T.L.O.L | EPILOG
T.L.O.L-Epilog .
Elena tidak bisa mengingat sudah seberapa sering ia mengharapkan sesuatu yang begitu ingin di lenyapkannya. Elena jatuh cinta pada Luke Harrison Manton. Pria tampan, dengan rambut pirang dan mata biru yang hampir sama dengan lautan.
Elena menyukai laut dan ia menyukai Luke. Hanya itu yang bisa di pikirkannya, tapi masalahnya... pria itu tidak akan pernah mencintainya, tidak akan pernah berpaling darinya dan tidak akan pernah memanggil namanya seperti pria itu memanggil nama saudara kembarnya.
Ironis bukan? Sangat.
"El, bisa kau berikan ini kepada Luke?" tanya Valeria sambil mengayunkan sebuah rantang berisi bubur.
"Apa aku harus berada di sana, Mom? Bagaimana kalau..."
"Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padamu, sayang. Luke akan baik-baik saja, dia hanya butuh waktu setelah..." Valeria menarik nafasnya, menghapus setitik air mata dari sudut matanya, "pokoknya lihat saja keadaannya dan langsung pulang, El."
Ia mengangguk namun hatinya masih enggan untuk beranjak dari kamarnya. Karena Elena tahu apa yang akan di temukannya di rumah Luke. Ia akan menemukan keadaan buruk Luke, pria itu terlihat seperti bukan Luke yang di kenalnya. Seminggu yang lalu bahkan Luke tidak terlihat baik-baik saja seperti yang di katakan oleh adiknya Peter.
Luke terlihat sangat tidak baik. Pria itu memukul tembok dengan sangat brutal sehingga mematahkan beberapa tulang pada ruas tangannya. Pria itu menjadi gila...
Padahal bukan hanya pria itu saja yang kehilangan. Ia juga, ayah dan ibunya juga serta Emily. Namun Elena mengutuk dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia sedikit senang dengan kejadian ini padahal kejadian ini membuatnya kehilangan Alena-saudara kembarnya sendiri?
Akui saja kalau kau senang dengan keadaan ini, kau bisa memiliki Luke kalau kau mau. Kau hanya perlu mengatakannya kepada pria itu, berpura-pura untuk menjadi Alena dan pria itu akan berlutut di hadapanmu.
Elena menggeleng pelan.
Ia memang akan melakukannya. Anggap saja ia jahat, tapi bukannya cinta tidak mengenal baik ataupun buruk? Elena mencintai Luke dan apakah salah kalau ia berusaha mempertahankan pria itu?
Bukankah Alena sudah tidak ada? Jadi... ini bukanlah sebuah kesalahan. Iya 'kan?
Masih dalam pemikiran bodohnya, Elena masuk ke dalam rumah Luke yang terlihat mewah dan besar. Dan ia juga melihat Peter yang berdiri di balkon pada salah satu ruangan. Pria itu menatap kearahnya dengan tatapan datar seperti biasa, "kau akan menemuinya lagi, El?"
"Mama-ku yang-"
"Jangan bohong. Kau senang dengan keadaan ini semua bukan? Kau senang karena Alena sudah tidak ada jadi kau bisa mendapatkan kakakku, bukan begitu?" Peter mengatakannya dengan suara yang sangat tajam, "aku tahu kau mencintai kakakku, El. Yah terserahlah, itu bukan urusanku."
"Kau tidak tahu apapun, Peter..."
"Aku hanya perlu mengetahui satu hal, El, kau mencintai kakakku, itu saja. Seharusnya dulu kau katakan saja kepadaku, jadi aku bisa mendapatkan Alena dan kau bisa mendapatkan kakakku, bukankah kita bisa jadi team yang sangat bagus?" Peter tertawa dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku, berjalan mendekati Elena yang masih terpaku di depan pintu lalu berbisik dengan suara yang sangat pelan, "kau munafik, dan kau sangat jahat."
Kau munafik...
Kau jahat...
