Chapter 1: Where Are We?

Cerita Sebelumnya...

"Tepat seperti yang aku perkirakan."

"I-ini apa?."

"Cinematic Record, kita harus menghentikannya sekarang sebelum ojouchan mati."

"Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti ojouchan."

"Benarkah?, tapi aku sudah melakukannya."

"Tidak, apa yang kamu lakukan, aku baru saja ingin mensucikannya."

"Huh aku tidak akan pernah percaya pada makhluk sepertimu, kamu akan mati sekarang."

"Hahahaha aku yakin kamu tidak akan mau membunuhku."

"Ojouchan."

"Rexa/Rechan."

"Kamu tau dia bisa menjadi gadis yang bahagia."

"Lepaskan dia Angela."

"Baiklah aku akan melepaskannya, tapi tidak ditempat ini."

"Saa sekarang apa kamu bisa menyelamatkan ojouchan berhargamu itu iblis."

"Kita harus menyelamatkan ojouchan."

"Tunggu Red biarkan aku yang menolong ojouchan, kamu tetap laksanakan rencana semula."

"Tapi-."

"Tidak ada tapi-tapian, ini urusanku dengan Angela, dan lagi aku adalah butler pribadi ojouchan."

"Aku mengerti."

"Kalau begitu ijinkan kami untuk membantu."

"Baiklah kalau begitu, tapi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu pada kalian."

.

"Apa...apa yang kamu lakukan?."

"Manusia sepertimu benar-benar menyedihkan."

"Cepat serang dia."

"Kita pergi sekarang Red-san?, bagaimana dengan ojouchan?."

"Tenang saja, ada Kirito-san disana jadi kalian tidak usah khawatir, kalian juga sebaiknya ikut dengan kami."

"Ikut dengan kalian?."

"Ya, ojouchan menyuruhku untuk menjaga kalian selama dia tidak ada, tenang saja mereka tidak akan berhasil melacak keberadaan kita."

.

DISCLAIMER:

OWARI NO SERAPH © KAGAMI TAYAKA

KUROSHITSUJI © TOBOSO YANA

SWORD ART ONLINE © KAWAHARA REI

THE LAST PHANTOMHIVE 3 (KUROSHITSUJI CROSSOVER) © SHERRYSAKURA99

.

WARNING: OC, OOC (mungkin), alur mengikuti jalan cerita Kuroshitsuji dengan beberapa tambahan dari saya, jika ada yang kurang mengerti jalan ceritanya atau banyak kesalahan Typo mohon di maklumi.

Genre: Friendship, Romance, Hurt/Comfort, Demon, Vampire, Harem.

.

Keterangan: "berbicara"

'dalam hati'

"bahasa inggris/flashback"

"berbicara dalam telepon atau alat elektronik lainnya"

"Sebastian/Ciel (demon ver) bicara"

.

Malam itu menjadi malam yang dingin di London, tak ada yang keluar rumah karena diluar hujan tengah mengguyur kota itu dengan sangat lebat. Begitu juga rumah seorang bangsawan yang dijuluki sebagai queen guard dogs, dikenal karena kebengisannya melawan para penjahat tanpa tau bahwa yang diberi julukan adalah seorang anak berumur sekitar 14-15th bernama Ciel Phantomhive.

Tiba-tiba saja muncul portal hitam didepan mansion keluarga Phantomhive, dan dari portal itu keluarlah 4 orang yang langsung jatuh masuk kedalam kolam air mancur didepan mansion. Empat orang itu adalah Kirito, Rexa, Yuu juga Mika. Kirito yang pertama kali menyadari kalau mereka jatuh kedalam air langsung keluar dari dalam air lalu menatap sekeliling, bersyukur Rexa berada didekatnya tapi gara-gara darah yang mengalir ditubuhnya air itu berubah menjadi merah. Segera dia membawa Rexa keluar dari dalam kolam dan mendapati Mika menggendong Yuu yang tengah pingsan keluar kolam.

"Kamu gak apa-apa Mika-kun?." Tanya Kirito begitu Mika meletakan Yuu ditanah menyender pada pohon dibelakangnya sementara dirinya duduk disampingnya dengan nafas terengah-engah.

"Ya aku gak apa-apa Kirito-san, hanya butuh bernafas sebentar."

"Syukurlah."

