T.L.O.L | TUJUH BELAS(1)- BEST MEMORIES

        Happy reading :)

Karena adanya permintaan dari client yang meminta Elena untuk membuat sepasang gelas keramik untuk hadiah pernikahan, ia tersenyum di tengah studionya, menutupi lantai dengan koran dan mulai meletakkan alat pembuat keramik di tengah ruangan.

            Tanpa melihat adanya tamu yang mendadak masuk ke dalam ruangan, Elena mulai melakukan centering dimana ia diharuskan menekan tanah liat pada mesin pembuat keramik. Ia meletakkan tangan yang satu diatas tanah liat yang masih belum berbentuk itu, dan tangan lain menahan bagian samping. Ia melakukan proses ini berulang kali hingga tanah liat yang itu memusat di tengah alat putar.

            Elena yang masih tidak tahu bahwa sang tamu telah duduk di salah satu kursi pada kitchen island, terus melanjutkan pekerjaannya sambil bernyanyi kecil. Ketika ia sedang melakukan opening and raising—tahap melubangi dan menaikkan tanah liat—mendadak lampu di tengah studio mendadak mati sehingga ia tidak bisa melihat apapun.

            "Seriously? Di saat aku sedang melakukan proses penting ini?" gerutu Elena pelan. Ia tidak mungkin menghentikan pekerjaan ini begitu saja, sementara ia harus menyelesaikannya segera.

            Dengan berusaha berkonsentrasi pada tahapan opening di hadapannya, ia membiarkan mesin putar itu membawa tangannya serta tanah liat yang hendak di bentuknya seolah-olah menyatu, ia tersenyum kecil.

            Lalu Elena merasakan seseorang merengkuhnya dari belakang dan berbisik, "aku tidak pernah menyadari seberapa menariknya dirimu saat sedang membuat keramik aneh ini"

            "Dom, ini bukan keramik aneh" bisik Elena pelan sambil tersenyum dan diam-diam ia menyadari kalau ruangan di studionya telah berubah menjadi remang-remang. "Kau yang mematikan lampu ya?"

            Dom mengabaikan pertanyaan itu.

            Pria itu meletakkan tangannya di atas tangan Elena yang masih memegang tanah liat yang sudah berbentuk, lalu dengan nakal menekan tanah liat itu sehingga berbentuk sangat aneh, salah satu sisi tanah liat itu mencuat ke arah sebaliknya—hal itu membuat Elena mendesah sebal dan memalingkan wajahnya ke samping untuk melihat Dom

            "Aku membuatnya selama hampir satu jam, Dom" keluh Elena

            Tangan Dom mengelus lengan atas Elena, mengusapnya perlahan dan pria itu mengecup tengkuk Elena seolah menggoda wanita itu. "Apa tanah liat tidak berbentuk ini lebih penting dibanding aku, El?"

            "Jangan menanyakan hal yang bodoh"

            "Aku serius"

            Elena mendesah dengan dramatis dan tersenyum lebar ketika pria itu mengulum daun telinganya dan membuatnya mendesah kecil, "kau lebih penting daripada pekerjaanku, okay? Apa itu memuaskanmu, Mister?"

            "Oh sangat. Kau tidak tahu kalau itu membangkitkan gairah tersembunyi yang ada padaku, El"

            "Dasar pria bodoh"

            "Dan aku selalu bodoh hanya di depanmu, sepertinya kau tidak pernah mengeluh mengenai hal itu bukan, sayang?" goda Dom dan membalikkan tubuh Elena dan memberikan wanita itu kecupan di tempat yang bisa di cium Dom.

            Kedua tangan Dom mulai merayap dan mengaitkan jemari mereka yang kini berlumuran tanah liat, namun mereka sama sekali tidak perduli. Ia semakin menggenggam erat jemari itu, mengelus wanita yang kini mulai gemetar di hadapannya.

            Dengan nakal, Dom membiarkan tangannya mengelus pinggang ramping Elena dan menyusup masuk ke dalam kemeja wanita itu, mengelus perut rata dan naik ke dada Elena, "hari ini aku diberikan kebebasan untuk pulang lebih cepat oleh Christian. Dan apakah kau akan memberikanku kebebasan untuk menaklukkanmu, sayang?"

            "Apa selama ini aku tidak memberimu kebebasan untuk itu?" bisik Elena lirih.

            Elena melepaskan kaitan jemari mereka, mulai membuka kemeja Dom dan mengusap dada bidang pria itu, sesekali mengecupnya di sana, lalu ia berbisik, "aku memberikanmu kebebasan untuk mengklaim-ku, cepat dan keras, atau lembut dan perlahan. Terserah padamu, big boy"

            "Baiklah, kau yang meminta, El"

            Kemudian Elena memekik kaget karena Dom telah mengangkatnya dari tempat duduk, secara reflek kedua kaki Elena mengapit di pinggang ramping Dom, sementara pria itu membawanya duduk di atas meja kitchen island miliknya sembari terus memberikannya kecupan di semua tempat yang bisa dijangkau pria itu

            Di mulai dari bibir, lidah, tengkuk, daun telinga hingga atas dada-nya.

            "Dom, aku mencintaimu" bisik Elena di tengah-tengah hasratnya yang mulai meledak.

            Dominick tersenyum kecil dan menggigit bibir bawah Elena, berbisik hangat menenangkan, "aku yang lebih mencintaimu, El. Aku... selalu hanya aku"

            Tentu saja bukan hanya sekali itu, Dom mengemukakan perasaannya kepada wanita itu. Diam-diam selama tujuh tahun ini, ia terus mengatakan hal itu di dalam hatinya, dan tanpa di ketahui siapapun—mungkin hanya sipir penjara—ia menggaretkan tembok dengan sebilah pisau roti yang selalu di berikan kepada sipir pada pagi hari sebagai sarapan.

