Chapter 4: Ludlow Castle
Beberapa hari kemudian, Ciel mendapat pesan untuk mengunjungi istana Ludlow yang sedang dalam pembangunan. Entah kenapa pembangunan itu dihentikan karena ada rumor yang mengatakan kalau tempat itu berhantu. Untuk membuktikannya Ciel, Sebastian, Rexa dan Kirito (mereka berdua ikut karena Rexa memaksa) pergi ke istana tersebut.
“Wah istana ini besar juga ya.” Komentar Rexa menatap sekeliling.
“Tapi menghentikan proyek hanya karena takut hantu yang benar saja, hal seperti itukan tidak nyata.” Komentar Ciel yang berjalan disamping Rexa sementara Sebastian dan Kirito nampak diam saja sambil tersenyum, eh saya rasa yang tersenyum hanya Sebastian saja.
“Ada apa?.” Tanya Sebastian saat Ciel meliriknya dengan wajah sebal.
“Tidak ada apa-apa, cepat selesaikan ini lalu pulang.”
“Baik.”
Mereka masuk kedalam istana yang keadaannya gelap gulita, pandangan Rexa pun tertuju pada sebuah lukisan dua orang anak muda yang tergantung ditembok.
“Huh lukisan ini.” Komentar Rexa membuat para laki-laki itu ikut menatap pada lukisannya.
“Rasanya aku pernah melihatnya disuatu tempat.” Timpal Ciel.
Seketikah pintu tiba-tiba saja tertutup juga lilin di ruang samping Rexa menyala dengan sendirinya, tentunya hal ini membuat Rexa takut dan tanpa sadar sudah memeluk lengan Ciel.
“Li-lilinnya menyala sendiri.” Ucap Rexa ketakutan.
“Sepertinya ada seseorang disana.” Ucap Kirito dan segera saja mereka mendekati ruangan itu.
“Kalian, siapa yang memberi ijin untuk masuk?.” Ucap seseorang yang ternyata berasal dari pemuda bersurai pirang agak panjang.
“Sebastian kenapa ada orang lain selain kita disini?.” Tanya Ciel.
“Kasar sekali, aku Edward kelima, raja Inggris.” Ucap pemuda itu yang makin membuat Ciel bingung apalagi Rexa yang seingatnya sekarang kerajaan Inggris sedang diperintah oleh ratu Elizabeth II.
“Sebenarnya apa yang terjadi?.” Tanya Rexa setengah berbisik.
“Sepertinya lukisan itu asli, beritanya terdengar 400 tahun yang lalu Edward kelima yang akan mewarisi tahta dan adik laki-lakinya Richard dikurung di menara, lalu mereka dibunuh oleh keluarganya yang mengincar tahta kerajaan, mereka menghabiskan masa kecil mereka diistana ini.” Jawab Sebastian.
“Jahatnya, mereka pasti menderita.” Komentar Rexa menatap sendu pada pemuda itu.
“Ya tapi mau bagaimana lagi memang sudah seperti itu keadaannya, aku rasa yang dihadapan kita saat ini adalah arwa salah satu dari mereka.” Komentar Kirito.
“Hah walau hanya beberapa bulan dia tetaplah seorang raja, tidak ada pilihan lain.” Ucap Ciel mengerling kearah Sebastian dan memberinya tanda yang dijawab anggukan kepala olehnya.
“Saya mengerti.”
“Apa yang kalian bicarakan?.” Tanya Erdward.
“Tuanku Earl Ciel Phantomhive menghadap yang mulia.” Ucap Sebastian sambil sedikit membungkukkan tubuhnya sementara Ciel segera mendekat pada Edward lalu membungkukkan tubuhnya sebentar.
“Maaf atas ketidak sopanan kami, aku tidak menyadari kehadiran anda.” Ucap Ciel.
“Ne ne Kirito-san bukannya castil Ludlow itu dibuat pariwisata ya?.” Bisik Rexa pada Kirito yang sempat membuat Kirito bingung.
“A-ah mungkin sebaiknya anda bertanya pada Ciel bochan.” Jawab Kirito sedikit gugup, untungnya Rexa tak menanyakannya kembali.
