T.L.O.L | Dominick, Luke and Elena.
T.L.O.L—Part 30 | Dominick, Luke and Elena.
Tidak ada satupun alasan mengapa aku tidak bisa melakukan hal sekecil ini untukmu, karena aku jatuh cinta padamu tanpa alasan—Elena Madeline Ashton.
Elena terus menunggu hingga Dom sadar, yang sayangnya telah berkali-kali pula dokter yang menangani Dom berkata bahwa Dom sedang dalam pengaruh obat bius dank arena demam tinggi sehingga pria itu tidak akan bangun dalam jangka waktu singkat. Ia tidak percaya, dan kalaupun hal itu benar-benar terjadi, Elena ingin ia adalah orang pertama yang akan di lihat pria itu ketika pada akhirnya ia memutuskan untuk bangun.
Tangan Elena terulur, memegang tangan Dom dan mengecupnya ringan. Ia meletakkan telapak tangan besar itu di salah satu sisi wajahnya. Air matanya terus mengalir sejak dua jam yang lalu. Ia tidak sanggup untuk melihat tubuh Dom yang terbaring lemah seperti ini. "Dom, apa sangat sakit sampai kau tidak ingin bangun?" tanya Elena pelan.
"Maafkan aku karena tidak pernah mengatakan apapun kepadamu. Jangan pernah sekalipun berkata kalau aku tidak mempercayaimu tapi ini semua murni karena aku takut. Aku takut dengan perasaanku sendiri dan aku takut merusak apa yang sudah tertata rapi," Elena mengecup sekali lagi telapak tangan Dom, "aku mencintaimu Dom, aku mencintaimu hingga rasanya menyakitkan karena aku takut kehilanganmu. Aku mencintaimu dan karena itulah aku bersikap menjadi pengecut."
Karena aku terlalu mencintaimu...
Mendadak pintu rawat Dom terbuka, Elena meletakkan kembali tangan Dom lalu dengan cepat menghapus air matanya sebelum melihat siapa yang datang tanpa mengetuk pintu. "Pa? Ma?"
"Bagaimana keadaan Dom?" tanya Valeria dengan gugup sementara sebelah tangannya membawa buah-buahan segar untuk Dominick. "Apa dia sudah bangun?"
Elena menggeleng.
"Dia akan bangun, sayang. Kau harus percaya hal itu," ucap George lembut. Ia berusaha dengan sebaik-baiknya untuk menenangkan putrinya, namun ia juga bisa melihat kalau Elena menatapnya dengan marah. "Keluarga Dom akan datang sebentar lagi, mereka sangat panik ketika mendengar apa yang baru saja terjadi."
"Dan tampaknya kalian tidak terlalu panik ketika mengetahui apa yang baru saja terjadi." Elena menyatakan hal tersebut dengan perasaan tidak suka.
"Luke gila dan dia harus di penjara agar tidak menyakiti orang lain" sergah Valeria mendadak ketika suasana telah berubah menjadi hening. "Seharusnya anak itu tidak pernah menyakiti orang lain, bahkan setelah—"
"Setelah Luke kehilangan cintanya? Setelah Luke kehilangan Alena, Ma? Mama tidak akan pernah mengerti perasaan Luke," ucap Elena pahit. "Apa yang dilakukan Luke semata-mata karena dia kehilangan kepingan hatinya, Ma. Aku tahu perasaan itu karena ketika aku kehilangan Dom, I'm nothing. Dan mama tidak akan pernah mengetahui hal itu karena mama selalu berusaha membuat kami anak-anak yang tidak mengerti apapun di bodohi dan dipecundangi oleh pikiran logis kalian!"
George menahan lengan Valeria dan mengusapnya perlahan.
"Aku akan mengajukan tuntutan untuk membersihkan nama Dom, aku tidak peduli apakah kalian setuju ataupun tidak. Aku akan mengatakan semuanya di depan publik dan aku tidak peduli apakah aku bisa tinggal di Texas lagi setelah ini ataupun tidak!" teriak Elena menggelegar di seluruh ruangan.
Ia terlalu marah untuk tahu bahwa hal tersebut mungkin saja akan menyakitinya namun ia tidak peduli. Sudah cukup semua drama murahan ini, semua ini tidak membuat semua orang berbahagia. Elena tidak bahagia, Luke tidak bahagia dan begitu pula dengan Dom. Dan Elena yakin, kalau ia memang ingin melindungi Dom, inilah satu-satunya cara untuk dilakukan.
Ketika nama secara hukum telah bersih seperti sediakala, mereka akan mampu melanjutkan kehidupan mereka tanpa satupun rasa penyesalan—karena terlalu banyak rasa penyesalan yang hadir di dalam hidup mereka.
