T.L.O.L | CASSIUS PLAN

"Aku yang akan bertunangan di sini tapi kalian malah bersikap seakan-akan kalian-lah yang akan bertunangan" ujar Jennifer dalam balutan gaun cream dengan belahan dada rendah, gaun simple tersebut seakan mencetak tubuh langsingnya, dan mampu membuat siapapun menyadari bahwa tubuh Jennifer sangat indah.

Elena tertawa dan memeluk Dom dari samping, "aku tidak pernah bilang kalau kami yang akan bertunangan, Jen. Jadi tokoh utama hari ini tetap dirimu, jangan khawatirkan hal itu"

Lalu Jennifer menarik Elena dari pelukan Dom dan memeluk wanita itu dengan erat. Dan secara alami Elena membalas pelukan tersebut, kemudian berbisik, "aku senang dengan kebahagiaanmu, Jen"

"Apa kau bahagia, El?"

"Aku bahagia" jawab Elena, suaranya seakan berbisik karena Jennifer juga melakukan hal yang sama kepadanya. "Aku akan bahagia kali ini—dengannya"

Jennifer mengurai pelukan mereka, menatap Elena dan tersenyum penuh kasih. Ia membiarkan wajah mereka saling berdekatan lalu berbisik dengan sangat pelan, "berbahagialah El, kau pantas mendapatkannya. Jangan biarkan Luke mengambil kebahagiaanmu kali ini"

"Aku tidak akan membiarkan dia mengambilnya lagi, Jen"

"Kau tahu di mana harus menemukanku bukan?" tanya Jen sambil tersenyum lembut. Lalu ketika ia melepaskan pelukannya, Jennifer beralih kearah Dom yang masih berdiri mematung. "Kalau kau sampai menyakitinya, aku akan mengulitimu hidup-hidup dan saat itu tiba, tidak akan ada satu bagian tubuhmu yang akan selamat. Kau mengerti, Payne?"

Seharusnya ucapan Jennifer pantas mendapat hardikan keras dari pria besar seperti Dom, namun pria itu tidak melakukannya. Alih-alih melakukan hal itu, Dom malah melangkah dan memeluk Jennifer, ia memberikan pelukan ringan layaknya seorang teman.

"Berbahagialah, Jen, kau pantas mendapatkannya dan Vincent adalah pilihan yang tepat untukmu"

"Aku tahu, karena hanya dia-lah yang mampu membuatku yakin bahwa aku masih pantas untuk di perjuangkan Payne, sama seperti kau yang membuatnya yakin bahwa cinta kalian patut untuk diperjuangkan" jawab Jennifer. "Sudahlah, aku harus menemui Vincent sebelum dia diserang oleh wanita lain. Bersenang-senang-lah kalian!"

Setelah mengatakan hal itu Jennifer tersenyum dan pergi begitu saja seakan-akan sudah waktunya untuk mengundurkan diri.

Elena memeluk Dom, ia menelan saliva-nya yang terasa kering di tenggorakannya. Ia sangat bahagia bahwa kali ini semua orang akan bahagia—termasuk dirinya dan Dom. Elena harus menahan tangisan bahagia yang hampir meluncur di bibirnya yang telah bergetar. "Kita akan selalu bersama bukan, Dom?"

"Ya" jawab Dom lalu menutup jarak mereka dengan sebuah ciuman. Karena ia pun tidak sanggup mengatakan apapun, Dom terlalu bahagia dengan keadaan sekarang sehingga ia sangat takut dengan masalah yang akan mereka hadapi.

Lalu mendadak seseorang berdehem di belakangnya, hingga membuat mereka mengurai pelukan dengan cepat. Dom membalikkan tubuhnya karena terkejut namun berdecak dengan kesal, "jangan menggangguku, Cas" ucap Dom

"Apa aku mengganggu kalian?" tanya Cassius santai.

Elena terpaku ketika melihat pria bernama Cassius, karena pria itu memiliki mata paling indah dibandingkan batu permata yang pernah dilihatnya. Cassius memiliki mata berwarna hijau kelam yang dapat bersinar menjadi emas ketika terkena sentuhan cahaya. Dan tubuh pria itu sama tingginya dengan Dom, Cassius juga memiliki tubuh yang sempurna di balik setelan jas armani-nya.

Apakah pria ini yang bernama Cassius?

