmu !!!" menatap sinis balik Lin.
"akh sudahlah... sudah tak ada waktu. Gue mau ke kelas. Bye !" Lin segera berlari meninggalkan sang ketua OSIS.
"cihh... sial..." mendengus kesal.
Mereka berduapun segera menuju ke kelas masing-masing dengan suasana hati yang kacau dan tak karuan.
=o=
Akhirnya waktupun tak terasa dan bel pulangpun telah berbunyi. Semua siswa dan siswi segera bergegas pulang. Sang ketua OSISpun juga segera bergegas namun, ia menutup ruang kerja OSIS terlebih dahulu sebelum beranjak pulang. Setelah mengunci ruang OSIS iapun segera bergegas untuk pulang. Di perjalanan pulang pikirannya kacau. Peristiwa tadi pagi dengan si gadis aneh itu terus saja terulang di kepalanya. Gondok dan kesal telah menjadi prioritas perasaan utamanya saat ini. Namun, dewi fortuna berkata lain. Kini nasibnya mempertemukannya lagi dengan gadis aneh itu. Ia melihat sang gadis keluar dari semak-semak dengan ekspresi takut. Iapun semakin bingung. Segeralah ia menghampiri sang gadis.
"hei kau yang di sana !"
Si objek yang merasa dipanggilpun menoleh. Dia menatap sang ketua kaget. Namun tak disangka ia justru berlari menghampiri sang ketua dan tiba-tiba saja menarik tangan sang ketua sambil mengajaknya berlari. Sang ketua mengernyitkan matanya bingung. Di saat ia akan bertanya sang gadispun bersuara.
"LARI YANG CEPET HOII !!! ADA ANJING LIAR YANG LAGI NGEJAR KITA !!!" menatap sang ketua
"WHAT ?! JADI KAU SEDANG DI KEJAR ANJING HAH !!!"
"IYAA..."
"ASTAGA... kalau begini aku bisa gila jika bertemu denganmu. Ada aja yang sial."
"WHAT APA KAU BILANG ?! MAU KU-" Sebelum perkataannya selesai tiba-tiba sang ketua berbalik memegang tangannya.
"sudahlah jangan ngoceh mulu lebih baik kita lari dengan cepat terus bersembunyi." Memegang erat sang gadis dan segera berlari kencang. Dengan anjing yang setia mengejar mereka.
GUK GUK GUK....
Melihat perilaku sang ketua. Lin pun mulai merasakan hal yang berbeda. Mengapa ia sedikit percaya dengan orang baru ini, padahal mereka baru saja bertemu. Itulah yang memenuhi pikirannya saat ini. Ia benar-benar bingung dengan perasaannya.
Akhirnya sampailah mereka di sebuah gang kecil. Dan ketika masuk ke dalam gang, sang ketua langsung mengambil batu yang ada di pinggir gang dan segera menakut-nakuti sang anjing dengan cara seperti ingin melemparnya dengan batu. Sang anjingpun takut dan segera pergi menjauhi mereka. Di saat anjing itu pergi mereka berdua langsung menghela napas secara bersamaan. Setelah itu heningpun menjadi suasana yang mendominasi. Sang ketua menatap Lin penuh tanya.
"Hei... bisa kau jelaskan mengapa kau di kejar anjing ?"
"hoo.. itu tak sengaja. Di saat aku ingin memberi makan kucing peliharaanku ternyata ada anjing liar. Alhasil aku malah di kejar."
"kucing peliharaan ? maksudnya ?"
"ya.. jadi aku punya kucing liar peliharaanku yang kusembunyikan di semak-semak dekat jalanan sekolah. Setiap pagi dan sore aku datang untuk memberi mereka makan."
"hoo gitu,, jadi... jangan-jangan setiap pagi kau telat karena memberi makan kucing itu dulu ?"
"hmm.. ya begitulah."
"kau memang aneh..."
"memang. Btw karena kau sudah membantuku maka akan ku beri tahu namaku dan silahkan kau catat. Namaku Sherlin dari kelas 3-B. Kalau begitu aku pergi dulu." Mulai melangkahkan kakinya
"tunggu, namaku Prasya . Panggil aja Rasya. Jangan ketua OSIS atau orang aneh." Menarik lengan lin
"okay."
"tapi, bolehkah aku ikut melihat kucingmu ?"