Kedua kalimat itu berdenging di telinganya seperti kaset rusak, seberapa keras usahanya untuk mengabaikan ucapan Peter, tetap saja pada akhirnya kebenaran menampar wajahnya. Ia jahat dan ia sangat munafik, Peter benar...
Lalu kakinya melangkah menelusuri tangga menuju ruangan Luke, Elena membuka pintu tersebut sedikit. Dan di dalam cahaya temaram, ia melihat Luke-pria yang dicintainya-bersandar di tembok dengan salah satu tangan berdarah, mungkin pria itu lagi-lagi memukuli tembok karena ketika Elena masuk ia melihat begitu banyak tembok yang terkena bercak darah Luke.
"Apa yang kau lakukan, Luke?!" teriak Elena keras dan segera berlari kearah pria itu
Elena merobek sisi rok panjangnya dan membelit luka Luke dengan sangat cepat dan efisien. Ia menginginkan Luke dan ia sangat mencintai pria itu, atau apakah sebenarnya ia telah salah menilai perasaan?
Pria itu terlihat kurus dan matanya birunya tidak seterang biasanya, kemudian mata biru Luke beralih kearahnya dan berubah menjadi sinar yang lebih terang dari sebelumnya. Luke memeluknya dengan gerakan yang sangat cepat, menarik tubuh Elena mendekat kearahnya dan tubuh pria itu bergetar. Luke menangis...
"Hanya kau, aku hanya butuh dirimu Alena. Sayangku, aku akan melakukan apapun, menjalani tanggung jawabku sebagai calon walikota yang baik atau apapun yang kau inginkan, tapi aku mohon... jangan pernah tinggalkan aku," bisik Luke pelan, "hanya kau atau tidak sama sekali, Al..."
"Luke aku..."
Sebelum Elena mengatakan apapun, Luke sudah merebahkan tubuhnya, memberikan tatapan penuh pemujaan dan bibirnya tersenyum lembut. Pemujaan... tapi bukan kepada dirinya dan hal itu membuat Elena menangis.
Aku mencintaimu dan kau mencintainya...
Ketika Luke hampir menciumnya, Elena mendorong tubuh Luke dengan cepat. "Aku Elena bukan Alena..."
"Alena..."
"Aku Elena dan bukan Alena!" teriak Elena keras, air matanya mengalir dengan sangat deras, "Alena sudah meninggal dan kau tahu hal itu, Luke. Alena sudah meninggal. Dia sudah tiada!!"
"Alena belum meninggal. Dia-"
"Alena meninggal dan Elena belum meninggal! Kekasihmu sudah meninggal, Luke! Dan aku bukanlah Alena, aku bukan Alena sama sekali!"
Kemudian Elena berdiri dan berlari keluar dari kediaman Manton. Ya, ia bukan Alena, betapapun ia ingin menjadi saudara kembarnya, kakaknya yang sangat di sayanginya, ia bukan Alena dan tidak akan pernah menjadi kakaknya.
Elena mencintai Luke, entah kapan... tapi ia mencintainya secara diam-diam. Bodoh memang, kenapa ia harus mencintai seseorang yang jelas-jelas telah memiliki kekasih? Kenapa juga ia harus mencintai seseorang yang jelas-jelas merupakan tunangan kakaknya sendiri?
"Jahat... semua jahat..." bisik Elena pelan, membiarkan air hujan mengguyur kepalanya serta tubuhnya, "semua jahat... aku jahat..."
Perlahan ia menangis dan kemudian menangis lagi, ia tidak menginginkan perasaan ini. kalau boleh memilih, Elena tidak menginginkan perasaan ini, lebih baik perasaan ini tidak ada dan lebih baik kalau... dan Elena melihat pria itu.
Kakinya melangkah pelan kearah tumpukan bebatuan di mana pria itu menyandar dengan darah merembes pada salah satu perutnya. Pria itu meringis dan terlihat seperti kucing liar yang sangat besar dan sangat mematikan. Dan mata abu-abu pria itu seolah menariknya sampai ia tidak bisa bernafas. Ia menyukai mata biru, tetapi mata abu-abu pria itu seolah menariknya, menusuknya hingga ketulang dan membuat seluruh tubuhnya bergetar.