Ketika pria itu berbincang dengan Dom, Elena bisa melihat betapa akrabnya mereka. Dari cara mereka berbicara, menghina satu sama lain tanpa menyakiti perasaan, dan ketika Cassius tersenyum lebar ketika Dom mengeluh karena banyaknya pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Lalu pandangan Cassius terarah kepada Elena.

"Kenapa kau menatapku?" tanyanya sinis seolah tidak menyukai keberadaan Elena dan hal itu tidak membuat Elena senang

Ia mengernyitkan alis dan balas menatap Cassius yang tidak ramah, "sepertinya menjadi triliuner tidak membuatmu memiliki tata krama dan sikap yang menyenangkan, sir, sangat di sayangkan"

"El, ada apa denganmu?" tanya Dom yang melingkarkan lengannya di sekeliling pinggangnya, mungkin pria itu bertanya karena tidak biasanya Elena mengucapkan kata-kata yang menusuk seperti itu.

"Pria itu menatapku seakan aku rendah dan aku tidak suka. Sikapnya sombong dan sangat menyebalkan" jawab Elena cepat

Tadinya ia berpikir bahwa Cassius mungkin akan membalasnya dengan cara yang sama seperti yang dilakukannya yaitu mengucapkan kata-kata yang sama menyakitkannya, namun pria itu tidak melakukannya. Yang paling mengejutkannya, Cassius malah tersenyum lebar dan tertawa dengan sebelah tangan berada di bahu Dom seolah untuk menahan bobot tubuhnya.

"Kekasihmu sangat menarik, aku sangat menyukainya!" ucap Cassius dengan nada senang namun sebaliknya, Dom tidak menunjukkan ekspresi sesenang itu.

Dom malah menepis tangan Cassius dengan kesal. Dan ia menyipitkan matanya kearah pria itu, "jangan pernah mengatakan kau menyukai Elena, Cas, atau kau bukan lagi temanku"

Hal itu malah memicu tawa dari Cassius lagi. Satu menit kemudian Cassius berhenti tertawa namun masih belum bisa sepenuhnya menahan dirinya untuk tidak merasa geli. Ia menatap Dom dan Elena lalu berkata dengan suara pelan, "kalian bisa bersiap-siap dalam empat jam? Aku sudah menyiapkan penerbangan tengah malam ke Sicilia untuk kalian berdua. Dua hari lagi kalian bisa menikah di pesisiran Sicilia—outdoor—sama seperti yang kalian inginkan" jelas Cassius. Lalu ia tersenyum kecil, "aku juga sudah menyiapkan sebuah rumah untuk bulan madu kalian, di santorini, pemandangannya bagus dan kalian tidak akan menyesal sudah tinggal di sana"

"Dan apa kompensasi yang kau inginkan?"

"Tidak banyak. Di sana ada kasus kecil mengenai perebutan hak asuh anak, setelah kau menyelesaikannya kalian berdua bisa melanjutkan bulan madu yang tertunda"

Dom mengangkat sebelah alisnya, "jadi bulan madu kami tertunda setelah kami menikah?"

"Selama malam pertama kalian tidak kubatalkan, maka segalanya akan baik-baik saja bukan? Ayolah, ini hanya bulan madu yang tertunda, semakin cepat kau menyelesaikan kasus di sana, maka kau akan semakin cepat melanjutkan acara bulan madu kalian"

"Kau selalu tahu bagaimana caranya merusak suasana ya?" ledek Dom sambil menggeleng-geleng kepala.

"Ini namanya efektif dan aku sangat menyukai sikap ini" jawab Cassius tak acuh. Lalu ia bertanya sekali lagi, "kalian bisa melakukannya atau tidak?"

"Bisa" jawab Dom dan ia menengok kearah Elena, "kau siap?"

Mungkin karena kesal makanya Elena tidak sanggup untuk mengatakan apapun, tapi ia tetap menganggukkan kepala agar Dom tahu bahwa ia setuju. Karena ia memang setuju untuk melakukan apapun selama mereka berdua. Tapi tetap saja, berpergian dengan Cassius tidak membuat hatinya senang karena ternyata pria itu sangat mudah membuat dirinya terlihat buruk di sebagai seorang wanita.

