T.L.O.L | TUJUH BELAS - BEST MEMORIES (2)
Tiga hari kemudian
Rencananya hari ini Dom akan mengajak Elena makan di taman, mungkin mereka bisa berbincang alih-alih melakukan aktivitas yang berakhir di tempat tidur. Dom tersenyum kecil dan mulai mengeluarkan ponselnya dari saku.
Sebelum ia sempat menekan nomor yang ingin di hubunginya, mendadak Christian masuk dengan setumpuk dokumen ditangannya dan meletakkannya diatas meja kerja Dom dengan tatapan senang, "kerjakan semua ini tanpa tersisa sama sekali, Dom"
"Ini kasus siapa?"
"Tergantung mana yang ingin kau tanya dan kau selesaikan terlebih dahulu. Ada kasus penculikan anak di Nevada, ada juga kasus pemerkosaan sampai kasus dimana seorang nenek di perkosa oleh cucunya sendiri"
"Gila!" ucap Dom sambil membuka beberapa berkas di atas mejanya, lalu ia menggeleng kepalanya cepat, "ini benar-benar gila. Kasus gila dan kota yang gila"
"Dunia memang sudah gila"
Kemudian Christian merogoh sakunya, melihat ponsel dan tersenyum. Ia berjalan ke pintu dan mendadak langkahnya terhenti lalu menoleh kearah Dom yang masih menatap setumpuk dokumen.
"Aku lupa mengatakan padamu kalau tadi Elena mencarimu saat aku sedang mampir ke kediaman Ashton. Ponselnya mati dan dia mau kau makan siang dengannya"
Dom menaikkan alisnya seakan bertanya,"apa kau tidak akan mengatakan kepadaku dari tadi?" ia menoleh ke jam dinding dan mendesah, "demi Tuhan, Chris, ini sudah lewat jam makan siang. Kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku dari tadi?!"
"Aku baru saja mengatakannya, bukan?" jawab Christian tak acuh sambil mengendikkan bahu dan berlalu dari ruangan itu.
"Shit!" desah Dom kesal, ia membuka laci kerjanya dan mengambil kunci Harley-nya sebelum meninggalkan ruangan dengan cepat. Karena Elena tidak akan suka kalau ia terlambat mengunjungi wanita itu, terlebih lagi Dom sendiri tidak suka kalau ia harus terlambat menemui Elena.
∞
Di studio, Elena tersenyum lebar dan menata ruang tengah studionya dimana ia baru saja menggelar karpet bersih di depan jendela kaca-nya, dengan sebuah meja kecil yang sudah ditata dengan baik olehnya, vas berisi bunga diletakkan di tengah meja, beberapa piring dan kini ia meletakkan beberapa jenis makanan untuk disantap.
Kepalanya terarah ke jam dinding yang ada di ruangan, dan ia tersenyum lebar.
Elena yakin Christian sudah mengatakan kepada Dom mengenai pertemuan mereka, dan ini pertama kalinya pria itu terlambat. Tapi tentu saja bukan itu yang membuat Elena merasa kesal.
Ia kesal karena ponselnya mati, karena LCD ponselnya rusak akibat terinjak secara tidak sengaja oleh seseorang yang ditemuinya di supermarket ketika ia sedang berbelanja.
Dengan sebal Elena mengeluarkan ponselnya dari saku belakangnya dan menatap sedih ke layar ponselnya yang kini sudah tidak berbentuk, "bagus, karena kau sama sekali tidak berhati-hati sekarang ponselmu satu-satunya hilang Elena, good job" gumamnya seolah mengejek dirinya sendiri.
Lalu Elena memutuskan untuk mandi sebelum Dom pulang.
Saat ia berada di kamar mandi, untuk sejenak ia mendengar seolah-olah ada seseorang yang masuk ke dalam apartemen studionya, Elena berpikir itu adalah Dom namun yang aneh adalah ketika Dom tidak mengatakan apapun. Dom?
"Dom? Kau sudah pulang?" tanya Elena kencang dari balik bilik kamar mandi.
Namun tidak ada jawaban.
"Dom?" panggil Elena sekali lagi.
Tapi tidak ada jawaban untuk pertanyaannya-lagi.
Elena mengabaikan hal tersebut dan melanjutkan aktivitas mencuci mukanya, menepuk-nepuk handuk lembut ke seluruh wajahnya. Lalu keluar dari kamar mandi dengan perlahan, "Dom? Kau sudah pulang?" tanyanya seolah-olah ia belum mengatakan hal tersebut tadi.