Bukan... ini pasti efek karena ia baru saja patah hati, kalau memang kejadian barusan bisa di katakan sebagai patah hati.
Elena berjongkok di hadapan pria itu, mengulurkan sapu tangannya dan berkata dengan suara pelan yang lembut, "apakah aku boleh membantumu?"
°
Satu bulan kemudian, hubungannya dengan pria bermata abu-abu itu terlihat sangat aneh. Pria itu terus mendekatinya, menjaganya dan mengusir pria manapun yang mendekatinya. Aneh... tapi entah kenapa ia sangat menyukai sifat aneh pria itu, yang menurut Elena sangat manis.
"Kau tidak boleh terlalu baik dengan pria lain, El, bisa saja pria itu menyakitimu dan aku tidak suka melihatmu terluka."
"Dan kau boleh terluka?"
"Aku boleh saja terluka," ulang Dominick. "Selama bukan kau yang terluka, El."
Lagi-lagi jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Ia bukannya tidak menginginkan Dominick Payne-si pemilik mata abu-abu yang begitu memikat hati. Ia bukannya tidak menyukai perlakuan manis pria itu, hanya saja ia baru saja patah hati. Elena masih mencintai Luke, entah kenapa tapi ia sangat yakin akan hal itu.
Tapi...kalau Dominick berada di sampingnya, ia merasa seperti terselamatkan. Elena tidak merasa tenggelam di lautan dalam, ia tidak merasa telah melakukan kesalahan. Ia tidak merasa... tidak diinginkan. Entah kenapa, tapi berada di samping Dominick seolah menyelamatkannya, memberikannya satu kesempatan untuk mengubah seluruh hidupnya.
"Kau salah menilaiku, Dom," bisik Elena pelan, memegang erat buku di pelukannya, "aku tidak baik, kalau aku di dekati oleh pria jahat, dan pria itu menyakitiku maka itu memang pantas kudapatkan. Aku jahat dan aku harus di hukum..."
"..."
Elena tertawa sinis dan merasa hidupnya sangat ironis. "Aku jahat, kau hanya belum mengetahui seberapa jahat-"
"Mencintai seseorang yang telah dimiliki oleh orang lain bukanlah sebuah kejahatan, itu adalah perasaan. Perasaan tidak bisa di hakimi, bisa saja kau mencintai seseorang yang sama buruknya dan kau tidak akan pernah tahu hal itu. Bisa saja aku mencintai wanita lain yang telah menikah dan tidak ada satu orang pun yang bisa menghakimiku, karena perasaan adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa di hakimi, karena kita bahkan tidak tahu mengapa hal itu terjadi..."
Nafas Elena tercekat. Namun ia berusaha menggigit bibir dalamnya dan tidak mengatakan apapun.
Dom melangkah sekali di hadapannya, mengulurkan tangan dan menarik tangan Elena yang memegang buku, membuka lipatan jemari gadis itu hingga membuat buku-buku terjatuh, lalu menyatukan jemari mereka. Satu bulan sudah cukup membuat Dominick mencintai gadis di hadapannya, satu bulan sudah cukup untuk membuatnya mampu memahami gadis di hadapannya dan satu bulan sudah cukup untuk...
Membuatnya rela mati demi gadis ini...
"Aku bisa saja memilih untuk tidak mencintaimu, tapi aku tidak melakukannya. Kenapa? Karena ini adalah perasaanku, terlebih lagi karena aku menginginkan perasaan ini untuk tetap ada di dalam hatiku, El. "
"..."
