T.L.O.L | SEPULUH
"Bunuh aku tapi jangan bunuh kenangan kita, karena hanya ini yang aku miliki untuk mempertahankan kehadiranmu di dalam hatiku"—Elena Madeline
Ketika Dom pergi pukul 03.00 dini hari, Elena tahu ia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, pria itu memberikan tepat apa yang diinginkannya—menjadi miliknya kembali untuk semalam. Dan ketika Elena menyadari pria itu pergi meninggalkannya, ia tidak mampu memohon lagi. Jadi ia menutup mata dan menangis dalam diam.
Dulu, Dom tidak akan meninggalkannya, seusai bercinta, pria itu akan membuatkannya cocoa hangat, mengelap tubuhnya dan tersenyum lembut kepada. Malah, pria itu akan menimang tubuhnya dan terus mengulang pertanyaan yang sama apakah tubuhku sakit setelah percintaan gila-gilaan mereka?
Elena tersenyum dan mendesah pada saat yang bersamaan. Bayangkan, memori yang indah menguap begitu saja tanpa diinginkannya, seolah mengejek keadaannya yang sekarang. Kau menyedihkan, Elena.
Ia bangun dan menghela nafas panjang. Kemudian mengambil ponsel di atas nakas dan menghubungi Christian—ia membutuhkan pria itu.
"Katakan hal yang penting, kalau tidak aku akan memecatmu dari daftar pertemanan kita, El" bisik pria itu parau dari seberang telepon. Christian pasti sedang tidur dan Elena telah mengganggunya.
"Aku tadi bersama dengan Dom"
"Oh ya? Terus kenapa? Aku juga sedang bersama Emily. Lagipula bukan itu permasalahannya 'kan? Memangnya kau meneleponku jam tiga pagi hanya untuk pamer mengenai kemesraan kalian berdua?" gerutu Chris dari sebarang telepon
"Bukan. Aku mengatakannya supaya kau terbangun dari tidurmu, bodoh. Apa yang ingin kukatakan adalah tadi aku bertemu dengan Luke"
"Apa kita membicarakan Luke yang sama?"
"Kalau kita memang hanya mengenal nama Luke yang sama, Chris dan ya dia memang Luke yang kau pikirkan"
"Katakan bagaimana kronologinya"
Elena tersenyum sedih dan menatap kearah jendela jauh kearah satu ruangan dari bangunan di seberang studionya. Lampu ruangan itu menyala yang artinya Dom telah kembali keruangannya—meninggalkannya. Entah mengapa perasaan itu tidak lagi menghantam hatinya yang sudah rapuh. "Aku akan mengatakannya kepadamu besok, bertemu?"
"Tempat biasa, Coffee Shop,okay?"
"Tidak sekarang?" goda Elena
"Aku memiliki banyak urusan di sini, El, jangan ganggu kesenanganku selama tujuh jam kedepan"
"Urusanmu untuk menaklukkan adikku di atas tempat tidur, mengikatnya dan membuat adikku bodoh dengan tidak mengingat hal lain kecuali dirimu sendiri?'
"That's great. Bye" kemudian Christian mematikan sambungan teleponnya. Tentu saja ia tahu kalau Emily bersama dengan Christian walaupun adiknya tidak mengatakan apapun, ia dan Christian sama seperti dirinya dan Dom. Saling mencintai, namun tidak terlalu banyak direstui oleh orangtua yang sok berpengalaman mengenai cinta.
Dengan pahit Elena memaksa dirinya bergelung ke sisi dimana pria itu berbaring—tadi. Dan menghirup aroma Dom yang masih tersisa di seprai linen tersebut, lalu air mata sialannya menitik. "Jangan menangis El, stop it. Jangan bersikap cengeng sekarang" bisiknya pelan. Namun walaupun ia mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri, hatinya tidak berkompromi karena hanya hatinya yang mengetahui separah apa luka di hatinya.
Mereka memang sangat sempurna—diranjang, tetapi itu bukan berarti mereka akan kembali bersama. Hanya karena seks bukan berarti mereka akan kembali seperti sebelumnya. Dom telah mengatakan kepadanya dengan lugas, jangan bermain api tetapi Elena sendiri-lah yang menginginkannya.
Memangnya salah kalau ia menginginkan untuk dipeluk oleh pria yang dicintainya? Tentu saja salah, karena dia bukan lagi pria yang mencintaimu, memangnya kau mau dijadikan pelampiasan nafsu belaka?
"Jangan sok tahu. Nafsu sama saja dengan gairah, dan Dom tidak akan bercinta denganku jika tidak mencintaiku, bukankah gairah hampir sama dengan cinta?" bisiknya seolah menenangkan dirinya sendiri.