Tunangan Jennifer—Vincent mengadakan puncak acara tepat di taman belakang Marriot Hotel, beberapa kembang api, ratusan tamu serta pesta sampanye memeriahkan suasana di taman tersebut. Beberapa dari mereka sengaja mengocok botol sampanye sebelum membukanya sehingga ketika botol tersebut dibuka, cairan bening sampanye tersebut meledak menyerupai hujan dan membasahi atas kepala mereka

Mereka semua memeluk Jennifer dan juga Vincent untuk memberikan ucapan selamat atas pertunangan mereka.

Tidak banyak orang yang tahu bagaimana kisah Jennifer dan Vincent karena kedua pasangan itu sangat pintar menyembunyikan hubungan mereka. Elena tahu Jennifer masih memiliki hubungan dengan kekasihnya yang terdahulu tapi ia tidak pernah melihat secara langsung siapa pria yang mampu mengambil hati sahabatnya itu—dan Elena juga tidak pernah bertanya.

"Kau sudah mau pulang?" tanya Dom

Elena menggeleng pelan, kepalanya terdongak dan menatap kembang api yang terus di putar oleh staff hotel selama tiga puluh menit. "Aku masih ingin di sini, Dom karena mungkin ini terakhir kalinya aku bisa merasakannya"

"Kita masih bisa kembali kapanpun kau mau, El"

"Tapi aku tidak mau" jawab Elena cepat. Kepalanya menoleh kearah Dom dan ia tersenyum kecil. "Aku tidak mau kembali kesini untuk sementara waktu Dom, bukan karena aku benci tempat ini. Aku mencintai Texas karena di tempat inilah aku dibesarkan. Meninggalkannya, tidak berarti aku mencintainya tapi karena ada banyak kenangan buruk di sini yang ingin kulupakan"

"..."

"Ada ratusan alasan mengapa aku ingin meninggalkan tempat ini, tetapi walaupun aku menemukan ratusan alasan tersebut, aku tetap tidak bisa meninggalkan tempat ini—dulu"

Dominick tetap berdiri di tempatnya, namun tangannya telah menarik lengan Elena lembut sehingga berayun kearahnya dan ia memeluk tubuh ramping itu erat-erat. "Aku mencintai tempat ini seperti aku mencintaimu"

"Tapi Texas bukan tempat tinggalmu, Dom. Sicilia-lah tempat tinggalmu"

"Lalu?" tanya Dom tak acuh sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Jadi, kenapa kau harus mencintai Texas?"

Dom tersenyum, menunduk dan membiarkan hidung mereka berdua bersentuhan. Ia merenguk dalam-dalam aroma gadis itu. Tentu saja ia memiliki alasan untuk mencintai tempat ini, walaupun ada banyak kenangan buruk di sini, bukan berarti ia bisa membencinya.

Karena di tempat inilah ia bertemu dengan Elena. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa membenci tempat yang penuh kenangan dengan wanita itu?

"Entahlah, aku tidak bisa mengatakannya karena ini terlalu sulit untuk diungkapkan, El, yang pasti aku tidak bisa membenci tempat ini, seperti kau yang tidak bisa membenci tempat ini" jawab Dom pelan.

Ia menyurukkan kepala di cekungan leher Elena dan mengecupnya sekilas. Dom tidak akan mengatakan kepada Elena mengenai hal ini, ia tidak ingin terlihat bodoh. Bukankah ia telah menjadi orang bodoh selama ini di hadapan gadis itu?

Keheningan dan hentakan kembang api yang berdengung di telinga mereka, tidak membuat mereka merasa terganggu. Elena menghela nafas panjang dan entah bagaimana ia merasa sedikit lega, mungkin karena akhirnya ia akan menikah dengan pria yang selama ini di cintainya? Ataukah karena ia sudah tidak mendapatkan terror dari Luke?

Ia belum bisa memutuskan yang mana jawaban yang baik untuk di katakan, karena segalanya terasa menyenangkan.

Lima belas menit kemudian, Elena melepaskan pelukan Dom tepat ketika Cassius memanggilnya. "Aku akan ke kamar kecil, Dom, kau bisa berbincang dulu dengan temanmu"

"Kau ingin kutemani?"