"Kau mencintai dia, aku tidak akan mempermasalahkannya, tapi biarkan aku membuatmu mengerti bahwa ada satu kesempatan yang bisa kau ambil bersamaku. Bahwa perasaan yang kau miliki bukanlah sebuah kesalahan. Biarkan aku mencobanya dan-"
"Bagaimana kalau kau gagal? Bagaimana kalau ternyata aku gagal dan malah menyakiti dirimu, Dom? Bagaimana kalau semua ini adalah kesalahan? Aku-"
"Tidak ada perasaan yang salah," bisik Dom pelan, menarik gadis itu perlahan kedalam pelukannya. "Aku lebih baik tersakiti daripada melihat air matamu, El, aku tidak tahu kapan, tapi aku mencintaimu. Sangat..."
"Dom..."
"Dan aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Itu adalah janjiku dan aku menginginkan janjimu untuk tidak pernah membiarkanku pergi. Janji kita, pengingat kita dan ini adalah awal dari hubungan kita..." jelas Dom.
Ia mengurai pelukan mereka, mengecup pelan kening Elena dan berkata, "this is our vow, can you settle down with me? Leave your past and make a new story with me?"
Elena menangis. Ia tidak tahu mengapa tapi ia menangis. Ada sedikit rasa lega di dalam hatinya, Elena tidak ingin menjadi jahat. Ia hanya mencintai seseorang yang salah, hanya itu... ia tidak pernah mengharapkan kematian ataupun kecelakaan yang merenggut nyawa kakaknya. Ia hanya merasa... bersalah karena menghianati kakaknya...
Karena memiliki perasaan yang tidak boleh di milikinya.
Dan apakah kali ini ia sudah memilih dengan benar? Apakah kali ini ceritanya akan berbeda dengan yang sebelumnya?
Kak, kalau cinta kemarin adalah kesalahan, apakah aku boleh sekali lagi mempercayakan perasaanku kepada pria bermata abu-abu ini? Apakah dengan begitu kita akan mendapatkan sebuah cerita yang berbeda? Elena menarik nafasnya dan menggenggam erat tangan besar Dominick, lalu berkata dengan pelan, "buat aku tahu seperti apa rasa cinta yang nyata, tolong buat aku mengerti bahwa cinta kita bisa membuat aku meninggalkan apa yang seharusnya aku tinggalkan. Masa lalu dan kesalahanku..."
"We will make it better, I promise..."
No, We're promise...
"Semua cinta memiliki caranya sendiri untuk berlabuh, sama seperti kapal yang membutuhkan pelabuhan, kau adikku sayang, memiliki satu kesempatan untuk mengubah pelabuhan itu menjadi milikmu seorang, sama seperti aku yang sudah mendapatkan tempat untuk berlabuh, kapalku dan pelabuhanku..."
°
Elena membuka matanya dan merasakan air matanya mengalir di sudut matanya, ia mengangkat tangannya dan menghapusnya dengan cepat. Lalu menggulingkan tubuhnya hingga berada di atas dada Dominick yang bidang, sementara nafasnya berhembus dengan cepat.
"Ada masalah?" tanya Dominick tanpa membuka matanya.
"Tidak..."
"El, aku tidak suka kau menyembunyikan sesuatu..."
Elena menggeleng, dan tersenyum kecil, "aku tidak bohong. Ini bukanlah apa-apa, Dom, aku hanya mengingat sedikit kenangan kita ketika baru pertama kali bertemu."
"Ah, cerita awal..."
"Dan janji kita, Dom."
Pria itu tersenyum lalu membuka matanya perlahan, membiarkan mata abu-abunya menatap mata coklat Elena. Ia mengangkat tangannya dan mengelus bekas air mata Elena, "kau tidak akan menangis karena Luke, El. Kau bersumpah untuk mencintaiku..."
"Dan bukan karena sumpah itu aku mencintaimu, Dom, aku mencintaimu karena cintamu cukup untuk membuat aku mencintaimu..."
"Bodoh..."
"Kita bodoh," bisik Elena dan mengecup bibir Dominick lalu tersenyum kecil, "terima kasih telah menyelamatkanku dari keterpurukanku dulu, terima kasih karena sudah membiarkan Aku masuk ke dalam hidupmu dan terima kasih karena sudah memilih aku sebagai wanita terakhir di dalam hidupmu, Dominick Payne..."