Persetan dengan gairah, persetan dengan cinta. Apapun itu yang pasti malam ini Elena tidak akan bisa tidur dengan tenang—atau setidaknya ia tidak bisa berpura-pura untuk tidur dengan tenang tanpa di bayangi mimpi buruk. Dasar cinta sialan...!
∞
Di seberang gedung, Dom yang awalnya terlihat baik-baik saja telah melepas kaus yang melekat pada tubuhnya. Ia hendak mandi dan membersihkan sisa-sisa percintaan mereka. Namun pancuran air hangat pada jam tiga subuh tidaklah baik untuk vitalitasnya, tetapi pancuran air dingin berikutnya malah terasa lebih mengerikan—sangat mengerikan.
Itu hanya seks. Ia telah mengatakan hal itu secara berulang kali kepada dirinya sendiri, namun ratusan kali ia berkata seperti itu tetap saja tidak mengubah kenyataan bahwa ia telah berubah menjadi bajingan brengsek yang mengambil keuntungan dari gadis yang bergairah.
Dom sudah berusaha menyeret tubuhnya menjauh dari jangkauan gadis itu, bahkan kalau boleh jujur yang ingin dilakukannya adalah merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya dan merantai gadis itu. Ia bahkan ingin membawa Elena menjauh, mungkin mereka bisa memulai kehidupan baru mereka di San Fransisco, atau Paris.
Ia sangat ingat bagaimana Elena pernah berkata kalau ia menyukai Paris, bagaimana mereka akan berbulan madu, kencan ketika hari pertama mereka di sana dan—sialan!
Apapun rencana hebat yang terlintas di benaknya, tidak mengubah kenyataan bahwa dirinya adalah mantan narapidana dengan tuduhan membunuh orang. Dom tertawa miris, lucu... padahal ia bahkan belum pernah membunuh seekor babi ataupun sapi di peternakan yang dikelola pamannya, dan sekarang catatan kriminal yang dimilikinya adalah pembunuhan.
Mata Dom nyalang walaupun ia sangat lelah, pekerjaannya sebagai tukang bangunan bukanlah pekerjaan yang enak seperti dulu yang dilakukan oleh sahabatnya—Christian Jefferson, di mana pria itu hanya perlu memerintah, mengambil dan memilah beberapa file klien, mengikuti daftar janji yang telah dibuat oleh sekretaris pribadi.
Tidak, Dom tidak melakukan hal itu, yang di lakukannya adalah bekerja di bawah terik sinar matahari Texas yang menyakitkan, membawa material untuk bangunan, semen dan terkadang batu bata.
"Kau seperti bajingan yang patut di kasihani Dominick Payne" bisik Dom pelan kelangit-langit apartemen bobroknya. "Berhentilah mengasihani dirimu sendiri dan mulailah belajar menerima kalau kehidupan nyamanmu telah hilang, dasar pecundang"
Well, cara ini bukan salah satu cara yang bersahabat, namun mampu memaksa dirinya untuk berteman dengan keadaannya yang sekarang. Dan cara ini bisa membuat tubuh Dom mulai rileks, walaupun hatinya berteriak mendambakan Elena. Ia benci dan marah namun tetap merasa bergairah kepada gadis itu.
Ia melirik nakas di sebelah tempat tidurnya, membuka laci kecil yang ada di sana dan mengambil secarik foto yang di selip di dalamnya. Sebuah gambar di mana Elena tengah memeluknya dari belakang sambil memegang topi koboi-nya, sementara dirinya... terlihat sangat bahagia. "Aku membencimu, kau tahu? Kemarahan ini tidak mungkin bisa hilang karena itulah kita tidak akan bisa kembali"
Dom menyentuh gambar Elena seolah menyentuh gadis itu secara nyata. "Kau membuangku, El dan bagaimana bisa sekarang kau menginginkanku kembali?" bisiknya pelan dan mengembalikan foto itu di dalam nakas kembali.
Sambil menghela nafas panjang ia melipat kedua tangannya menutupi penglihatannya, ia berusaha memejamkan mata dan tidur. Namun tetap saja otak dan hatinya seakan tengah bergelut sesuai dengan perasaannya yang sekarang
Aku mencintaimu, itulah kenapa hal ini terasa menyakitkan. Malam ini Dom tidak ingin menyadari bahwa satu kalimat itu mulai perlahan-lahan terselip di otaknya yang cerdas.
∞
Elena duduk di tempat yang ada di samping jendela, ia menatap rintik-rintik hujan yang mulai menerpa jendela kaca, sebelah tangannya memegang buku yang tengah di bacanya sementara uap kopi telah menghilang karena ia belum menyentuhnya sejak tadi.