Dan begitu Elena membuka pintu kamar mandi yang terhubung dengan pintu kamarnya. Ia terpaku ketika melihat sebuah tulisan yang di gambar dengan pilok bertulisan, 'you will know what happened. You choose him, so be dead!' tidak hanya itu, lukisan yang di buatnya dan diletakkan di dinding, kini di penuhi oleh api yang menjalar entah dari mana.
Masih belum bisa mengerti sepenuhnya, Elena menyadari dari arah kitchen-nya telah dipenuhi asap yang entah darimana. Jantungnya berdegup dengan kencang dan kakinya melemas. Pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi tidak bisa dijawab oleh benaknya.
Dengan cepat Elena mengambil selimut yang ada dikamarnya, membasahinya lalu mengibas-kibaskan selimut basah itu ke dinding yang dipenuhi dengan api yang belum begitu besar. Kemudian ketika asap sepertinya bertambah besar, ia langsung berlari keluar tanpa memikirkan apapun lagi.
∞
Dom tidak merasakan firasat buruk-tadinya. Tapi selagi melajukan Harley-nya ke apartemen Elena, jantungnya seakan berhenti ketika lantai yang ditempati oleh wanita itu mengeluarkan asap yang tidak dimengertinya.
Dengan cepat Dom meletakkan Harley-nya, dan berlari mendekati lobby utama apartemen tersebut.
Polisi dan juga pemadam kebakaran telah berada di sana, dan hal itu tidak bisa membuat Dom tidak merasa panik. Ia langsung berlari masuk ke lobby dan ditahan oleh beberapa petugas, "maaf anda tidak boleh masuk ke dalam"
"Minggir, aku harus melihat ke dalam"
"Mohon maaf sir, kami sedang mengevakuasi tempat ini, jadi kami juga tidak bisa membiarkan anda masuk. Tempat ini baru saja mengalami kecelakaan kecil dan-"
"Aku harus lewat!" teriak Dom berusaha menerobos petugas itu, jantungnya berdebar dengan kencang dan sialnya seluruh tubuhnya gemetar. Ia seakan merasa ada hal yang tidak beres. Dom menarik kerah petugas dan berteriak, "bagaimana dengan wanita yang tinggal di lantai tersebut?! Apa yang terjadi padanya?!"
"Calm down sir, wanita itu-"
Ketika Dom hampir saja akan menarik kerah petugas itu dan mengumpat mendadak ia mendengar suara lembut yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, "Dom?" lalu Dom membalikkan tubuhnya lebih cepat dari yang pernah dilakukannya.
"El?" bisiknya parau.
"Saya baru saja akan mengatakan kepada anda kalau wanita yang anda maksud sedang berada di mobil evakuasi untuk diperiksa luka-nya" jelas petugas tersebut dan tersenyum kepada Elena yang sudah menghampiri mereka, "kekasih anda, madam?"
Elena tersenyum kecil dan mengangguk.
Petugas tersebut menepuk bahu Dom dan tersenyum kecil, "anda bisa tenang sekarang dan memeluk kekasih anda, sir, karena tampaknya kekasih anda hanya mengalami shock dan bukannya luka" setelah mengatakan hal itu, petugas tersebut meninggalkan kedua pasangan itu sendiri.
"Dom-"
Belum sempat mengucapkan apapun, mendadak tubuh Elena ditarik kedalam pelukan Dom, sementara itu Dom harus berkutat dengan segala hal yang enggan dipikirkannya. Tidak ada yang bisa menyamai ketakutannya dan kemungkinan besar bahwa ia bisa saja kehilangan Elena
Tahu pria besar di hadapannya tengah terguncang-sama seperti dirinya-beberapa saat yang lalu, Elena mengelus punggung pria itu dan mengeratkan pelukan mereka.
"Aku baik-baik saja, Dom"
"El..." bisiknya memanggil Elena, "El..."
"Aku disini, Dom"
Dom menarik nafas panjang dan menarik wanita itu lebih dalam lagi. Setidaknya dengan cara inilah ia bisa membuat dirinya sadar bahwa Elena selamat, masih hidup dan masih utuh di hadapannya. Tapi walaupun benaknya mengatakan hal itu, hatinya masih belum bisa menerima bahwa wanita itu baru saja lolos dari bahaya
Bahaya. Demi Tuhan... Elena bisa saja mati-atau terluka parah.
Perlahan ia mengurai pelukan mereka dan dengan gugup ia bertanya, "apa yang terjadi?"
