T.L.O.L | EMPAT
"Jatuh cinta kepadamu itu menyakitkan bagaikan butiran hujan deras yang menghujam kulit namun juga menyegarkan"-Elena Madeline
Selama seminggu yang dilakukan Elena hanyalah bergelung di dalam selimut, meneteskan air mata dan merasa sangat bodoh. Ia tidak mau menyerah namun sepertinya kenyataan memaksanya untuk menyerah. Elena membenci dirinya sendiri dan membenci kenyataan bahwa tidak banyak yang bisa dilakukannya.
Berharap sebenarnya tidak seburuk menghadapi kenyataan. Elena sebenarnya bisa terus berharap namun yang tidak dapat di lakukannya adalah menghadapi kenyataan bahwa Dom membencinya sekarang.
Bukan, pria itu hanya berusaha menghukumnya karena apa yang telah dilakukannya. Dalam kamus Dom, hanya penghianatan yang tidak bisa ditoleransi olehnya. Hanya itu dan satu-satunya hal yang malah dilakukan oleh Elena.
"Aku merindukanmu" bisik Elena pelan dan berusaha memejamkan matanya. Selama seminggu ini ia tidak bisa memejamkan mata tanpa mengingat ucapan dingin Dom. Dan itu benar-benar menyakitinya.
Mendadak selimut yang melilit tubuhnya di tarik dengan kasar dan cahaya terang menusuk seluruh tubuh hingga matanya. Elena menutup matanya dengan punggung tangan dan berusaha membiasakan diri dengan cahaya yang mendadak masuk itu.
"Kalau kau begitu merindukannya seharusnya kau melakukan sesuatu"
Emily berdiri di hadapan Elena dengan sebelah tangan memegangi selimut, rambut kecoklatan milik Emily di kepang dan ia menunduk kearahnya, "kalau kau tidak mau bangun, aku tidak akan memberikan hadiah ini untukmu"
"Aku tidak butuh hadiah. Keluar dari kamarku sekarang juga, Em!"
"Yakin?"
Dengan kesal Elena melempar bantal kearah adiknya dan menggerutu, "keluar dari sini Emily! Aku tidak ingin melakukan apapun sekarang!"
"Aku bisa melihat hal itu. Karena sudah seminggu ini yang bisa kau lakukan hanyalah menangis dan menyesali apa yang sudah terjadi, El"
"Kau-"
"Bangun dan mandi sekarang, aku akan menunggumu di teras depan"
"Aku sudah bilang kalau aku tidak mau pergi!" teriak Elena kesal dan kembali berguling di atas tempat tidurnya, berusaha mengabaikan keberadaan Emily yang masih di dalam kamar. Ketika ia merasa seseorang duduk di samping tempat tidurnya hingga melesak kedalam, ia tetap memejamkan mata, "apapun yang kau katakan tidak akan membuatku bergerak dari tempat tidur, Em"
"Yakin? Walaupun kalau aku bilang ini berhubungan dengan pria yang menjadi alasan kenapa selama seminggu ini kau menangis?"
Hal itu jelas berbeda dengan apa yang diharapkan ataupun yang dipikirkannya. Dan hal itu tentu saja mampu membuat Elena memutar tubuhnya dan beranjak dari tempat duduk. Ia menatap wajah Emily dengan mata terbelalak. Karena pembicaraan ini melibatkan Dom, tentu saja segalanya akan berbeda.
"Apa yang mau kau bicarakan sebenarnya?"
Emily tidak menjawab melainkan hanya tersenyum kecil, "bangun dan mandi lalu bersiap. Kita akan membicarakan hal ini di jalan, selain itu tidak akan ada pembicaraan, El. Tidak sama sekali"
"Kalau kau membohongiku-"
"Tidak ada kebohongan, El, aku berada di pihakmu sekarang" jawab Emily pelan dan ia beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamarnya. Sejenak ia terdiam dan memutar tubuhnya sedikit. "Aku menyadari bahwa kau tidak bahagia, kalau kau mau tanya mengapa dan apa alasannya sehingga aku melakukan ini"
Mereka tidak mengatakan apapun. Tidak satu katapun. Dan Emily menutup daun pintu sehingga suara tersebut berdebam pelan di ruang kamarnya.
Kata kenapa hampir saja terlontar begitu saja. Elena tahu bukan hanya kata itu saja yang terpikirkan, hanya saja kata kenapa membuat segalanya terasa jelas. Apa alasan Emily membantunya, dan kenapa Emily melakukan hal ini?