Seperti yang diprediksinya, ia tidak bisa tidur. Semalaman penuh pikirannya berkecamuk antara berlari mendobrak apartemen Dom atau memaksa dirinya untuk puas dengan memeluk seprai linen yang masih memancarkan aroma pria itu. Dan pada akhirnya tidak ada satupun dari kedua pilihan itu yang mampu membuatnya dapat tidur dengan nyenyak
Ia menghela nafas panjang dan mendadak mendengar suara kursi yang ditarik.
"Kenapa kau menghela nafas panjang? Bukankah seharusnya kau senang karena Dom sudah mau kembali ke tempat tidurmu?" seloroh Christian dan mengambil duduk di depan Elena, menyambar kopi milik gadis itu dan meneguknya, "sudah tidak panas. Sejak kapan kau berada di sini, El?"
Elena mengendikkan bahunya.
"Jangan bilang kau sudah berada di sini sejak Joe membuka toko ini pukul enam pagi?" Christian menyipitkan matanya dan menghela nafas ketika gadis didepannya tidak berkata apapun
"Aku benar, 'kan?"
"Jangan sok tahu" Elena menjawabnya cepat dan mengibaskan tangannya di udara untuk memutuskan percakapan, "hentikan pembicaraan tidak penting itu dan mulai ke inti permasalahan Chris"
"Kau menjabarkan dan aku menjawab"
Kedua tangan Elena bertautan dan memilin satu sama lain, seolah memperlihatkan kegugupannya, tentu saja ia gugup dan khawatir. Elena ingin pergi ke tempat kerja Dom dan bertanya mengenai hubungan mereka namun keberaniannya tidak kunjung datang. Ia menghela nafas panjang dan berusaha menatap Christian, "Luke kembali dan aku ingin kau membantuku untuk menjauhkan pria itu dari Dom"
"Setahuku, El, kau-lah yang membutuhkan pengawasan dan bantuan, sedangkan Dom adalah pria mandiri yang memiliki kekuatan yang setara dengan dua ekor kuda. Kau ingin aku membantumu untuk menjauhkan Manton dari Dom? Are you kidding me?"
"I'm serious"
"Tidak. Kau bercanda" Christian mendengus kencang, lalu meletakkan sikunya di atas meja, "dengar, Dom tidak membutuhkan bantuan apapun. Justru aku dan Emily mengkhawatirkan dirimu El, dia mengincarmu!"
"Luke tidak akan melukaiku"
"Tidak akan melukaimu?" nada Christian mulai meninggi dan tatapannya berubah menjadi seakan tidak percaya, "setelah semalam ia membantingmu dan merontokkan seluruh tulang belakangmu kalau Dom tidak membantumu, kau bilang dia tidak akan melukaimu?! Di mana otakmu, El!?"
"Dengar, Chris. Aku bisa menghadapi pria itu tapi aku membutuhkan bantuanmu"
"Aku tidak akan membantumu untuk menghadapi pria itu, dia seorang psikopat dan kau tidak bisa menanganinya sendirian!"
Elena mengulurkan tangannya dan menggenggam punggung tangan Christian, "bantu aku supaya pria itu menjauhi Dom, hanya itu yang kuminta darimu Chris. Aku tidak perduli dengan bagaimana aku menghadapi Luke, asalkan bukan Dom. So, please..."
"Kau sudah gila" bisik Christian tidak percaya
"Aku meminta bantuanmu kali ini. Bukankah kau pernah bilang kalau aku membantu hubunganmu dengan Emily, kau akan membantuku—apapun yang aku minta? Sekarang yang aku minta hanyalah kau melindungi Dom, hanya itu"
"Dan apa yang akan kau lakukan saat aku melindungi Dom? Menghadapi pria itu sendirian dengan mendatanginya?"
Elena menggeleng kepalanya pelan, sebenarnya seluruh tubuhnya gemetar dan ia sangat takut, memangnya wanita waras mana yang tidak akan ketakutan ketika harus menghadapi pria yang pernah mencoba untuk memerkosanya? Tentu saja ia bukan orang gila. Tapi Elena harus memikirkan Dom, dan itulah yang terpenting baginya sekarang.
