45 | Team

45 | Team

Freya memperhatikan pintu rumahnya, menghela napas panjang mendapati kerusakan pertama. Sudah pasti Renato menerobos masuk ke dalam. "Dasar bar-bar."

Dean ikut memperhatikan, sebenarnya kerusakan yang Renato buat cukup rapi, tapi memang menghancurkan sirkuit utama untuk sistem penguncian pintu. "Aku bisa memperbaikinya, kita periksa sistem keamanan utama lebih dahulu."

"Kita harus menghilangkan jalur pelarian Renato ke tempat ini lebih dahulu." Freya mengeluarkan ponsel dan mengirimkan chat. Sembari menunggu balasan, Freya memperhatikan ruang depannya yang tertata rapi, ruang tengahnya juga begitu, area dapur dan ruang makan juga masih serapi ketika ditinggalkan.

"Nate..." panggil Dean.

"Di sebelah sini," kata Freya, ia meletakkan ponsel di meja makan dan memandang pintu ruang penyimpanan. Renato berjaga di sana.

"Jangan membuka ruangan ini," kata Renato.

"Ally bisa jadi terdeteksi sebagai bahan makanan baru dan karena suhu tubuhnya hangat, pendingin akan otomatis bekerja mencoba membekukannya." Freya memberi tahu dan memeriksa jam. "Fase ringan hipotermia dapat terjadi dalam tiga puluh hingga lima puluh menit paparan udara dingin."

Dean yang menyusul ikut bersuara, "Nate, itu berbahaya."

"Lebih mudah mengurusnya ketika diam, aku akan mengeluarkannya setelah satu jam."

"Itu berarti kita harus menyiapkan ambulance di depan, dan itu berarti pelarian kalian sudah berakhir, nice choice."

Dean menoleh istrinya yang baru selesai bicara dan sekarang mengangguk-angguk takzim. Freya jelas tidak sabar menyingkirkan Renato dan Ally, karena itu Dean harus memberi pengertian, "Dengar, sekarang kita adalah team... dan kita akan bekerja sama dalam hal ini."

"Kita suami-istri, Sayang," ralat Freya lalu memberi senyum manis, "Dan kita berdua sudah kenyang dengan berbagai aksi menegangkan, jadi biarkan Renato mengurus ini sendirian."

"Freya... bagaimanapun kita harus membantu Renato."

"Aku tidak butuh bantuan," kata Renato.

Freya mengacungkan dua jempolnya pada Renato, "Sangat melegakan, Nate... kehebatanmu memang tidak diragukan lagi."

"Ha!" sebut Dean, ia tidak akan terkecoh dengan usaha istrinya itu. "Kita akan tetap bekerja sama, dan sebelum mengambil langkah lebih lanjut, Ally harus dikeluarkan."

"Hipotermia ringan tidak akan membunuhnya," kata Renato.

"Itu bisa menyebabkan serangan jantung." Dean kemudian mendekat, berdiri di hadapan Renato, "Dia juga tidak berpakaian dengan layak, Nate... keluarkan dia, hanya dia yang punya informasi dan mungkin juga cara untuk menghadapi kakeknya."

"Itu karena Ally punya kemampuan mempengaruhi orang lain, Dean... menurut Nate dia berbahaya bagimu," kata Freya.

"Aku tidak akan terpengaruh, tenang saja." Dean meyakinkan Renato. "Aku janji tidak akan bicara dengannya tanpa sepengetahuanmu."

"Tanpa sepengetahuanku!" Freya meralat.

"Tanpa sepengetahuan kalian berdua," tegas Dean dan saat itulah Renato baru bersedia menyingkir, membuka pintu ruang penyimpanan.

Ally terlihat bersila di lantai, mengunyah buah tomat, di sampingnya dua botol selai terbuka dan tersisa setengah bagian.

"Well, aku lapar dan ini ruang penyimpanan makanan," kata Ally saat ia hanya dipandangi. "Aku akan bayar kalau kau minta ganti, Dean."

"O.. oh tidak perlu, keluarlah, akan kubuatkan makanan," kata Dean dan bergegas beralih ke dapur.

"Akan kubawakan baju ganti yang lebih nyaman dikenakan." Freya juga ikut beranjak pergi.

Ally tersenyum ketika menegakkan diri dan melangkah melewati Renato, "Home sweet home, Hubby."

***

Dalam waktu tiga puluh menit, Ally sudah berganti baju dan duduk bersama Renato di ruang makan. Freya memberinya celana jeans dan kaus lengan pendek yang nyaman. Ally sebenarnya membawa pakaian di ranselnya tetapi karena Freya sudah berbaik hati maka ia mengenakannya.

"Hmm... baunya harum," kata Ally, mencium wangi masakan yang begitu khas.

Karena tidak ada seorang pun yang menanggapi akhirnya Ally memandang Freya, "Apa si kembar suka lightsaber-nya?"

"Ya, mereka memamerkannya kemana-mana,  terima kasih." Freya kemudian melirik Renato yang memasang wajah datar. "Apakah gaunnya pas? Nate menghubungi mendadak."