"Apakah aku harus berterima kasih karena kau juga sudah berbaik hati menerima tawaranku dulu?"
"Apakah kau mau berterima kasih?"
Dominick berpikir sebentar dan menggeleng cepat, "tidak, Elena-ku sayang, kalaupun saat itu kau memilih pria itu, aku akan membuatmu memilihku tidak lama lagi, karena aku sudah memberikan perasaanku padamu dan aku mau kau melakukan hal yang sama. Aku menginginkan keseluruhan hatimu, masa lalu tidaklah penting bagiku selama kita membuat masa depan kita bersama, hanya itu yang penting."
Iya, hanya itu saja yang penting.
Kalian boleh jatuh cinta beratus-ratus kali kepada orang yang salah, membuat kesalahan yang sama dan membuat kalian terpuruk hingga tidak lagi bisa bangkit. Karena akupun juga melakukannya, semua orang melakukannya. Hanya saja, ketika pada waktu yang tepat, entah kejadian apapun yang membuat hal itu terjadi, percayalah kalian akan menemukan satu kesalahan manis.
Dan ketika saat itu terjadi, kalian tidak akan menangis, kalian tidak akan merasa lemah. Kalian akan menemukan sebuah kekuatan dari situasi yang bisa membuat kalian seharusnya menangis tersedu-sedu di bawah selimut. Elena menemukan kekuatan itu melalui satu kejadian aneh yang mengubah satu kesalahannya.
Ini adalah ceritanya, cinta bodohnya, cinta yang berawal dari caranya untuk mengubah kesalahan menjadi satu kebenaran. Cinta tanpa pamrih dan cinta yang tidak pernah di harapkannya sebelumnya, kalau ada yang bertanya mengapa Dominick? Ia akan menjawab dengan penuh percaya diri.
Because he's my last of love. Dia adalah segalanya dan dia adalah alasan mengapa ia tidak lagi melakukan kesalahan. Mencintai seseorang bukanlah kesalahan, ia tahu. Tapi kalau mencintai seseorang berarti menyakiti orang yang berharga bagi kita, maka itu adalah kesalahan. Ia mencintai Dominick dan tidak ada yang terluka, ini bukan kesalahan dan kalaupun ini adalah kesalahan, ini adalah kesalahan termanis yang pernah terjadi di dalam hidupnya.
Kepada siapapun yang membaca kisahku, mendengarkan dongeng ini, maka aku Elena Madeline Ashton ingin mengatakan satu hal yang sangat penting. Jatuh cintalah, bergembiralah dan bersyukurlah lalu pertahankan apa yang bisa kau pertahankan. Ikuti hatimu, karena hatimu tidak akan pernah berbohong walaupun otakmu berusaha menipumu, memanipulasimu, tetapi hatimu tidak akan melakukannya.
Karena seperti kata Dominick, perasaan kita tidak pernah salah dan mencintai seseorang bukanlah kesalahan. Aku ingin kalian bahagia seperti aku, aku yang sekarang dan bukan aku yang dulu.
Aku adalah Elena Ashton yang berbahagia karena memiliki pria jahat yang hanya mencintai diriku. Dan aku akan dengan senang hati mendengar dongeng mengenai kisah cinta kalian. Bukankah jatuh cinta akan indah di waktu yang tepat? -Elena M. Ashton.
°
Halo, hahaha... sorry, aku malah buat endingnya absurd banget ya. Tapi nggak tahu kenapa, aku pengen banget buat ending begini, Hehe, now karena ini udah officially tamat dan mungkin sisa 1 extra part. Bisa kalian comment di kolom komentar mengenai bagaimana cerita ini dan apakah endingnya membuat kalian sebal dan sebagainya, sebenarnya buat jadi masukkan aja sih. :D
Anw, jangan pedes-pedes ya. Sakit bacanya LOL
-Nath-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top