"Aku belum memikirkannya, aku belum tahu apa yang harus aku lakukan"
"Kalau begitu aku akan mengumumkan pertunangan kita satu bulan dari sekarang" ketika Elena mengangkat kepalanya dan terkejut mendengar ucapan Christian, ia mengangkat sebelah tangannya, "pertunangan pura-pura, karena dengan begitu namaku bisa melindungimu, El, dia tidak akan bisa menyentuhmu selama kau berlindung di balik namaku"
"Aku tidak bisa melakukan hal itu"
Kali ini Christian menggenggam tangan Elena dengan keras, "kali ini aku memaksa, El. Kau harus mau atau aku tidak akan melakukan apa yang kau minta dariku. Itu adalah persyaratan dariku"
"Kau tahu aku tidak akan bisa melakukan hal itu, Chris dan kau tahu kenapa!"
Christian bangkit berdiri dan mengambil jaket yang disampirkan pada lengan kursi, ia menatap Elena dengan keras dan tidak bisa ditebak. "Pikirkan baik-baik persyaratan dariku. Bertunangan atau tidak ada perlindungan sama sekali, El"
Sebenarnya Elena tahu apa yang dikatakan oleh Christian sangat masuk akal. Dengan dia berlindung di balik nama Christian, tidak ada satu orangpun di Texas yang mampu menyentuhnya atau menyakitinya karena Christian merupakan anak dari salah satu gubernur dan juga memiliki perusahaan firma hukum yang terkenal diTexas.
Masalahnya, ia tidak ingin membuat Dom khawatir dan salah paham karena pertunangan pura-pura ini.
Elena tersenyum kecil ketika memikirkan hal itu, masalahnya dengan hubungan mereka yang seperti ini mana mungkin Dom akan salah paham kepadanya, bahkan Elena bisa memastikan pria itu tidak akan perduli dengan keselamatannya. Ia menghela nafas panjang dan menelungkupkan kepalanya di balik lengannya, mendadak ia merasa sangat lelah dan kepalanya tidak bisa berpikir mengenai apapun.
∞
Tidak jauh dari tempat itu, Dom yang hendak pulang keapartemennya setelah melalui siang ini dengan berkeringat di bawah sinar matahari setelah mengerjakan sebagian dari real estate, ia menggeram penuh marah ketika melihat kedua sosok yang seakan dekat dan berpegangan tangan satu sama lain. Elena dan Christian, ia tidak pernah berpikir mereka akan memiliki hubungan sejauh ini.
Ketika ia melihat Christian berjalan menuju kearahnya, tanpa sadar jemarinya mencengkram kerah kemeja pria itu dan mendorongnya hingga punggung Christian menabrak tembok di belakangnya.
"Sekarang kau akan menujukkan taringmu di hadapanku?" tanya Christian mengangkat alisnya dengan senyum mengejek
"Katakan kalau kau tidak memiliki hubungan apapun, Chris"
"Memangnya kenapa? Toh kau tidak perduli dengan gadis itu bukan?" alis Christian melengkung keatas dan ia tersenyum kecil, "atau kau akan bilang kalau kali ini kau perduli pada Elena?"
"Aku tidak perduli padanya"
Christian menghentak lepas tangan Dom dan merapikan kemejanya, "kalau begitu jangan perduli. Biarkan saja gadis itu menjalani kehidupannya dan kau menjalani kehidupan sialanmu itu. Kau terlalu keras kepala untuk mengakui kalau kau masih mencintainya dan untuk kekeraskepalaanmu itu aku tidak akan membantumu!"
"Kau tidak tahu apapun, Chris"
"Apa ada yang harus kuketahui mengenai kalian? Karena aku mulai lelah dengan tingkah laku kalian yang kekanak-kanakan. Dengar, pria bodoh, Luke kembali dan seharusnya yang kau lakukan adalah menjaganya dan bukannya malah menjauh dan membiarkan Elena sendirian!"
"..."
"Berada di sisinya atau kehilangannya. Pilih yang mana, Dom"
Kali ini Dom menarik nafasnya panjang, mengepalkan kesepuluh jemarinya di sisi tubuh dan mata abu-abunya bertahan untuk tidak mengeluarkan emosi yang sudah menggetarkan hatinya. "Kau tidak tahu apa yang sudah kupilih, Chris"
"Jadi apa jawabanmu, Dom?"
"Kehilangannya" lalu Dom memutar tubuhnya dan berlalu dari tempat itu.
Christian mengepalkan tangan, berusaha untuk tidak menarik pria itu kembali ke tempat dan menghajarnya. "Kau akan menyesal, Dom! Dasar bodoh, kembali ke sini, sialan!"
Sayangnya, Dom tidak akan menyesal. Karena dengan kehilangannya, maka ia telah menyelamatkan Elena. Inilah syarat dari Manton dan ia akan menepatinya, karena Dom akan melakukan apapun demi melindungi wanita itu—termasuk menghidupkan kebencian dalam hatinya dan kehilangan senyuman secerah matahari itu.
∞
TBC | 10 NOVEMBER 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top