"Oh, ya, sangat pas dan bagus, terima kasih juga untuk gaun La Renta yang dibawakan, aku yakin itu masih baru."

"Santai saja, sejujurnya aku kurang menyukai tipe gaun-gaun yang rapuh." Freya tersenyum tipis.

"Itu sebenarnya bukan tipe gaun yang rapuh, tapi malam itu memang ada yang tidak sabaran, termasuk aku," kata Ally dan balas memberi senyum tipis yang sama.

"Perpaduan yang agak berbahaya, dua orang tidak sabaran ditambah salah satunya punya sikap bar-bar dan kasar."

"Freya..." panggil Dean untuk mengingatkan.

"What? Aku dan Ally hanya mengobrol biasa saja." Freya membela diri.

"Bisakah kamu membantuku saja? Ambilkan mangkuk supnya."

Freya menghela napas lalu beranjak, Ally tersenyum memperhatikan Freya bergerak di sekitar Dean dan membantu menyiapkan makanan mereka dengan cekatan.

"Have you ever think, Nate? Have a normal life?" tanya Ally lirih sebelum menoleh pada lelaki yang duduk di sampingnya.

"Kill annoying person is a normal thing for me," jawab Renato.

Ally tersenyum, "Try something challenging then, love annoying person... like me."

Renato mengabaikan Ally, ia teralihkan hingga seketika menegakkan punggung. Dean baru saja menjatuhkan pisau, beruntung Freya menangkapnya sebelum melukai kaki.

Ally memperhatikan itu, menatap garpu yang ada di meja makan. Ia mengambil dan melemparkannya ke arah Dean. Freya ganti melemparkan pisaunya sebelum menangkap garpu yang mengarah ke kepala Dean.

Ally nyaris lupa cara bernapas karena pisau yang Freya lempar terarah kepadanya, meski sebelum mengenainya sudah lebih dulu dipegang Renato. Lelaki itu yang kemudian menodongkan pisau ke leher Ally.

"Sorry... aku hanya penasaran seberapa cepat reflek Freya, ternyata luar biasa bagus." Ally segera mengucapkan alasan sebelum lehernya disayat benda tajam itu.

"Kau sebaiknya mengendalikan rasa penasaranmu dengan baik, karena tidak semua rasa penasaran dapat terjawab sebagaimana kau harapkan." Renato memastikan Ally menyimak kata-katanya.

"Noted," sahut Ally defensif.

Dean memperhatikan sikap kaku kakaknya dan segera menenangkan, "It's okay, Nate... lepaskan dia, aku baik-baik saja."

Freya membawa mangkuk saji berisi sup krim yang mengepulkan asap. Meletakkannya di meja seiring Renato menjauhkan diri dan meletakkan pisau jauh dari jangkauan Ally. "Tapi saranku, jika ingin menguji reflekku, lempar saja ke arahku... melempar benda tajam ke arah Dean bisa kuartikan sebagai bentuk serangan serius." Freya mengulas senyum dingin yang misterius. "Aku tidak memaafkan hal semacam itu terjadi lagi."

"Sure." Ally mengangguk.

Dean menghela napas sembari membawakan mangkuk-mangkuk, menuangkan sup ke mangkuk tersebut sebelum meletakkannya ke hadapan Ally. "Mereka lumayan sulit diajak bercanda, bukan?"

Ally mengangguk, "Tapi memang caraku bercanda tidak lucu, maafkan aku, Dean."

Dean berdecak santai, "No, it's okay."

"It's not okay!" tegas Freya dan Renato bersamaan.

"Aku bisa menghindarinya, Freya, aku tahu ada sesuatu dilempar ke arahku," kata Dean, ia sadar istrinya memang terlatih dan kuat tapi sikapnya mulai berlebihan.

Dean menuang sup ke mangkuk berikutnya dan meletakkannya di hadapan Renato, "Dan sekarang ini kita satu team, jadi kita harus menahan diri untuk tidak saling serang satu sama lain."

"Hanya kau, manusia yang menjadikan musuh sebagai team." Renato geleng kepala.

"Dia bukan musuh... dia ada di sini karenamu, Nate," kata Dean lalu memandang Ally, meminta konfirmasi dan perempuan itu mengangguk. "Nah, dia ada di sini untuk membantumu."

"Dia punya kepentingannya sendiri juga," kata Freya lalu mengulurkan garpu ke samping mangkuk Ally, saling pandang dengan perempuan yang memasang senyum simpul. "Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tetapi aturan team ini sudah jelas, begitu ada usaha menyakiti Dean, kerja sama berakhir."

"Percayalah, aku ada di sini bukan untuk menyakiti salah satu dari kalian," kata Ally dengan nada suara yakin. Ia mengambil sendok dan mengambil sedikit sup krim dari mangkuknya, "Selamat makan."

Dean memandang istrinya, ia mengelus pelan ke bagian belakang kepala Freya sebelum menarik kursi terdekat, "Duduklah, kita makan dulu sebelum membicarakan hal yang perlu dibahas bersama."

to be continued. . .

ini yang waras emang cuma Dean sih, wakakakaka jangan lupa vote dan comment, yang banyaaakkk biar aku semangatt buat segera update lagi, hohoho ~


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top