            Tanpa disadari dirinya sendiri ataupun orang lain, ia menuliskan puisi cinta singkat kepada Elena—seperti pria kecil yang baru mengenal apa itu arti cinta.

"Amore non significa tra loro, appartenenza e condiviso, ma l'amore e quando sei a pezzi, ma si erano consapevoli che la ami. Ti amo, El"

(cinta bukan berarti saling berdekatan, saling memiliki dan bersama. Tetapi cinta adalah ketika kau berjauhan tetapi kau masih menyadari bahwa dirimu mencintainya. Aku mencintaimu, El)

            Tapi Dom tidak akan pernah mengatakan hal memalukan ini kepada siapapun, walaupun mungkin saja sel tempatnya tinggal selama tujuh tahun terakhir telah di tempati orang lain dan mungkin saja rahasianya telah terungkap—tapi Dom tidak akan pernah mengakuinya.

            "Holly shit!"

            Elena dan Dom yang tengah berbaring seenaknya di karpet berbulu yang ada di ruang tengah studio langsung bangun. Mereka menyadari bahwa suara berat yang baru saja berteriak adalah suara Christian yang langsung membalikkan tubuhnya memunggungi mereka.

            "Apa kalian bisa setidaknya jangan bercinta di ruang tengah studio dan bahkan setelahnya tidak mengenakan pakaian sama sekali?! Sial!" gerutu Christian masih tetap dengan berdiri di tempatnya

            Dengan cepat, Elena mengambil kemeja Dom dan memakainya karena hanya itulah yang bisa dilakukannya untuk saat ini. "Kalau begitu kau bisa tidak masuk seenaknya bukan, Chris?"

            "Terus saja menyalahkanku!"

            "Sekarang kau boleh berbalik" jelas Dom masih menggaruk tengkuknya. Ia tidak malu sama sekali dengan keadaan topless-nya hanya saja ia kesal karena Christian masuk dan mendapati Elena tidak mengenakan sehelai benang—untung saja tubuhnya mampu menutupi ketelanjangan Elena, "kalau lain kali kau masuk seenaknya, aku akan mematahkan satu atau dua tulang rusukmu, Chris"

            "Aku juga tidak mau datang kalau ternyata kalian habis bercinta di ruang tengah studio"

            "Jadi, apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Elena dengan sebelah tangan memeluk lengan Dom dan mengangkat sebelah alisnya tinggi.

            Christian menggaruk kepalanya, menarik nafas dan menatap mereka dengan tatapan serius, "aku akan bertunangan dengan Em"

            "Berita yang bagus" jawab Elena, tahu bagaimana perasaan Emily kepada Christian, tentu saja ia ikut bahagia dengan semua keputusan ini. "Lalu kenapa? Tidak mungkin kau datang hanya untuk mengatakan hal ini bukan begitu?"

            "Untuk itulah aku membutuhkan bantuan kalian berdua"

            "Apa?" tanya Elena dan Dom secara bersamaan.

            "Segeralah menikah, dimana saja. Kalian bisa menikah di gereja kecil atau di tempat lain, atau mungkin kalian bisa memulai hidup kalian di Italia, bukankah Dom pernah mengatakan ingin kembali ke Sicilia suatu saat nanti? Mungkin suatu saat itu bisa kalian berdua ganti menjadi sekarang"

            "Apa kau sudah gila, Chris? Kami tidak mungkin menikah dengan Luke masih berkeliaran di luar sana" seru Dom keras

            "Aku tidak masalah" jawab Elena cepat.

            Baik Christian maupun Dom mengernyit kearah wanita itu yang tersenyum dengan sangat lebar. Elena mengendikkan bahu dan menatap Dom lembut, "lagipula aku tidak perduli dengan Luke selama aku bersamamu. Jadi, apa kita tidak akan menikah Dom?"

            "Bukan begitu, El, kau tahu mengapa kita tidak bisa melakukan hal itu"

            Christian menghela nafas lelah dan menatap mereka seolah memohon,"kali ini saja, kalian menikahlah. Anggap saja kalian membantuku mempercepat kebahagiaanku. Okay?"

            "Kau tidak akan menjelaskan kepada kami kenapa kau begitu mengharapkan kami menikah?"

            "Oh, itu karena aku sangat bahagia kalau kalian bahagia. Bukankah itu yang namanya sahabat?" tanya Christian balik dengan senyum menipu. Ketika kedua sahabatnya menatapnya dengan tatapan yang seakan berbicara 'like hell I'll believe you' akhirnya ia menghela nafas lelah, "baiklah, sebenarnya Emily sudah mengatakan syarat yang sangat gila untuk pernikahan kami"

            Dom melipat kedua tangannya didepan dada dan mengangkat alis tebalnya dengan tinggi, "syarat apa?"

            "Dia mau menikah denganku kalau kalian berdua menikah, jadi coba katakan kepadaku kapan kalian akan menikah?"

            Namun pada akhirnya tetap saja mereka berdua tidak bisa memberikan jawaban pasti kepada Christian mengenai kapan mereka akan menikah. Walaupun sebenarnya Elena ingin memaksa Dom untuk segera memutuskannya, ia juga tidak bisa mendesak pria itu lebih jauh, karena ia juga tahu bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan.

TBC | 26 November 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top