Chapter 16: Night Story

Saat pertunjukan dimulai, aku bertugas membantu mereka dengan kostum maupun makeup. Walau ini cukup melelahkan tapi aku mengerjakannya dengan sebaik-baiknya, berbeda dengan Yuu yang sepertinya cukup kwalahan menerima order dari para pemain utama.

"Saa inilah yang kalian tunggu-tunggu, saatnya pembagian kamar." Ucap Joker menunjukan kertas yang ada ditangannya begitu acara selesai.

Terlihat sekali kalau Ciel dan Yuu cukup kelelahan membuatku sempat menyeringai.

"Aku tidak menyangkah kalau tubuhmu selema itu kek." Bisikku membuat perempatan langsung tercetak dikening Ciel.

"Diam, memangnya kau sendiri tidak lelah?."

"Tidak, aku sih sudah biasa, lagipula tugasku selama ini jauh lebih berat dari yang tadi." Jawabku enteng yang dibalas decihan oleh Ciel.

"Ck, terkadang aku berpikir lebih suka melihatmu ketikah amnesia daripada sekarang."

"Hee benarkah, jika aku masih amnesia kau tak akan bisa ngobrol bebas seperti ini denganku." Jawabku sambil memegang dagu Ciel masih menyeringai, ternyata wajahnya memerah.

"Be-berisik."

"Ehem kalian, aku ingin membagi kamarnya jadi dengarkan baik-baik, menurut lotre Smile satu tenda dengan Dress, dan kalian berdua kebagian tenda 8, lalu ini adalah teman sekamar kalian." Ucap Joker yang sempat membuatku terkejut karena aku satu kamar dengan Ciel juga dengan seorang pemuda (atau seorang gadis?) bersurai coklat yang poninya menutupi mata kanannya.

Pemuda itu sempat tersenyum kearahku dan Ciel yang aku balas dengan senyuman juga.

"Selanjutnya Black, Grey dan White ada di tenda 9, karena jumlah kalian yang ganjil jadi akan ada satu tenda yang diisi 4 orang." Lanjutnya.

"Eh Seba-Black, Gray dan White tidak bisa bersama dengan kami berdua?." Tanya Ciel.

"Emm sepertinya tidak."

"Hahaha Smile benar-benar nempel dengan mereka berempat ya, sekali-kali kau harus mandiri." Komentar Daggre.

"Bu-bukan seperti itu, ka-kami berlima harus-."

"Lalu teman sekamar kalian bertiga adalah Suit." Lanjut Joker tak memperdulikan perkataan Ciel.

Wah sepertinya ini menarik karena dua demon akan satu kamar dengan Shinigami, apalagi terlihat sekali kalau Sebastian tidak menyukai Will, karena aku bisa melihat kilatan listrik dari mata mereka berdua. Hee aku ingin melihatnya, sayang aku tidak satu kamar dengan mereka.

"Kalau begitu kalian bisa bubar dan mengakrabkan diri kalian." Ucap Joker meninggalkan kami semua bersama dengan Daggre.

"Hah sepertinya keputusannya tidak bisa di ganggu gugat, lebih baik kita ketenda saja Smile-kun, aku cukup lelah." Usulku sembari merenggangkan tubuhku.

"Ya aku setuju dengan Dress, ayo otou-san, White-kun, Suit-san." Ajak Kirito sempat mengelus suraiku sebentar (yang sempat mendapat tatapan tajam dariku), lalu pergi dari hadapan kami bertiga bersama dengan Yuu, Sebastian dan Will.

Sedangkan aku, Ciel serta gadis tadi juga pergi menuju tenda kami. Ya tenda kami lumayan kecil dan hanya tersedia 3 ranjang disana, satu ranjang yang bertingkat satunya lagi ada disampingnya.

"Hei bolehkan aku tidur diatas?." Tanpa sang gadis yang telah duduk di ranjang bagian atas.

"Silahkan, aku akan tidur di kasur yang ini, Smile-kun tidur di ranjang tingkat itu ya." Ucapku yang dijawab anggukan kepala oleh Ciel.

"Ah terima kasih, oh ya sebenarnya aku sejak tadi kepikiran kalian ini kembar identik ya, dan lagi bahasa kalian seperti bahasa kelas atas." Komentar sang gadis, ok aku akan memanggilnya Freckles karena dia punya bintik-bintik diwajahnya.

"Y-ya, aku bekerja di manor sejak aku kecil karena itu aku terbiasa menggunakan bahasa seperti itu." Jawab Ciel kali ini dengan senyuman pokerface di wajahnya.

"Hmm kalau aku, karena aku sering bertemu dengan para bangsawan yang ingin membuat pakaian jadinya aku meniru aksen mereka." Jawabku mengambil pakaian tidur di koperku.