“Baiklah akan aku maafkan, jarang sekali aku menerima tamu.” Ucap Edward.
“Walau tang mulia memanggil kami ‘tamu’ istana ini sudah menjadi milik perusahaanku sekarang.” Jawab Ciel.
“Jadi kamu ini penasehat baru?.”
“Tidak yang mulia, biar aku perjelas aku ingin yang mulia pergi dari istana ini.” Jawab Ciel menatap serius pada Edward yang sepertinya menampakkan wajah tidak suka.
“Apa kamu mengusir kami?, seorang raja dan adiknya yang sudah tinggal disini selama 400 tahun?.”
“Tentu saja anda akan mendapat ganti rugi, sudah jadi tugasku untuk memenuhi keinginan yang mulia, mari kita bicarakan perjanjian yang menguntungkan kedua pihak.” Ucap Ciel dan saat itulah Sebastian, Kirito maupun Rexa menatap keseorang anak laki-laki yang tengah bersembunyi di balik pintu sambil tersenyum pada mereka bertiga sambil membawa kepala tengkorak.
“Oh sepertinya adikku Richard menyukai ketiga pelayanmu.”
“Dua orang itu memang pelayanku tapi yang satu lagi adalah sepupuku, namanya Sebastian Mikaelish, Kirito Mikaelish dan Rexanne Phantomhive.” Ucap Ciel yang ditanggapi bungkukkan badan oleh mereka bertiga.
“Ne setiap hari pasti menyenangkan kalau punya pelayan, dan juga gadis itu cantik sekali, aku ingin bermain dengannya.” Ucap Richard berbicara pada tengkorak ditangannya yang membuat Rexa sempat merinding.
“Benar dan sepertinya mereka berdua bukan pelayan biasa, menarik sekali.” Ucap Edward.
Mereka pindah keruang lain dimana sudah ada papan catur dengan Edward dan Ciel sedang duduk berhadapan. Edward mengajukkan syarat jika dia menang maka salah satu dari kedua pelayan itu akan menjadi miliknnya begitu juga Rexa, tentunya dia sempat protes tapi berhasil ditenangkan oleh Kirito dengan mengatakan bahwa ini hanya untuk sementara saja. Mau tak mau dia menuruti permintaan Kirito, tapi kalau Ciel yang menang maka Ciel bebas melakukan apapun pada istana ini.
Rexa terus melihat permainan catur itu dengan harap-harap cemas, dia terus berdoa agar Ciel yang memenangkannya. Tapi pada akhirnya Edward yang menang walau ya dia sempat berlaku curang. Sebastian dan Rexa terpaksa harus tinggal di istana itu untuk sementara waktu sedangkan Ciel dan Kirito dianggap sebagai tamu.
“Ukh aku tidak suka pakaian ini Sebastian-san, ini benar-benar ketinggalan jaman.” Keluh Rexa begitu melihat pakaian yang dia kenakan dan pakaian ini cukup berat dari pakaiannya bahkan dia diharuskan menggunakan korset.
“Maaf ojouchan tapi ini perintah dari yang mulia.” Jawab Sebastian sambil menguncir rambut Rexa seperti biasa.
“Tapi aku tidak bisa bernafas, bisa kamu melonggarkannya?.”
“Maaf saya tidak bisa.” Jawab Sebastian membuat Rexa seketikah menggembungkan pipinya.
“Huh padahal aku sedang tidak bercosplay, aku heran Ratu Victoria bisa bertahan dengan pakaian seperti ini, beruntung aku hidup dijaman Ratu Elizabeth.” Keluh Rexa sambil duduk diranjangnya begitu Sebastian selesai dengan rambutnya dan sekarang mulai memakaikan sepatu Rexa.
“Ratu Elizabeth?.”
“Emm Ratu Elizabeth II kan ratu yang memerintah inggris sekarang, cicit dari Ratu Victoria.” Jawab Rexa dengan semangat, ah sepertinya Sebastian lupa kalau Rexa berasal dari masa depan.