"........................" kedua mata lin terbelalak kaget mendengar pertanyaan dari Prasya.
"hei.. bolehkah ?" menatap Lin penasaran.
"ya.. kalau begitu mari ikut aku."
Merekapun akhirnya pergi menuju tempat kucing tersebut. Sesekali mereka mengobrol hal-hal aneh untuk mengusir kebosanan. Sampai akhirnya mereka sampai dan Lin segera memberi makan kucingnya. Tak mau tinggal diam Rasyapun ikut memberi makan. Saking terhanyutnya oleh suasanan tanpa mereka sadari. Senyuman mereka muncul satu sama lain.
Semenjak hari itu mereka menjadi akrab. Mereka sering memberi makan kucing bersama dan mulai berbincang layaknya teman. Acara memberi makan kucingpun menjadi rutinitas Prasya juga. Sampai suatu ketika di saat malam yang penuh bintang mereka berdua menatap indahnya langit dari bukit belakang sekolah mereka. Hening, sunyi dan nyaman menjadi susana pengiring di kala malam itu.
Lin menggunakan headsetnya sambil mendengarkan lagu kesukaannya sedangkan Rasya hanya menatap langit.
"hei Sya..."
"ya ?"
"apa kau mau mendengarkan lagu favoriteku juga ?" menatap Prasya
"tentu.." tersenyum sambil mengambil salah satu headset Lin.
" kau tau Sya... bintang itu sangat indah. Di kala ku sedang dalam mood yang buruk hatiku terasa terhibur jika melihat bintang."
"ya, kau benar Lin. Oiya Lin, maukah kau berteman denganku meski nanti kita sudah lulus ?"
".................." Lin tak merespon
"Lin ?" menatap Lin bingung.
"tentu Sya...." Lin pun tersenyum sangat manis dan tulus. Senyuman yang tak pernah Prasya lihat dan tak pernah ia dapatkan. Senyumnya yang begitu indah sampai membuat detak jantungnya tak karuan. Dan sepertinya malam ini adalah hari dimana ia sadar akan perasaannya. Di saksikan pula oleh ribuan bintang yang menyinari gemerlapnya malam. Saksi antara dua insan yang tak pernah menyadari perasaannya masing-masing selama ini.
Prasya tertegun tak berpaling ke manapun. Tujuan pandangannya hanya Lin yang sedang tersenyum sambil terkadang ikut menyanyikan lagu kesukaannya. Tak terasa Prasyapun ikut tersenyum. Melihat betapa damainya Lin tersenyum telah membuat kesenangan tersendiri untuk Prasya. Terlebih lagi ini adalah yang pertama kalinya untuknya melihat senyum tulus dari Lin.
Setelah hari itu, Prasyapun memutuskan untuk menyampaikan perasaannya kepada Lin. Di saat Prasya ke kelas Lin ternyata Lin tidak masuk ke sekolah. Akhirnya Prasya segera mengambil handphonenya untuk menelpon Lin.
Tut... tut... tut....
"ha-lo..." suara yang terdengar parau.
"Lin kau tidak apa-apa?"
"ya, Sya aku baik-baik saja."
PRANG~ tiba-tiba terdengar suara keras dari telepon di tempat Lin.
"Lin kau di mana ? itu suara apa ?"Rasya pun mulai khawatir.
"bukan apa-apa Sya. Aku baik-baik saja. Sudah ya.. bye."
"tunggu Lin aku akan ke rumahmu."
"Ja-jangan !!! jangan ke sini."
"pokonya aku ke sana !!! kamu tunggu aku!!!"
"tu-tu tunggu Sya---"
Tut.. tut.. tut...
Telponpun di putus secara sepihak oleh Prasya. Tak berpikir panjang lagi Prasya segera berlari ke rumah Lin karena rasa khawatirnya yang kini memuncak. Prasya terus berlari hingga ia tak sadar sudah berada di depan rumah Lin. Tak ambil pusing lagi Prasya langsung membuka gerbang rumah Lin dan mengetuk pintu rumahnya. Dari luar Prasya bisa mendengar seperti ada suara ribut-ribut dari dalam rumah Lin. Iya yakin benar itu seperti suara orang bertengkar. Mendengar itu membuat Prasya semakin khawatir. Ia semakin kencang mengetuk pintu rumah Lin. Tak lama setelah itu terbukalah pintu rumah Lin dan menampilkan sesosok yang ia tunggu-tunggu.