"Begitu, oh ya kalian bisa bertanya padaku jika ada yang tidak kalian tau, aku sudah lama disini."

"Terima kasih." Ucapku tersenyum tipis padanya.

"Dan ambil benda ini sebagai tanda pertemanan dariku." Ucap pemuda itu menunjukan tiga permen lollipop pada kami berdua.

"Ini permen yang terkenal dari Funtom Company, mau rasa caramel, susu, atau strawberry?." Tawar pemuda itu.

Aku tau permen ini karena sesekali Sebastian memberiku permen saat dia mengunjungi pabrik. Ciel mengambil permen rasa caramel sedangkan aku mengambil permen rasa susu.

"Ini pertama kalinya aku memberi sesuatu pada orang lain, entah kenapa aku merasa senang, hei Smile, Dress, latihannya memang susah tapi kalian harus tetap berusaha, kalau berhasil tidak akan ada yang memarahimu nanti lalu kau bisa memakan kue dan permen semau kalian." Ucap pemuda itu yang sempat membuatku tertegun tapi digantikan sebuah senyuman tipis diwajahku.

"Lebih baik kalian istirahat, aku mau ganti pakaian dulu ya." Ucapku masuk dalam bilik kecil yang telah aku buat untuk berganti pakaian karena aku tidak mau merusak mata innocent mereka berdua jika aku berganti pakaian didepan mereka.

Setelah memakai dress putih yang merupakan gaun tidurku, aku mulai tiduran dikasur tapi aku sama sekali tidak bisa tidur. Banyak hal yang sedang aku pikirkan saat ini termasuk cara agar kami bisa kembali ke jaman kami serta apa yang akan kami lakukan saat sudah kembali. Aku yakin kalau paman tidak akan mengeluarkanku saat aku memberitaukan kondisiku padanya. Aku sudah memikirkannya saat Red memberitauku tentang kedatangan Angela.

Aku menitipkan surat pada Yoshimura-san sebelum aku berangkat ke Nagoya, surat itu berisi keterangan singkat jika sesuatu terjadi padaku yang artinya aku bisa kembali kapan saja ke JIDA. Tapi masalahnya sekarang aku sama sekali tidak tau apa yang harus kami lakukan?. Haruskah aku bertemu dengan Krul dan bekerja sama dengannya?, atau haruskah aku bertemu dengan Guren?.

*Normal Pov*

"Rexa kau tidak tidur?." Tanya Ciel membuat Rexa menoleh padanya yang saat ini sedang tiduran di kasur.

Untungnya cuma mereka berdua saja yang masih bangun karena Freckles sudah tidur sejak tadi.

"Aku sedang kepikiran sesuatu."

"Tentang kasus ini?"

"Bukan tentang hal lain, jujur saja aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, ini pertama kalinya aku merasa kebingungan." Jawab Rexa menghela nafas lalu menatap kearah Ciel.

"Kek boleh aku tidur disampingmu?" Pintanya.

"Berhentilah memanggilku kakek, lagipula kau punya kasur sendiri kan?." Jawab Ciel dengan perempatan diwajahnya.

"Aku mohon." Pinta Rexa memelas.

Ciel menatap Rexa sebentar sebelum menghela nafas dan menganggukan kepalanya. Segera saja Rexa bangkit dari kasur menuju kasur Ciel yang untungnya sih muat untuk dua orang mengingat postur tubuh mereka hampir sama.

"Hei boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Ciel.

"Tentu, apa itu?"

"Apa dimasa depan nanti kehidupanku akan tetap sama?, maksudku apa aku akan menikah atau Sebastian berhasil mengambil jiwaku?"

"Jika Sebastian-san berhasil mengambil jiwamu, aku tak akan ada disini sekarang, tenang saja kau akan menikah nanti."

"Dengan Elizabeth?"

"Tidak, kau tidak akan menikah dengannya." Jawab Rexa membuat Ciel memandangnya terkejut.

"Ke-kenapa?."

"Aku tak bisa mengatakan detailnya, tapi yang pasti ada masalah yang membuat kalian tidak bisa menikah, Elizabeth akan menikah dengan orang lain sedangkan kau akan menikah dengan seorang wanita cantik."

"Siapa?" Tanya Ciel penasaran.

Rexa hanya tersenyum sembari berbalik menghadapnya lalu menusuk-nusuk pipi Ciel dengan jarinya.

"Kenapa?, kakek penasaran seperti apa wajah nenek?" Tanya Rexa sambil menyeringai.

"Ck, sudah jelaskan saja." Perintahnya kesal.

"Hehehe sudah kubilang kalau aku tak bisa menceritakan secara detail, tapi aku akan memberikan clue, dia wanita yang sangat cantik, riang dan memiliki sikap keibuan, walau begitu dia wanita yang kuat karena dia merupakan anak dari panglima perang yang terkenal dengan keahlian pedangnya di Jepang, dan ya dia bisa bermain pedang terutama Katana dengan sangat lihai seperti ayahnya."