“Begitu ya, nah sudah selesai, saya akan menyiapkan makan malam, kalau ada apa-apa ojouchan tinggal panggil saja.” Ucap Sebastian sambil tersenyum yang dijawab anggukan kepala oleh Rexa.
Menghela nafas Rexa memutuskan untuk berkeliling disekitar kamarnya, beruntung Erward mengijinkan dia untuk tidur dikamar tamu yang lumayan luas. Tapi dia masih penasaran karena setaunya Istana Ludlow hanyalah istana terbengkalai yang sekarang menjadi objek wisata dengan nuansa horor yang begitu kental, tapi istana ini sangat berbeda dengan yang dia bayangkan.
“Kakak sedang apa?.” Tanya Richard yang muncul dibalik pintu membuat Rexa sempat terkejut karena kemunculannya.
“Ri-Richard-sama tolong jangan mengagetkan saya.”
“Maaf habisnya kakak terlihat serius sekali.” Jawab Richard mendekat pada Rexa sambil tersenyum.
“Ahaha begitu kah?.”
“Apa yang sedang kakak pikirkan?.” Tanya Richard.
“Bukan apa-apa?, ne Richard-sama kelihatannya sangat suka dengan kepala tengkorak itu, apa itu istimewa?.” Tanya Rexa menatap pada kepala tengkorak yang dipegang Richard.
“Begitulah.”
“Tapi bukannya lebih enak kalau memegang boneka ya?.”
“Boneka, aku tidak pernah punya benda seperti itu.” Jawab Richard sambil memeluk kepala tengkorak itu, sementara Rexa nampak memikirkan sesuatu, seingatnya ibunya pernah mengajari dia membuat boneka.
“Bagaimana kalau aku membuatkannya untuk yang mulia?.” Tawar Rexa.
“Eh kakak bisa?.”
“Serahkan saja padaku, tapi aku butuh peralatannya, mungkin Kirito mau membantuku.”
Segera saja Rexa memanggil Kirito dan memintanya untuk mencarikan bahan-bahan boneka, tak sampai 10 menit Kirito kembali membawa kain, isian berupa kain perca (karena dakron masih belum ada disana) juga gunting, jarum serta benang. Rexa pun mulai membuat boneka dengan sangat teliti sambil mengajak ngobrol Richard, entah kenapa melihat Rexa yang serius dalam membuat sesuatu mengingatkan Kirito saat Rexa bekerja membuat pakaian, ekspresinya begitu natural bahkan beberapa kali Rexa selalu menyunggingkan senyuman saat pakaian yang dia buat sesuai dengan apa yang dia bayangkan.
“Sudah selesai.” Ucap Rexa menyerahkan boneka tedybear berwarna sama seperti surai Richard bahkan memakai pakaian yang sama juga beserta topinya.
“Wah ini bagus sekali kak, boleh aku memilikinya?.” Pinta Richard.
“Tentu boneka ini kan memang untuk anda.” Jawab Rexa sambil tersenyum.
“Tapi akan repot kalau aku membawa dua-duanya.” Ucap Richard dengan pandangan sendu.
“Iya juga, ah bagaimana kalau kepala tengkorak itu dimasukkan saja kedalam bonekanya, dengan begitu yang mulia bisa membawanya dengan mudah.” Usul Rexa.
“Ide yang bagus, tapi biarkan aku saja yang memasukkannya.” Pinta Richard yang dijawab anggukan kepala oleh Rexa.
Rexa segera membuka kembali kepala bagian belakang boneka, mengeluarkan sebagian dari kain perca yang ada didalamnya lalu Richard memasukan tengkorak itu pada kepala sang boneka sebelum kembali dijahit oleh Rexa.
“Terima kasih kak, ini hadiah terbaik yang aku terima.” Ucap Richard sambil memeluk bonekanya.
“Tidak masalah, asal yang mulia merasa senang.” Jawab Rexa tepat saat mereka mendengar suara cukup berisik dari bawah.
“Huh bunyi apa itu?.” Tanya Richard.
“Sepertinya makan malam sudah siap, sebaiknya kita kebawah.” Jawab Kirito.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top