"Rechan sendiri bagaimana?."

"Dia terluka lumayan parah, harus segera diobati sebelum dia kehabisan darah."

"Mungkin sebaiknya kita membawanya kemansion itu, siapa tau ada seseorang disana." Usul Mika menunjuk kearah mansion tak jauh dari mereka.

"Kamu benar, tunggu disini sebentar ya." Ucap Kirito mendekat kearah masion, entah kenapa dia merasa familiar dengan mansion ini.

"Bukannya ini mansion keluarga Phantomhive?." Tanya bayangan Ciel yang entah sejak kapan sudah melayang disamping Kirito.

"Ya, tapi ini versi lama, maksudku versi yang ada di London sebelum terbakar." Timpal Sebastian menatap sekeliling membuat Kirito menaikkan sebelah alisnya.

'Rumah keluarga Phantomhive versi London?, tapi bukannya itu sudah diubah menjadi pabrik ya?.' Batin Kirito mengetuk pintu mansion.

Begitu pintu terbuka, muncul seorang pria berpakaian serbah hitam dengan surai yang juga hitam serta iris merah darah membawa lilin ditangannya. Tentunya hal itu membuat Kirito terkejut karena yang dihadapannya saat ini adalah mendiang ayahnya aka Sebastian Michaelis, tapi bukannya ayahnya sudah meninggal?.

Sedangkan Sebastian sendiri sedikit menyergit mendapati seorang demon berdiri didepannya, membawa seseorang digendongannya yang wajahnya tertutup dengan jubah hitam yang dia kenakan, entah kenapa dia merasa familiar dengan pemuda itu.

"Ya ada yang bisa aku bantu?." Tanya Sebastian sambil tersenyum mencoba menghilangkan kebingungannya saat ini.

"Ano bisa kamu menolongku, ojouchan terluka cukup parah dan ada dua temanku disana yang satunya sedang pingsan, bisakah kami menginap untuk sementara waktu?." Pinta Kirito menatap Sebastian dengan penuh harap, sementara Sebastian sendiri tak bisa menolak permintaan Kirito tapi disisi lain dia bukan pemilik rumah ini jadi tak bisa membiarkan seseorang masuk seenaknya begitu saja.

"Itu-."

"Ada apa Sebastian?." Tanya sebuah suara dibelakangnya membuat Sebastian dan Kirito langsung menoleh kearah seorang anak laki-laki bersurai dark blue dengan iris biru serta eye path dimata kanannya menatap terkejut kearah Kirito begitu juga sebaliknya.

Kini Kirito benar-benar kebingungan, apa yang sebenarnya terjadi?, kenapa kakek dari Rexa masih hidup?, sebenarnya mereka dikirim kemana oleh Angela?.

"Bochan, pemuda ini mengatakan kalau ojouchan-nya sedang terluka parah dan meminta agar mereka bisa tinggal untuk sementara waktu bersama temannya yang lain." Jawab Sebastian.

"Baiklah kalau begitu, kamu bisa tinggal disini, dimana temanmu yang lain?."

"Mereka masih ada didekat air mancur."

"Sebastian tolong panggil teman-teman pemuda ini dan kamu ikut denganku, aku akan menunjukan kamarnya." Perintah Ciel yang dijawab "baik" oleh Sebastian sementara Kirito mengikuti Ciel masuk kedalam mansion.

"Oh ya siapa namamu?, dan darimana kalian?."

"Namaku Kirito, sedangkan yang ada digendonganku namanya Rexanne, lalu dua temanku yang lain, yang bersurai hitam bernama Yuuichiro sedangkan yang bersurai pirang bernama Mikaela, kami berasal dari Jepang." Jawab Kirito begitu Ciel membuka pintu kamar tamu.

"Jepang?, jauh sekali, lalu sedang apa kalian disini?."

"Kami tidak tau, tiba-tiba saja kami sudah ada disini." Jawab Kirito membaringkan tubuh Rexa diatas kasur. Ciel bisa melihat tubuh Rexa yang sudah penuh darah terutama pada bagian dadanya.

"Lukanya cukup parah, apa perlu aku memanggil dokter?."

"Tapi dokter tak akan mau kemari disaat hujan seperti ini."

"Kamu benar."