"Aku akan melakukannya, Ma dan aku tidak lagi peduli apakah aku akan sakit atau tidak," gumam Elena pelan. Air matanya kini mengalir seperti orang gila, ia sudah cukup di lindungi oleh Dom. Kali ini, ia ingin dirinyalah yang melindungi pria itu. Satu-satunya pria di dalam hidupnya.
Elena berbalik dan mencium bibir Dom sekilas dengan lembut, "aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu, Dom, bahkan jika orang itu adalah aku. Aku tidak akan bisa memaafkannya."
Lalu Valeria maju ke belakang Elena dan memeluk putrinya dengan lembut, "Mama pikir dengan kejadian ini hanya akan satu orang yang tersakiti, siapapun boleh tersakiti kecuali putriku. Sudah cukup dengan kehilangan satu putri yang sangat mama cintai, kehilanganmu adalah beban terberat yang bisa mama terima setelah kehilangan Alena, El."
"Dan mama tidak pernah berharap semua ini terjadi, kalaupun masalah ini terjadi lagi. Mama akan melakukan hal yang sama, menyelamatkanmu dan menyerahkan Dom. Mama akan terus melakukannya sampai di akhir nafas mama, karena mama terlalu mencintaimu untuk melihatmu terluka dan di permalukan. Kau boleh membenci mama seperti yang kau lakukan, tapi tolong... lihatlah mama sebagai wanita yang telah melahirkanmu, membesarkanmu dan mencintaimu walaupun dengan cara yang salah, El."
Elena membalik tubuhnya dan menatap Valeria yang tengah terisak dengan sangat sedih. Ia mengulurkan tangan dan menghapus air mata mama-nya dengan lembut, "bukan salah mama karena jika saja saat itu aku tidak lemah, maka mama tidak perlu melakukan hal ini untuk melindungiku. Aku yang terlalu lemah, Ma."
"Bukan, El, kau tidak lemah. Papa dan mama-lah yang..."
"Maafkan El, Ma. Seharusnya selama ini aku tidak memiliki hak untuk membenci kalian, aku salah. Maafkan aku..."
George yang sudah tidak sanggup lagi menahan rasa harunya mulai berjalan ke sisi istrinya, mendekap istri serta putrinya dengan rasa sayang yang menguar melalui seluruh pori-porinya. Tubuh besarnya bergetar dengan lemah ketika memeluk mereka berdua, "lakukanlah apa yang menurutmu pantas untuk dilakukan El, kalau menurutmu Dom pantas untuk diperjuangkan maka lakukanlah."
"Papa tidak akan menyuruhku untuk bertunangan dengan—"
"Itu semua adalah rekayasa hanya untuk melindungimu dan juga Dom,"jawab George, "karena papa tahu hanya itu satu-satunya yang bisa membuatmu selamat dari ancaman Luke. Anak itu tidak dalam kondisi prima, El, terlalu banyak rasa sakit yang dialaminya sehingga ia berubah menjadi seperti itu."
George mengusap puncak kepala Elena dan berbisik pelan, "jangan membencinya, El, jangan pernah membenci Luke karena anak itu hanyalah pria malang yang kehilangan cinta sejati di dalam hidupnya karena ia kehilangan Alena. Ia hanya mengalami disorientasi untuk sementara waktu."
"Aku tidak membencinya Pa. Aku ingin membencinya namun aku tidak sanggup." Bagaimana mungkin Elena sanggup membenci pria yang pernah ia sukai? Pria baik yang pernah ada di dalam kesehariannya sebelum ia bertemu dengan Dom? Bagaimana ia bisa membenci pria yang di cintai oleh saudara kembarnya sendiri?
"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, El?" tanya Valeria pelan.
"Mengajukan tuntutan untuk membersihkan nama Dom, Ma. Christian sudah menyiapkan segalanya untukku dan jam empat nanti, aku akan pengadilan untuk menjadi saksi mengenai kejadian tujuh tahun yang lalu. Dan aku juga..."
Valeria menunggu hingga putrinya mengatakan apa yang hendak di katakannya, dan ia yakin pasti sangat sulit untuk menjadi saksi di hadapan ratusan warga Texas yang sepertinya terlalu suka ikut campur.
"Aku juga akan mengatakan bahwa Luke sama sekali tidak bersalah, karena dia hanya mengalami disorientasi, Ma. Semua ini... hanyalah drama omong kosong yang dilakukan pria itu untuk menyakitiku, menyakiti dirinya sendiri."
"Dia tidak akan senang menerima uluran tanganmu, Elena."