"Lin... kau tidak apa-apa ?" Prasya bertanya khawatir.
Lin tak menjawab, ia hanya menatap Prasya sayu dengan kedua matanya yang sembab seperti habis menangis.
"Lin..." Prasya mulai mendekat.
"puas kau !!! sudah ku bilang jangan datang !!! puas kau sekarang melihat keadaan keluargaku !!!" Lin mebentak Prasya sambil menangis.
"aku gak bermaksud seperti itu Lin. Kau tenang dulu."
"sudah.. pergi kau !!! aku tak mau melihatmu Sya!!!"
BRAK~ pintu rumah Linpun ditutup dengan keras.
"Lin tunggu !!! maafkan aku !!! aku hanya khawatir !!!"
=o=
~Prasya POV~
"hahh~"
Setelah hari itu Lin sudah tak pernah masuk ke sekolah. Aku benar-benar bingung. Aku tak tahu masalah yang sebenarnya. Nomor handphonenyapun sudah tak aktif lagi bahkan... telah di kabarkan bahwa Lin pindah rumah dan pindah sekolah. Sejak hari itu... semua karena hari itu.
Grek~
Akupun membuka lokerku yang sudah lama tak kubuka. Dan aku sangat terkejut di saat aku menemukan ada sebuah surat di dalam lokerku. Ku ambil surat itu dan ku bawa ke ruang OSIS. Setelah sampai di ruang OSIS aku langsung duduk di salah satu bangku sambil mengenakan headset dan menyetel lagu kesukaan Lin yaitu Evanecence - My Immortal. Setelah itu aku mulai membuka surat itu.
I'm so tired of being here
Aku sangat lelah berada di sini
Suppressed by all my childish fears
Tertekan oleh semua ketakutan kekanak-kanakkanku
And if you have to leave
Dan bila kau harus meninggalkanku
I wish that you would just leave
Kuharap kau hanya akan pergi
Your presence still lingers here
Kehadiranmu masih terbayang di sini
And it won't leave me alone
Dan itu takkan membuatku kesepian
These wounds won't seem to heal
To : Prasya
From : Sherlin
Hi ! Sya maafkan aku ya, atas peristiwa waktu itu. Di saat itu pikiranku sedang kacau. Jadi sikapku seperti itu. Sekali lagi aku minta maaf ya...Sya, mungkin aku akan pindah sesegera mungkin dan aku tak bisa bertemu dengamu lagi. Tapi Sya, sebelum itu aku mau memberitahumu semua yang aku rasakan.
Kau tahu Sya... aku tuh sebel banget denganmu. Kau itu menjengkelkan apalagi di saat kita bertemu. Tapi, anehnya aku justru merasa senang... wkwk.. dan aku senang jika melihat wajah kesalmu itu.
Oiya Sya... terima kasih ya kamu sudah mengisi hari-hariku.. terima kasih sudah mau berteman denganku. Aku sangat senang saat itu... dan sampai saat ini...
This pain is just too real
Penderitaan ini begitu nyata
There's just too much that time cannot erase
Terlalu banyak penderitaan, bahkan waktu pun tak dapat menghapus
When you cry I'd wipe away all of your tears
Saat kau menangis, kan kuhapus air matamu
When you scream I'd fight away all of your fears
Saat kau menjerit, kan kulawan ketakutanmu
And I held your hand through all of these years
Dan kan kugenggam tanganmu tuk lewati tahun demi tahun
But you still have all of me
Tapi kau masih miliki sepenuh diriku
You used to captivate me
Dulu kau memikatku
Sya, terima kasih juga karena kau telah mengajarkanku serta mengenalkanku akan sebuah ketulusan. Aku baru pertama kalinya merasakan ini. Jujur aku sangat berdebar-debar karena ini.