"Tenang saja biar aku yang mengurusnya, aku hanya butuh obat merah, perban dan gaun tidur untuk ojouchan."

"Baiklah kalau begitu, Sebastian." Panggil Ciel dan segera saja Sebastian yang baru saja datang mendekat kearah Ciel.

"Ya bochan?."

"Kamu sudah menunjukan dimana kamar teman Kirito?."

"Sudah."

"Kalau begitu segera ambilkan perban, obat merah juga gaun untuk gadis ini, lalu pakaian ganti untuk Kirito."

"Baik."

Langsung saja Sebastian pergi dari hadapan mereka, sedangkan Ciel mendekat kearah Rexa. Entah ini hanya perasaan Ciel saja atau dia merasa ada sesuatu pada Rexa, rasanya dia seperti mengenal Rexa.

"Bochan aku sudah membawanya." Ucap Sebastian yang sudah kembali dengan membawa kotak P3K dan gaun tidur putih untuk Rexa juga pakaian ganti untuk Kirito lalu menyerahkannya pada Kirito.

"Apa kamu butuh bantuan?, Sebastian bisa membantumu-."

"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri dan aku sangat berterima kasih karena sudah diperbolehkan untuk tinggal disini, oh ya bisakah kalian keluar sebentar, soalnya aku ingin mengganti pakaian ojouchan." Pinta Kirito yang seketikah membuat wajah Ciel memerah dan menjawab dengan anggukan kepala.

Setelah Ciel dan Sebastian pergi, Kirito mengganti pakaian Rexa setelah sebelumnya memberi perban pada tubuhnya yang terluka, dia hanya bisa berharap Rexa akan baik-baik saja. Tapi satu hal pasti yang dia ketahui sekarang.

'Sepertinya Angela membawa kita pergi kemasa lalu, sial andai aku bisa mengalahkannya waktu itu.' Batin Kirito dengan wajah kesal, dia menyesal karena tak bisa melindungi Rexa.

'Aku sudah gagal menjadi pelindungnya, kira-kira apa ya komentar otou-sama dan okaa-sama saat melihatku seperti ini.' Lanjutnya tersenyum getir sambil menggenggam tangan Rexa yang tengah tertidur, sampai suara ketukan terdengar dari arah pintu masuk.

"Masuk saja pintunya tidak dikunci." Jawab Kirito dan saat pintu di buka, terlihat Sebastian disana mendekat kearah Kirito setelah menutup pintunya.

"Aku hanya ingin tau apa gadis itu baik-baik saja."

"Ya pendarahannya sudah berhenti, aku bersyukur ojouchan masih hidup." Jawab Kirito sambil mengelus surai Rexa.

"Begitu ya." Sebastian memandang kearah Rexa yang tengah tertidur dan terkejut mendapati wajah Rexa yang begitu mirip dengan Ciel, mungkin bisa dikatakan ini versi cewek dari bochannya, dan lagi aromanya hampir sama seperti Ciel bahkan jauh lebih manis.

"Kamu, sebenarnya kamu siapa?." Tanya Sebastian menatap tajam pada Kirito.

Dia menimang-nimang apa harus menceritakannya atau tidak, tapi kalau dia tak mengatakan yang sejujurnya bisa-bisa mereka ditendang keluar dari mansion ini. Menghela nafas Kirito berjalan kearah sebuah kursi dan meletakannya dibelakang Sebastian menyuruhnya untuk duduk disana, setelah Sebastian duduk berhadapan dengan Kirito, dia mulai menceritakan kebenarannya pada Sebastian.

"Sebenarnya kami tidak berasal dari sini."

"Bochan mengatakan kalau kalian dari Jepang."

"Memang tapi bukan dijaman ini." Jawab Kirito membuat Sebastian kembali menyergit.

"Apa maksudnya bukan dari jaman ini?."

"Kami datang dari tahun 2021."

"2021?, tapi bagaimana caranya kalian kemari?."

"Ceritanya sangat panjang, hmm mungkin begini saja." Kirito mengulurkan tangannya menyetuh pipi Sebastian lalu memejamkan matanya, mengirimkan beberapa potong ingatan Kirito pada Sebastian.