Ia ingat betapa adiknya mengurung dirinya di dalam kamar dengan setengah terisak di luar kamar, membiarkan tangan Elena memukul daun pintu untuk meminta bantuan dari adiknya itu.
Dan Elena juga ingat apa yang diucapkan oleh Emily saat itu.
Kalau dengan kau membenciku bisa membuatmu lepas dari ketidakbahagiaan, aku akan melakukannya, El, aku melakukannya untukmu dan selalu untukmu. Aku melakukannya bukan karena mama atau papa yang memintaku. Bagiku, kebahagiaanmu adalah yang terpenting, hanya itu.
∞
Selama berada di jalan, Emily tidak mengatakan apapun, sementara Elena masih memikirkan apa hubungan semua ini dengan Dominick? Selama sepuluh menit di jalan, Elena masih memikirkan hal itu hingga mereka berada di sebuah lapangan besar di mana sedang diadakan pembangunan untuk real estate.
Beberapa tukang bangunan berlalu lalang membawa pipa, semen atau peralatan berat lainnya. Elena memutar kepalanya dan mengernyitkan alisnya dengan sebal, "aku tidak mengerti kenapa kita berada di sini dan aku juga tidak mengerti apa hubungan semua ini dengan Dominick?!"
"Ini semua berhubungan dengan Dom"
Elena hampir saja marah dan mengeluarkan ucapan dinginnya, hingga ia melihat tangan adiknya menunjuk kearah seberang ruangan. Ia mengikuti arah tangan tersebut yang menunjuk ke beberapa pekerja bangunan dan tatapannya terpaku.
"Dom bekerja sebagai salah satu pekerja bangunan seminggu yang lalu" jelas Emily menatap kearah Elena yang setengah matanya mulai berkaca-kaca. "Aku pikir kau mau tahu tentang hal ini"
"Dom adalah calon pengacara terbaik di Texas"
"Aku tahu dia masih menjadi calon pengacara yang baik, El" Emily menepuk pundak Elena dengan lembut, "dan dia akan menjadi pengacara terbaik. Dia hanya... butuh waktu"
Ia mengangkat tangannya dan menutup wajahnya.
"Ini semua karena aku, Em. Semua... karena aku" bisik Elena pelan.
Sebenarnya Dom bisa saja mendapatkan pekerjaan yang layak di banding menjadi seorang pekerja bangunan, di mana ia harus mengangkat barang berat, berkeringat dengan upah yang tidak terlalu besar. Pria itu bisa mendapatkan pekerjaan sebagai pengacara kalau saja Dom tidak menolongnya malam itu. Dan kalau saja...
"Kau mencintai Dom, bukan?" tanya Emily pelan
"Tentu saja aku mencintainya, Em!"
Emily tersenyum kearahnya dengan lembut, tanagnnya mengelus punggung tangan Elena, "lalu apa masalahnya? Kalau memang kau mencintainya, pekerjaan Dom tidak akan mengubah perasaanmu kepadanya 'kan?"
"..."
"Seperti apapun pekerjaannya, kau akan tetap mencintainya, bukan begitu?"
Benar... seperti apapun pekerjaan Dom dan apa yang dilakukan pria itu, tidak ada satupun yang bisa membuat perasaannya hilang. "Aku mencintainya dan justru karena aku mencintainya, Em, aku tidak bisa melihat dia yang seperti ini. Karena aku-lah yang membuat dirinya kehilangan masa depan yang cerah. Karena aku..."
"Kau tidak bisa mencintai orang lain tanpa merasakan sakit, El. Karena rasa itu menyatu di balik pori-mu. Karena jatuh cinta itu menyenangkan dan menyakitkan sama seperti butiran hujan yang menerpa kulitmu, bukankah kau pernah mengatakan hal itu?"
"Dia membenciku sekarang..."
"Dia hanya membutuhkan waktu, itu tidak sama dengan dia yang membencimu. Itu dua hal yang berbeda, El"
Elena menarik nafasnya perlahan dan menatap Emily yang terlihat tulus di depannya, "kenapa? Apa alasanmu melakukan semua ini?"
"..."
"Kau dulu membantu mama dan kenapa sekarang kau membantuku? Kenapa kau malah memberitahuku mengenai Dom?"
"Karena aku sadar, hal dulu yang kupikir bisa menyelamatkanmu malah membuatmu menjadi menderita. Karena aku sadar, aku telah menghilangkan hal yang paling kau butuhkan di dalam hidupmu El" Emily mengatupkan kedua tangannya, memejamkan mata sekilas dan berkata, "karena aku sadar, hanya Dom yang bisa menjadi kebahagiaanmu"
"Em..."