Tatapan Dom membuat Elena enggan berbohong, tapi bagaimana mungkin ia bisa jujur kepada pria itu bahwa Luke baru saja berusaha melukainya? Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan kepada pria itu bahwa sebenarnya ia bisa saja meninggal karena...
Tidak.
Tentu saja ia tidak bisa mengatakan hal itu kepada Dom, setidaknya tidak sekarang. Diam-diam Elena menarik nafas dan berusaha tersenyum menggoda kepada Dom, "well, kau tahu bukan kalau aku suka bereksperimen memasak dan... yah, ada satu dan dua hal yang gagal sehingga terjadilah hal seperti itu"
"Memasak?"
Elena mengangguk cepat.
"Kau memasak dan akhirnya terjadi kecelakaan seperti ini?!"
"Jangan membentakku, okay? Ini semua karena dirimu juga, Dom!" teriak Elena sebal. Ia menatap pria itu dan menyipitkan matanya seolah-olah kesal, "kau bilang makananku tidak enak, sehingga aku memutuskan untuk belajar memasak. Seharusnya kau senang aku belajar, bukannya menyerah dan membiarkan kau makan cup mie setiap malam"
Mendadak Dom menarik tubuh Elena kedalam pelukannya lagi, dan berbisik serak,"jangan lakukan ini lagi, please" tangannya yang besar mulai mengelus puncak kepala Elena lembut, "kau hampir saja membuatku terkena serangan jantung, El"
"Maafkan aku"
"Aku lebih baik makan cup mie setiap malam, asalkan tidak ada satupun hal yang terjadi padamu. Makan tidak lebih penting daripadamu, sampai kapan kau akan mengerti hal itu?"
"Aku ceroboh. Maafkan aku" bisik Elena, diam-diam meminta maaf karena telah membohongi pria itu. "Aku akan lebih berhati-hati, Dom, aku janji"
"Dan aku akan memegang janjimu. Aku sempat berpikir ini semua ada hubungan dengan Luke, tapi kau baik-baik saja bukan?"
Elena mengangguk dalam pelukan Dom dengan cepat, ia memeluk pria itu seerat yang bisa dilakukannya. "Ini semua tidak ada hubungannya dengan Luke, jangan khawatir, aku baik-baik saja Dom"
Setidaknya Elena telah menghapus cat tersebut dengan membiarkan api menyebar di atas tulisan tersebut, 'tidak akan ada yang tahu, semuanya akan baik-baik saja' bisiknya dalam hati. Ia tidak akan membiarkan hal kecil ini membuatnya kehilangan Dom lagi, kalau sampai pria itu tahu maka Elena yakin kali ini suka atau tidak suka, ia akan kehilangan pria itu karena Dom akan keluar dari kehidupannya secepat yang bisa dilakukannya.
Dan Elena tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.
Hanya itu saja yang tidak boleh terjadi...
Pelukan Dom terasa mengencang untuk sesaat dan ia bisa merasa kalau pria itu sedang berperang dengan batinnya sendiri. "Dom?" tanya Elena pelan seakan berbisik, namun pria itu tidak menjawab panggilannya.
Dom melihat pria itu-suruhan Luke-tepatnya, tengah berbaur diantara para korban dan juga kepolisian seolah-olah berpura-pura menjadi seorang warga yang baik, tapi hal itu tidak menipunya. Ia tahu siapa dua pria itu dan Dom tidak akan pernah melupakan bagaimana kedua pria itu yang memiliki andil untuk menjebloskannya ke penjara tujuh tahun yang lalu.
Lalu ia menemukan satu kesimpulan yang besar, dan itu menyakitinya. Elena berbohong kepadanya... Walaupun Dom tahu kenapa wanita itu berbohong dan menciptakan satu cerita yang tidak benar, dan walaupun ia juga tahu alasan wanita itu tidak lain adalah untuk melindunginya dan agar ia tidak khawatir tetap saja Dom merasakan serpihan sakit di dalam hatinya.
Dan satu kenyataan besar menerpanya dengan begitu menyakitkan, menusuk ke pori-porinya. Ia telah gagal melindungi Elena.
Tahu air matanya akan keluar, Dom mengerjap-kejapkan matanya dan memeluk wanita itu lebih erat, "aku tidak akan membiarkanmu mengalami hal ini lagi, El" bisik Dom, ia bersumpah tidak akan membiarkan wanita itu terlibat dengan masalah seperti ini lagi yang mungkin saja bisa melenyapkan nyawanya.
Aku akan melindungimu, El, hanya kau yang tidak boleh terluka.
∞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top