Sekarang Sebastian melihat apa saja yang ada di ingatan Kirito, mulai dari para manusia yang mendadak mati karena sebuah virus, menyelamatkan Rexa, berperang dengan para vampire, Owari No Seraph sampai alasan kenapa mereka bisa datang kemari. Dan yang membuatnya terkejut, bahwa Kirito adalah anaknya dimasa depan juga Rexa yang merupakan keturunan satu-satunya keluarga Phantomhive.

"Ka-kamu?."

"Ya, long time no see father." Jawab Kirito sambil tersenyum, sekarang dia mengerti perasaan aneh yang sejak tadi dia rasakan saat bertemu Kirito karena Kirito merupakan anaknya dimasa depan.

"Pantas aku merasakan energiku ada pada dirimu, aku tak menyangkah kalau kamu anakku, ahahaha kamu terlihat imut untuk ukuran anak laki-laki." Ucap Sebastian sambil memeluk Kirito yang juga membalas pelukan Sebastian.

"Okaa-sama juga mengatakan hal seperti itu." Jawab Kirito dengan senyuman diwajahnya, sudah lama sekali dia tak merasakan pelukan dari ayahnya, terakhir kali sebelum Sebastian meninggal waktu itu.

Untuk beberapa saat mereka saling berpelukan dan juga bercerita tentang banyak hal, disini Sebastian mendapat info kalau kemungkinan mereka bisa kembali hanya dengan membunuh Angela yang menjadi dalang dibalik terdamparnya mereka kemasa lalu.

Setelah itu Sebastian berpamitan untuk pergi keruangan Ciel dan menceritakan semuanya pada Ciel minus tentang Angela ini karena Ciel sendiri masih belum pernah bertemu dengan Angela, jadi Sebastian memutuskan untuk tak mengatakannya pada Ciel. Sedangkan Ciel yang mendengar cerita Sebastian hanya bengong dengan wajah yang sulit diartikan membuat Sebastian hampir tak bisa menahan tawanya melihat ekspresi wajah Ciel.

"Kamu...gak bercanda kan Sebastian?."

"Aku sedang tidak bercanda bochan, Kirito sendiri yang memperlihatkan ingatannya padaku."

"Tapi bisa saja kan itu hanya buatannya."

"Tidak, aku bisa membedakan mana yang palsu dan asli, lagipula aku bisa merasakan energiku ada didalam tubuh Kirito."

"I-ini gak masuk akal, aku ingin bertemu dengan gadis itu." Ucap Ciel bersiap akan pergi tapi segera ditahan oleh Sebastian.

"Sebaiknya jangan dulu bochan, gadis itu masih tertidur jadi sebaiknya dia dibiarkan istirahat dulu, mungkin besok saja bochan menemuinya." Usul Sebastian.

"Kamu benar, baiklah besok saja aku menemuinya."

.

Cuthor (Curhatan Author)~

Yo kembali dengan saya Sherry, dan saya berhasil melanjutkan seri TLP, walau saya tidak yakin bisa cepat updetnya.

Gimana nih apa kalian puas dengan chapter pertama dari seri ini?, silahkan komen atau beri saya bintang yang banyak ya untuk menghargai kerja keras saya ^.^.

Oh ya saya lagi kecanduan game Mystic Messenger, apa ada yang main juga?. Saya masih masuk day 4, and I'm trying to get 707 route, because I really like him and he is so funny ^^. Tapi entah kenapa CGnya lebih banyak yang kebuka milik Zen dan saya hanya punya 3 foto dari 707 termasuk foto saat dia jadi cewek,

sedangkan milik Zen ada 12.

Tapi menurut saya ini game otome lumayan bagus, kayak kita benar-benar lagi chating sama seseorang ^^.

(Yuu: Dasar jones)

(Sherry: Apa yang anda bilang? ^^ *bawa death scythe*)

(Yuu: *glek* g-gak kok Sherry-san yang cantik)

Anyway saya bermain game ini bukan karena saya jones loh ya, tapi emang kontennya bagus walau ya kalau bisa sih saya dibiarkan mengetik secara bebas tanpa harus dikasih pilihan kayak chating beneran gitu hehehe.

Ah dan satu lagi, saya sebenarnya kurang yakin dengan covernya, bisa kasih saya masukan atau komentar tentang cover cerita ini?, apa saya harus merubahnya atau gak?.

Yak segitu saja dulu, kita jumpa lagi di chapter selanjutnya (/^0^)/.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top