"Sebentar-sebentar, maksudmu dia tidak berasal dari Inggris?."

"Tidak, dia berasal dari Jepang, nanti kalian akan bertemu kok dan pastikan kau menikahinya agar aku bisa lahir didunia, kalau tidak aku akan menghantuimu selamanya." Ancam Rexa menatap tajam padanya yang hanya ditanggapi tatapan bosan dari Ciel.

"Hah terserah kau saja, lalu 'Ciel' yang ada dipedangmu itu demon kan?, bagaimana bisa aku menjadi demon?"

"Kalau itu aku sendiri juga tidak tau, 'Ciel' tidak pernah menceritakannya padaku."

"Begitu ya, sepertinya semakin lama semakin rumit." Komentar Ciel sweetdrop.

"Tidak juga, kau hanya perlu menjalaninya kan."

"Iya sih, lalu apa yang kau pikirkan sejak tadi?" Tanya Ciel mengangkat sebelah alisnya.

"Kau tidak perlu tau kek, soalnya aku yakin kalau kau tak akan mengerti." Ledek Rexa.

"Oi."

"Lagipula ini masalahku dan harus aku sendiri yang menyelesaikannya." Lanjutnya menatap serius kearah langit-langit.

"Aku mengerti, memang kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai, walau itu harus mengorbankan orang-orang disekitar." Komentar Ciel ikut menatap langit-langit.

"Karena mereka hanya bidak catur." Timpal Rexa.

"Untuk mencapai sebuah tujuan." Ucap Ciel.

"Sudah kuduga kalau kakek akan bicara seperti itu, tapi aku berbeda dengan kakek, aku ingin mempertahankan bidak caturku." Jawabku tersenyum tipis.

"Kenapa?, apa kau mulai melemah?" Tanya Ciel sambil menyeringai.

"Aku?, tidak mungkin, aku mempertahankannya karena ada kalanya kita harus mempertahankan apa yang sudah kita punya sebelum penyesalan datang, karena bisa jadi jawaban yang sesungguhnya ada pada para bidak catur, mereka yang akan menolong kita dari keterpurukan saat kita sedang melemah, dan tanpa mereka aku tak mungkin bisa menjadi seperti ini." Jelas Rexa membuat Ciel sempat terkejut melihat betapa dewasanya sikap Rexa padahal mereka hampir seumuran.

"Tapi setelah melihat hal ini aku rasa ada sesuatu pada diri Rexa ojouchan hingga membuat Kirito tertarik padanya, sesuatu yang mungkin tidak dimiliki oleh bochan." Seketikah ucapan Sebastian saat itu melintas dipikirannya, mungkin ini yang dimaksud Sebastian tentang sesuatu yang dimiliki Rexa tapi tidak dimiliki olehnya.

Rexa bisa berpikir dewasa juga mengambil langkah-langkah tepat sebelum bertindak. Dia punya sesuatu yang membuat orang lain mempercayainya dan merelahkan apapun tanpa perlu dipaksa. Setiap perkataan Rexa seolah mempunyai sihir tersendiri, bahkan untuk sesaat Ciel terpengaruh dengan semua perkataannya.

"Begitu ya, sekarang aku mengerti kenapa mereka bertiga begitu tertarik denganmu, aku tak menyangkah walau umurmu masih muda tapi kau bisa berpikir dewasa, sepertinya aku tidak menyesal punya keturunan sepertimu." Ucap Ciel tersenyum tulus pada Rexa.

"Aku merasa tersanjung mendapat pujian langsung dari kakek."

"Dan bisakah kau berhenti memanggilku kakek."

"Iya-iya, hoam...bisakah kita tidur?, sepertinya aku mulai mengantuk."

"Sebaiknya kita memang harus tidur, selamat ma-." Ucap Ciel terputus karena tiba-tiba saja Rexa memeluknya, membuat dia sempat gelagapan dengan wajah memerah.

"Tu-a-apa yang kau lakukan?."

"Memelukmu tidak apa-apa kan?, lagipula dari dulu aku ingin sekali memeluk kakek." Jawab Rexa mulai memejamkan matanya.

Ciel kembali menghela nafas, walau nampak ragu dia membalas pelukan Rexa yang memang terasa hangat. Bahkan dia bisa mencium aroma manis dari tubuh Rexa seperti permen. Mengulas senyuman, Ciel mencium kening Rexa sebelum berucap.

"Selamat tidur."

.

NB from Author: Spesial chapter untuk para shiper Ciel x Rexa :v, juga selamat hari valentine bagi para jomblo di seluruh dunia... ;)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top