T.L.O.L | Texas Court (2)

Dua jam sebelum sidang berlangsung.

"Berjanjilah kau akan memenangkan sidang ini, Chris," ucap Emily menarik sedikit lengan kemeja Christian yang rapi.

Christian mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring, "dan kira-kira apa yang akan kudapat, sayang?"

"..."

"Kau tahu aku akan melakukan apapun untukmu, Em, dan kau tahu apa yang perlu kau lakukan hanyalah meminta," Christian menarik lengan Emily dan memeluk gadis itu dengan erat,"aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu kembali, untuk mendapatkan kepercayaanmu kembali."

"Segala yang pernah terjadi tidak akan bisa dihapuskan, Chris, sama seperti aku. Tapi aku bersedia untuk berkompromi denganmu."

"Em?"

"Aku akan membiarkanmu untuk berjuang sekali lagi kalau kau berhasil memenangkan sidang hari ini dan membawa pulang mereka berdua kerumah, Chris," jawab Emily. Ia menatap Christian dan hampir menangis ketika mengatakan hal itu, "aku sudah bersikap sangat jahat terhadap Elena, dan aku menginginkan dia untuk bahagia."

"Dia akan bahagia, Em."

Christian memeluk Emily lebih erat lalu merasakan getaran kecil pada tubuh Emily, dan ia tidak menyukainya sama sekali. "Jangan menangis. Aku sama sekali tidak suka kau menangis, Em."

"Kau harus membantu mereka, Chris..."

"I will dan aku membutuhkanmu untuk membuatku merasa cukup kuat untuk melakukan semua ini, Em," Christian mengurai pelukan mereka, menangkup wajah gadis itu dan mengecup bibir Emily sekilas, "just put smile on your face and everything will be okay."

°

Dominick membuka matanya perlahan, di balik bulu matanya yang tebal, ia berusaha mengerjap-kerjapkan matanya beberapa kali untuk mendapatkan pemandangan yang diinginkannya. Namun ia tidak melihat siapapun di kamar itu selain adiknya-Lilya dan juga Emily.

"Kak, kau sudah bangun?" Lilya berjalan dan membantu Dom untuk mengubah posisinya menjadi duduk.

Perlahan ia menyelipkan bantal di balik punggung Dom agar bisa duduk tegak dengan baik. Lilya tahu bahwa di mata kakaknya begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa di jawabnya, tepatnya Lilya tidak tahu apa yang harus di katakannya. "Di mana..."

Sebelum Dom menyelesaikan ucapannya, Emily sudah memotong ucapan pria itu, "kakakku tidak sedang berada di sini."

"Di mana Elena?"

"Dia tidak berada di sini, Dom."

"Kalau begitu di mana dia?" tanya Dom lagi dengan nada yang lebih mengintimidasi lebih dari sebelumnya. Ketika tidak ada satupun yang menjawab pertanyaannya, dia menyipitkan matanya, "katakan padaku, Em, di mana Elena?"

"Dia..."

Namun tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mengucapkan hal tersebut, karena mendadak pintu terbuka dengan sangat lebar. Dominick cukup terkejut ketika melihat Leonard berada di hadapannya dengan lima belas pengawal yang berada di belakangnya. Pria tua itu menyipitkan matanya dan berkata, "akhirnya cucuku yang berdarah panas sudah sadar?"

"Mr. Leonard-kakek?"

"Kau masih ingat kalau aku kakekmu?" sindir Theo dan menoleh kearah belakang dengan nada yang lebih sinis lagi, "keluar dari persembunyianmu cucu kurang ajar, atau akan kucoret namamu dari daftar keluarga kita. Cassius!"

"Kek, kau tidak perlu berteriak seperti itu, telingaku benar-benar masih berfungsi," setelah berkata seperti itu Cassius masuk ke dalam ruangan dengan gaya arogannya seperti biasa. Cassius menatap Dom yang masih terlihat lemah dan mengangkat sebelah alisnya, "kau masih hidup, saudaraku?"

"Masih cukup kuat untuk menghajar bokongmu, Cas."