"Aku tidak peduli ma. Karena bagiku, hanya ini yang bisa kulakukan untuk menolongnya. Hanya ini satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk menolong Alena karena aku sudah berjanji untuk melindunginya, Ma. Aku sudah berjanji dan aku bahkan belum bisa menepati janjiku," bisik Elena pahit.
Ia sudah berjanji kepada Alena dan ia tidak bisa menepatinya. Maafkan aku Alena, aku akan menepati janjiku sekarang.
°
Elena ingat mereka pernah berdebat karena pada awalnya ia sama sekali tidak menyukai sikap Luke yang terlalu penyayang sehingga sering kali mendapat bully dari teman sekolah kami. Pria itu terlalu baik untuk menjadi pria.
"Al, kenapa kau sangat mencintai Luke? Padahal dia hanya pria bajingan brengsek yang menyukai semua gadis di sekolah. Dia juga sangat lembut seperti perempuan, terlalu sabar. I mean, itu sama sekali tidak gentle."
"Dia adalah segalanya untukku, El, dia bukan tidak gentle, dia hanya berusaha menjadi sosok yang bukan dirinya. Politik bisa saja membuatmu menjadi sosok yang tidak kau kenal karena hanya itulah caranya untuk mempertahankan keselamatanmu, El. Tapi bagiku, dia adalah pria yang sangat mencintaiku, hanya itu yang penting."
"Walaupun dia mencintaimu dengan berbalut topeng?"
"Topeng ataupun tidak, Luke tetaplah Luke bagiku."
"Kisah cintamu membosankan, Al, kalau aku berharap suatu saat nanti ada pria yang mencintaiku dan pria itu harus gentle," sahut Elena sambil terkikik kecil. Ia tidak mungkin mengatakan kepada kakaknya kalau Luke telah menjadi sosok yang sedikit istimewa di dalam hatinya.
Alena mengelus puncak kepala Elena dan menatap adiknya dengan serius, "kalau suatu saat nanti dia sedang terpuruk, jagalah dia untukku, El, anggap dirimu sebagai diriku. Buat dia mengerti kalau aku tidak akan pernah meninggalkannya."
"Aku janji, walaupun aku yakin kau tidak akan pernah meninggalkannya, Al."
"I'll never did. Tapi kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi."
°
Lilya dan Emily masuk ke dalam kamar rawat Dom, wajah mereka tanpa ekspresi namun terlihat tegang dan hal itu membuat Elena hampir saja tersedak karena tawa. "Wajah kalian sangat buruk."
"Tidak seburuk kau, El," jawab Lilya dan tersenyum menatap Dom yang masih berbaring, "sebentar lagi jam empat. Kau sudah harus bersiap, Christian sudah menunggumu di Lobby. Dan aku yang akan menjaga kakakku di sini."
"Tolong jaga dia, Lil. Apapun yang terjadi nanti—"
"Kau adalah orang pertama yang akan kuberitahu, El, jangan khawatir, pergilah. Aku dan Emily akan menjaga kekasih bodohmu di sini," Lilya tersenyum.
Emily berjalan mendekati Elena dan memeluk kakaknya dengan erat, "maaf aku sudah menahanmu selama tujuh tahun, seharusnya waktu itu aku menemanimu untuk menjadi saksi sehingga tidak akan terjadi hal seperti ini."
"Jangan bodoh, kau adalah adik paling hebat yang pernah kumiliki, El, aku-lah yang selama ini bersikap sangat egois tanpa tahu apa yang kau inginkan. Ini semua demi aku bukan?"
"Aku sudah kehilangan Kak Al, aku tidak sanggup kalau harus kehilanganmu lagi. Lebih baik aku di benci dibanding harus melihatmu menangis dan di sakiti orang-orang jahat itu, tapi kak," Emily mengangkat wajahnya dan menggenggam erat tangan Elena, "berjanjilah untuk memenangkan kasus ini, bawa pulang kemenanganmu. Aku, Lilya dan Dom akan berada di sini untuk menunggu kabar gembira itu."
"Pasti."
Lalu Elena berbalik dan mendekati Dom yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur, ia menunduk dan mengecup kening pria itu, menempelkan bibirnya agak lebih lama sebelum akhirnya berbisik parau dan pelan, "Ketika aku kembali nanti, kau sudah harus membuka mata untuk pernikahan kita. Aku tidak mau karena kelemahanmu ini malah membuat pernikahan kita mundur. Ingat santorini dan villa untuk honeymoon kita, sayang."
Elena tersenyum dan mengecup bibir kering Dom singkat sebelum berbalik menatap kedua gadis yang tersenyum lembut kearahnya, "jaga dia untukku," ucap Elena sebelum meninggalkan ruang rawat Dominick.