"Aku pernah membuatmu kehilangan kebahagiaanmu, dan aku tidak akan membiarkan satupun orang membuatmu kehilangan pria itu lagi. Tidak setelah tujuh tahun yang telah kau lewati, El..."
∞
Hal pertama yang tidak terpikirkan oleh Dom adalah bahwa Elena akan datang untuk kedua kalinya setelah ia mengucapkan kata kasar kepada gadis itu. Apapun maksud gadis itu berdiri dihadapannya dengan tangan membawa tas kecil di tangannya jelas tidak membuat Dom mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.
Elena bergerak mendekat kearahnya dan tersenyum lembut.
"Aku membawakanmu makanan" jelasnya mengancungkan tas berisi makanan itu tinggi-tinggi.
Ketika Dom akan mengeluarkan statement yang sama dengan yang pernah di katakannya, Elena mengangkat sebelah tangannya dan tersenyum lebar, "aku membawa cintaku ke sini,bukan sedekah untukmu"
"..."
"Walaupun kau tidak bisa menerimaku lagi, setidaknya kau mau mencicipi hasil cintaku ini, Dom" bisik Elena pelan. Bukankah ini yang harus dilakukannya? Tersenyum. "Kalau tidak enak..."
Dom bukan orang bodoh dan juga bukan pria yang tidak peka. Ia bisa melihat getaran kecil pada tangan dan seluruh tubuh Elena, dan walaupun ia berusaha untuk tidak melihat hal itu, Dom tetap mengerti apa maksudnya.
"Pulanglah" bisik Dom pelan
Gadis itu menggeleng, "tidak. Aku ingin berada di sampingmu, Dom"
"Aku tidak ingin di sampingmu. Tidakkah kau mengerti, El? Kau tahu tidak ada kita lagi di sini"
Elena mengangkat kepalanya dan Dom bisa melihat warna mata hijau milik gadis itu yang berkilat, tetapi ia belum bisa memutuskan apakah kilat itu karena dirinya ataukan karena hal lain. "Setidaknya kau masih memperdulikanku, Dom"
"Aku tidak-"
"Setidaknya, kau masih mau memanggil namaku" bisik Elena pelan, ia mengangkat tas kecil itu kearah Dom dengan gerakan memaksa, "aku tahu kau belum makan, aku juga tahu makananku tidak cukup nikmat untuk dijadikan makan siang, tapi aku tetap membuatkan untukmu karena minum kopi saja tidak cukup untuk membangun nutrisi di dalam tubuh, Dom"
"..."
Walaupun tidak mengatakan apapun, Dom menerima tas kecil itu. Ia bisa melihat Elena merongoh sakunya dan memberikan kepada Dom. "Kau pasti kelelahan karena mengangkat barang yang berat. Aku tahu kau tidak mengharapkan ini, tapi..."
"Kau sudah tahu kalau aku tidak mengharapkan ini, tapi kau tetap melakukannya?"
Elena menelan saliva-nya dan bergerak cemas di tempatnya berdiri. Ia bukannya ingin Dom membencinya lebih dari sekarang. Karena keadaan sekarang sudah buruk tanpa harus di tambah kebencian yang lain. Ia menghirup nafas panjang-panjang dan mengatupkan kedua tangannya di depan tubuhnya.
"Aku melakukan hal ini karena hal yang tidak ingin kau dengar, Dom. Hanya itu..."bisik Elena pelan.
"El"
"Aku tidak akan mengganggu makan siangmu, kau bisa meletakkannya di tempat yang bisa kujangkau dan ketika kau selesai makan. Aku-"
"Kau bisa menggunakan tenda-ku kalau kau memang ingin menungguku selesai makan siang" jawab Dom datar.
Tanpa mendengar jawaban lebih lanjut, Dom berjalan kearah tenda yang memang dipersiapkan untuk para pekerja. Ia memilih tempat di luar dan membiarkan Elena berada di dalam tenda. Entah karena canggung atau karena hal lain, tetapi Elena tidak mengatakan apapun selain diam di dalam tenda sementara Dom makan di seberang tenda tanpa menatap kearahnya.
Bukankah ini salah satu kebaikan Dom yang kau sukai, El? Dia telah berbaik hati untuk menerima masakanmu walaupun sebenarnya masakanmu pun tidak layak.