Cassius mengibaskan tangannya ke udara seolah mengejek jawaban Dom barusan, ia berjalan kearah Dom dan duduk di sisi tempat tidur, "jangan bertanya apapun, karena aku tidak ingin berbohong kepada sahabat yang sudah seperti saudaraku sendiri. Dan sebagai hadiah karena kau belum juga meninggal, aku akan memberitahumu hal yang paling ingin kau ketahui."

"Di mana?"

Tidak ada yang tahu apa maksud perkataan itu, tetapi Cassius tahu. Ia hanya tersenyum kecil dan menatap kearah kakeknya yang masih berdiri di depan pintu dan kini berjalan pelan kearah mereka.

Leonard mengulurkan tangan dan memukul puncak kepala Dom dengan sangat keras hingga pria itu mengaduh kesakitan, sementara itu Leonard mengelus punggung tangannya dan mendengus keras-keras, "kau harus ingat peraturan keluarga kita, Dom, tidak ada satupun pria di keluarga kita yang akan membiarkan kekasihnya sendiri menjalani serangkaian masalah sendirian. Kau mengerti?"

"..."

"Bangun dan segera bangkit, Dom, kalau kau tidak bangun, maka merangkaklah ke tempat di mana kekasihmu berada, karena seperti yang kau ketahui, wanita keras kepala itu sepertinya lebih memilih untuk menyelamatkan dirimu sendiri di banding dirinya, dan untuk itu kau harus memukul bokong wanita itu keras-keras."

"Granpa!" teriak Cassius keras dan mendapatkan dengusan dari Leonard, "kau membuat semuanya terbuka begitu saja! Setidaknya biarkan aku merasakan kesenangan untuk mengerjainya sebentar saja!"

"Kita berburu waktu, anak nakal. Kau mau saudaramu itu menganggapmu sebagai pengkhianat? Dan kau tahu sendiri seperti apa saudaramu itu ketika sedang marah." Leonard tersenyum kecil dan menatap pria yang telah di anggapnya sebagai cucunya sendiri, "lagipula wanita itu sangat cocok untuk pendamping pria bajingan sepertimu. Jangan lepaskan dia, Dom, karena hanya dia satu-satunya alasan mengapa aku belum meledakkan setengah bangunan ini."

"Granpa tidak akan melakukan hal itu, kau terlalu rentan untuk melakukan hal seperti itu lagi," ejek Cassius dan mendapatkan pelototan dari Leonard, "baiklah, kau masih sanggup meledakkan seperempat dari bangunan sialan ini."

Leonard mendengus keras, "kalau saja Dom belum bangun dari komanya, maka kau yang akan kuledakkan, child!"

Kali ini Cassius yang mendengus dengan sangat keras, ia beralih kearah Dom dan melemparkan sebuah jaket kearah sahabatnya itu yang masih menatapnya dan juga Theo dengan bingung, sementara itu Lilya dan Emily memilih untuk tidak menjawab apapun bentuk pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Dominick.

"Pakai dan segera bangun, Dom, kita akan ke Texas Court sekarang, kalau kau mau membiarkan Elena menghadapi semua masalah ini sendirian maka kau tidak perlu bangun, tapi kalau kau ingin mendampinginya-"

"Jangan berisik dan segera bawa aku ke sana, Cas!" teriak Dominick yang mulai habis kesabarannya.

Ia sudah merasa ada yang aneh dengan semua ini, dan seharusnya ia Dom sudah bisa menduganya bahwa kekasihnya yang keras kepala itu berada di pengadilan bersama dengan Christian yang Dom bisa pastikan sahabat sialannya itu sukarela membantu Elena untuk melakukan sesuatu yang abnormal.

Bukannya Dom tidak suka berada di ruang sidang, hanya saja ia memilih untuk mengabaikan mimpi buruk yang sudah di buatnya tujuh tahun yang lalu, namun kalau Dom di suruh memilih antara mimpi buruknya dan Elena, ia jelas akan memilih Elena. Itu sudah pasti...

°

TBC | 12 Januari 2017

Vomment?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top