By your resonating light
Dengan cahaya resonansimu
Now I'm bound by the life you left behind
Kini aku terikat oleh kehidupan yang kau tinggalkan
Your face - it haunts My once pleasant dreams
Wajahmu, menghantui mimpi-mimpi indahku
Your voice - it chased away All the sanity in me
Suaramu, mengusir semua kewarasanku
These wounds won't seem to heal
Luka-luka ini tampak takkan sembuh
This pain is just too real
Penderitaan ini begitu nyata
Kau tahu Sya... aku bukanlah anak yang ceria sebetulnya. Hidupku penuh dengan kebohongan dan ketidaktulusan. Kau tahu, aku tak pernah percaya kepada siapapun. Menurutku semua hanya penuh dengan kedustaan, dan kepalsuan belaka. Aku tak pernah percaya yang namanya cinta atapun kasih sayang. Hidupku introvert dan menyendiri. Karena aku tak pernah percaya pada siapapun kecuali Tuhan. Aku juga tak percaya dengan kedua orang tuaku. Mereka bertengkar di depanku. Kau tahu, apa yang paling membuat hati seorang anak hancur ? itu adalah ketidak harmonisan. Kau tak perlu banyak harta untuk bahagia karena kebahagiaan tak bisa di beli dengan harta. Maka itu, aku sangat senang bisa bertemu denganmu...
This pain is just too real
Penderitaan ini begitu nyata
There's just too much that time cannot erase
Terlalu banyak penderitaan, bahkan waktu pun tak dapat menghapus
When you cry I'd wipe away all of your tears
Saat kau menangis, kan kuhapus air matamu
When you scream I'd fight away all of your fears
Saat kau menjerit, kan kulawan ketakutanmu
And I held your hand through all of these years
Dan kan kugenggam tanganmu tuk lewati tahun demi tahun
But you still have all of me
Tapi kau masih miliki sepenuh diriku
Kau mengajarkanku banyak hal... Terima kasih banyak Prasya... aku menyayangimu... selalu... selalu menyayangimu... ku harap suatu saat nanti kita bisa betemu kembali...
You used to captivate me
Dulu kau memikatku
By your resonating light
Dengan cahaya resonansimu
Now I'm bound by the life you left behind
Kini aku terikat oleh kehidupan yang kau tinggalkan
Your face - it haunts My once pleasant dreams
Wajahmu, menghantui mimpi-mimpi indahku
Your voice - it chased away All the sanity in me
Suaramu, mengusir semua kewarasanku
Tes~
Membaca itu membuat air mata yang tak diundang ini menetes begitu saja. Hatiku mulai merasakan hal yang tak biasa. Sakit... ya... rasa sakit yang tak pernah ku rasakan. Akan ku pegang janjimu selalu... janji pertemanan kita dan kita pasti bertemu... Sherlin...
=o=
~Normal Time~
"haahh~ mengingat itu membuatku sedih. Sudahlah lebih baik aku tidur. Besok masih harus pergi bekerja."
Akupun menutup jendela kamar di apartementku dan segera pergi menuju ke kasur. Tak lupa sebelum tidur aku mendengarkan lagu pengiring tidurku. Lagu Talking to the moon by Bruno Mars. Lagu yang sangat menggambarkan diriku. Mybe...
I know you're somewhere out there
Somewhere far away
I want you back
I want you back
My neighbours think I'm crazy
But they don't understand
You're all I have
You're all I have
Aku selalu merindukanmu Lin.....
At night when the stars light up my room
I sit by myself
Talking to the Moon
Try to get to You
In hopes you're on the other side
Talking to me too
Or Am I a fool
who sits alone
Talking to the moon
Mugkin ini akan terdengar gila... tapi aku selalu berbicara kepada bulan. Ku harap kau mendengarku Lin.....
I'm feeling like I'm famous
The talk of the town
They say
I've gone mad
Yeah
I've gone mad
But they don't know what I know
Cause when the sun goes down
Someone's talking back
Yeah
They're talking back
Tapi aku selalu percaya bahwa kau akan mendengar dan menjawabku Lin...
Do you ever hear me calling
Ho Hou Ho ho Hou
'Cause every night
I'm Talking to the Moon
Still try to get to You
In hopes you're on the other side
Talking to me too
Or Am I a fool
who sits alone
Talking to the moon
Ohoooo...
I know you're somewhere out there
Somewhere far away
Meski kita berdua jauh... tetapi kita selalu dekat Lin... karena hatiku hanya untukmu...
Selalu...
.
.
.
.
FIN
#hahh~ ini adalah cerita pertamaku yang menggunakan lirik lagu. Semoga readers suka. Kalau ada yang mau sequelnya comment ya.
Aku tunggu vote dan commentnya. Thanks..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top