Sementara Elena diam di dalam tenda, diam-diam Dom memakan makanan yang di bawakan oleh gadis itu dengan mencuri lirik kearah gadis itu. Wajah Elena terlihat pucat, dan bibirnya tidak berwarna pink seperti sebelumnya.
Pikiran mengenai kemungkinan gadis itu sakit, sangat tidak disukai Dom. Ia menggeleng kepalanya dan memantapkan pandangannya kearah bangunan kosong di hadapannya. Ia tidak bisa lagi membiarkan perasaannya mengambil alih kehidupannya, cukup sekali dan ia tidak akan mengulanginya lagi.
∞
Ketika makan siang Dom telah habis, ia bangkit dan mendekati Elena. Kemudian ia menyadari bahwa gadis itu tengah tertidur dengan kepala dimiringkan ke sebuah papan kasar yang ada di dalam tenda.
Dom menumpukan sebelah lututnya di atas bebatuan kasar, sementara tangannya menyingkirkan beberapa helai rambut yang terjuntai di pelipis gadis itu. Gadis yang dicintainya dan sampai saat ini mampu menghancurkan perasaannya tengah tertidur, memejamkan mata dan tidak berdaya.
Ia membiarkan jemarinya mengambil kesempatan itu dengan mengelus salah satu wajah, bibir, puncak rambut dan alis melengkung gadis itu. Dan gerakannya berhenti ketika ia mendengar suara rintihan dari Elena.
"Don't touch me..."
Suara itu lirih dan Dom menangkap butir keringat pada pelipis Elena yang mendadak hadir, ia mengelus keringat itu dan menggertakkan giginya ketika mendengar gadis itu merintihkan kalimat yang sama, "Don't touch me... save me, Dom..."
Sialan...!
Dom menggoyangkan tubuh Elena dengan keras dan berteriak beberapa kali dengan geraman yang menakutkan, "bangun Elena!" ia melakukannya beberapa kali hingga gadis itu terbangun dan mata hijaunya terlihat bingung dan kacau.
Gadis itu menoleh kekiri dan kanan kemudian menghela nafas panjang, "k-kau sudah selesai makan siang, Dom?"
"Jangan datang lagi, El, jangan pernah datang lagi" bisik Dom pelan, "sekarang kau pulang!"
"Dom..."
Mereka berdua bangkit dan keluar dari tenda dengan cepat namun melakukan hal yang berbeda. Dominick yang menjauhkan diri dari Elena, sedangkan gadis itu menarik ujung kemeja Dom yang masih basah karena keringat. "Dom, tolong jangan..."
"Aku sudah bilang tidak ingin melihatmu lagi, El. Aku sudah bilang bahwa aku ingin kau enyah dari kehidupanku. Tidakkah kau mengerti?!"
"Aku tidak mengerti dan aku tidak mau mengerti!"
Elena tidak melepaskan tarikannya dan malah menatao Dom dengan kesal, "aku tidak mengerti kenapa aku harus menjauh darimu sementara hal itu adalah hal terakhir yang ingin aku lakukan!"
"Karena aku tidak lagi menginginkanmu"
"Dan karena kau tidak menginginkanku, jadi aku harus mengikuti keinginanmu?! Jangan gila Dominick Payne! Jangan menyuruhku untuk melakukan sesuatu yang tidak aku sukai. Kau tidak berhak melakukannya, keluargaku tidak berhak melakukan hal tersebut dan terlebih lagi dirimu!"
"Aku tidak pernah menginginkan dirimu lagi, El dan aku akan mengucapkannya hingga kau sadar"
"Berikan aku alasan kenapa aku harus melakukan hal itu, Dom"
Kemudian mendadak sebuah radio memberitakan sebuah berita yang tidak ingin di dengarnya dari sebuah pekerja yang tidak sengaja melewati mereka dengan cuek. "...Putri sulung keluarga Ashton akan bertunangan dengan Jefferson, sang putra gubernur dari Seattle. Akankah..."
Dom menajamkan pendengarannya dan menatap kearah Elena dengan wajah tanpa ekspresi. Ia menyentakkan tangannya dengan kasar, sementara gadis itu terlihat lemah, "bukankah berita barusan sudah dapat menjadi sebuah alasan mengapa aku tidak menginginkanmu di dalam hidupku, El?"
"Dom..."
"Aku pernah menginginkanmu dulu, tapi aku tidak menginginkanmu sekarang. So, stay away dan biarkan aku menikmati hidupku yang sekarang, El"
∞
TBC | 28 Oktober 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top