"No way!" jawab Elena sambil terkikik geli. Ia memutar tubuh menjauh dari Dom dan tersenyum lebar kearah pria itu sebelum benar-benar melangkah meninggalkan taman, "aku akan kembali, Dom, dan tentu saja aku tidak akan mau kau ikut denganku hanya untuk mengingatkan diriku berapa lama aku menghabiskan waktu di kamar kecil"

Jawaban itu membuat Dom tersenyum memaklumi, jadi ia hanya tersenyum namun diam-diam menatap kepergian Elena hingga punggung wanita itu menghilang dari jangkauannya.

"Kau benar-benar di mabuk cinta, Dom, dan baru kali ini aku melihatmu yang seperti ini" Cassius mengatakannya sambil menggeleng-geleng kepalanya takjub. "Sepertinya wanita itu mampu mengubah macan menjadi kucing Persia"

"Jangan berisik Cas"

"Kau mencintainya?"

Sebenarnya Dom tahu kalau Cassius tidak akan menyerah hingga ia mempermalukan dirinya dengan mengatakan bahwa ia memang mencintai Elena, ia tidak ingin mengatakannya karena bagaimanapun juga Dom bukanlah tipe pria romantis yang tidak akan segan-segan mengatakan perasaannya—sayangnya, Dom tidak seperti itu.

Cassius yang mengerti akan hal itu, dapat melihat dari kilat mata Dom yang berwarna abu-abu. Warna kini bukan kelam melainkan terang seolah banyak cahaya yang menghampirinya dan apapun cahaya itu, Cassius benar-benar tidak ingin menyadarinya. "Okay, kau tidak perlu menjawab pertanyaanku. Tatapanmu yang menjijikan itu telah menjawab segalanya"

Dom tertawa.

"Suatu saat nanti kau akan menyerahkan dirimu seluruhnya hanya untuk satu orang perempuan, Cass. Kau memang tampan dan juga kaya, seluruh gadis di dunia ini mungkin menginginkanmu. Tapi kau akan merasakannya nanti, sobat, bagaimana rasanya wanita yang sangat kau inginkan malah tidak menginginkan ketampanan dan juga kekayaanmu" ucap Dom memberikan petuah panjang yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri

Ada alasan mengapa ia tidak mengatakan kepada Elena mengenai pekerjaannya. Salah satunya adalah karena ia tidak ingin memiliki segalanya. Ia ingin membuktikan kepada dirinya sendiri, bahwa ia memang mencintai Elena bukan karena ia mampu mendapatkannya dengan segala kekayaan yang dimilikinya—tapi karena ia harus berusaha untuk membuat Elena mengijinkannya untuk masuk ke dalam kehidupan gadis itu.

Dan apa yang dilakukannya tidak pernah membuatnya menyesal sama sekali.

"Dia adalah nafasku, Cass. Kalau aku kehilangannya, mungkin aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan"

Cassius tahu seperti apa Dom, sahabatnya ini bukanlah pria lembut melainkan pria yang penuh dengan hasrat yang bergelora. Tidak hanya pekerjaan, Dom akan melakukan apapun ketika ingin mendapatkan sesuatu, ketika ingin melakukan sesuatu. Dan jika, suatu hari nanti pria yang bernama Luke itu berani mengancam nyawa Elena di hadapan Dom

Maka Cass akan berdoa untuk pria bernama Luke itu. Karena jika itu benar-benar terjadi, mungkin hanya Tuhan saja-lah yang mampu menolong pria itu dari Dom.

Pemikiran itu membuat Cass tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "berjuanglah untuk membuatnya jauh dari pria aneh atau musibah lainnya, sobat. Karena aku tidak bisa melihat sahabatku berubah dari kucing Persia yang setiap hari di mandikan dengan sabun, menjadi seekor macan tutul yang haus darah"

Dom mengangkat alisnya namun tidak berkata apapun.

"Siapapun pria atau orang yang tanpa sadar atau dengan sadar melukai Elena, aku bersumpah akan memberikan satu doa-ku untuknya. Semoga pria malang itu bisa melarikan diri darimu, kawan"

Lalu Dom mendengus dengan kasar sementara Cassius tertawa dengan kepala di dongakkan keatas untuk melihat cahaya kembang api di langit. Ia memang akan melakukannya, dan kalau apa yang di ucapkan Cassius benar-benar terjadi, Dom memang akan melakukannya.

Semuanya karena cinta yang membuat akal sehatnya menjadi tumpul.

°

TBC | 18 Desember 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top