°
Di luar kamar, Christian sudah menunggu Elena. Pria itu telah berpakaian lengkap dan membawa data yang diperlukan sebagai pengacara Elena. Ia tersenyum ketika wanita itu keluar dari ruang rawat Dom, "sudah siap?"
"Kau tidak ingin bertemu dengan Dom dulu?" tanya Elena pelan.
"Tidak. Pria itu tidak akan suka aku melihatnya dengan tatapan simpati, dia akan sembuh El, dan ketika ia sudah sadar, aku akan menjenguknya."
"Persahabatan kalian sangat aneh."
"Persahabatan pria sangat berbeda dengan kalian. Kami kaum pria tidak suka dilihat dengan tatapan kasihan ataupun simpati, lebih baik kami menikmati rasa sakit itu sendiri dibanding harus mengadu kepada sahabat kami sendiri mengenai apa yang sedang kami rasakan," jelas Christian sambil tertawa lebar.
Christian meletakkan tangannya di bahu Elena dan tersenyum kecil, "kita akan memenangkan tuntutan ini, El, percayalah padaku."
"Aku selalu percaya padamu walaupun sekarang sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan Dom di kamar rawat tanpa aku di sana, Chris."
"Kakeknya akan datang, ayah dan ibunya sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Cukup Lilya dan Emily yang ada di sana untuk menenangkan syaraf pria pemarah itu, El, dan kau sebaiknya melakukan apa yang bisa kau lakukan dengan sebaik-baiknya, bukan begitu?" Christian mengantar Elena ke lobby di mana mobilnya sudah terparkir sempurna di sana.
Ketika mereka keluar dari lobby, mereka melihat beberapa pria berpakaian serba hitam berdiri di pintu masuk, beberapa di antara mereka seolah memegang senjata kecil yang berada di saku mereka. Dan hal itu sangat aneh, terlebih lagi ketika Elena melihat Cassius berdiri di salah satu sisi lobby dan wajah pria itu terlihat tegang.
Christian dan Elena berjalan kearah Cassius dan bertanya singkat, "apa yang kau lakukan di sini, Cas?"
Pria itu memutar tubuhnya dan mengernyit, "Ti chiamo più tardi (aku akan menghubungimu nanti)," lalu Cassius meletakkan ponselnya ke saku dan tersenyum kearah mereka,"sudah bersiap?"
"Tentu. Apa yang kau lakukan disini?" ulang Elena.
Cassius menatap Christian dan nampaknya Christian mengerti dengan jelas apa yang sedang dilakukan oleh Cassius tanpa penjelasan lebih lanjut. Christian tertawa terbahak-bahak dan menoleh kearah Elena, "anggap saja kau tidak melihat ketegangan Cassius, El, karena dia sedang mempersiapkan kedatangan kakeknya yang sangat menakutkan itu."
"Apa sebegitu menakutkannya kakek kalian?"
"Menyeramkan mungkin lebih tepat. Kakekku bisa saja menghancurkan setengah bangunan di rumah sakit ini kalau tahu Dom belum sadarkan diri." Dan ketika Cassius melihat tanda tanya di kepala Elena, ia mendesah dan melanjutkan, "Dom mungkin bukan cucunya langsung, tapi Dom adalah anak dari Theo Payne yang sangat di sayangi oleh kakekku. Tolong jangan di tanya kenapa, pokoknya alasan kakekku adalah karena Theo Payne telah menyelamatkan nyawanya tiga puluh tahun yang lalu dan mungkin ada alasan lain yang tidak diberitahukannya tapi status Dom di mata kakekku setara dengan diriku."
"Sepertinya hubungan kalian cukup rumit."
"Tidak seperti telenovela, tapi ya, agak rumit untuk di bicarakan. Jadi lebih baik kita kesampingkan saja pembicaraan ini dan lebih baik kalian segera ke pengadilan, bukankah tinggal setengah jam lagi?" tanya Cassius sambil melihat jam tangannya.
Christian tersenyum miring dan berkata, "setengah jam cukup bagi kami untuk kesana, tapi melewatkan wajahmu yang penuh dengan ketegangan sangat sayang untuk di lewatkan, Cas."
"Go to hell, Chris."
"I am going to the court, honey." Jawab Christian menggoda Cassius, lalu setelah mengatakan hal itu, Christian membawa Elena kedalam mobil yang sudah di parkir di dekat lobby rumah sakit sementara Elena hanya terdiam tanpa benar-benar mau menyuarakan pikirannya.
°
TBC | 8 Januari 2017
-nath-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top