36 | Meet up

Jangan lupa vote & tinggalin komentar yay, biar aku semangat nyelesein draft buat update hari Selasa ♥️
--

36 | Meet up

"Uncle Nate ikut antar ke sekolah?" tanya Kaleel ketika selesai memakai sepatu.

Renato mengangguk, setelah mengantar si kembar ini sekolah, Dean akan berlanjut mengantarnya ke rumah tinggal sementara yang disiapkan Langit Dirgantara.

"Uncle Nate mau pulang ke rumah pulau? Iya?" tanya Kalingga, raut wajahnya penasaran.

"Tidak," jawab Renato lalu melirik ke tangga rumah, entah apa yang membuat Dean dan Freya begitu lama di atas.

"Papa bilang cuma Uncle Nate yang tahu soal induk atau saudaranya Woofer... kita pengin punya anjing lagi, yang seperti Woofer," kata Kalingga lalu mendongak, menatap Renato dengan serius. "Apa Woofer punya saudara? Punya anakan anjing yang bisa dipelihara?"

"I'm not sure," jawab Renato.

"Woofer baik, dulu kata Mama waktu aku sama Leel segini, Woofer jagain kita." Kalingga mengukur hingga batas perutnya ketika menyebut kata 'segini'. "Kalau ke rumah pulau, Papa masih sedih kalau bersihkan makamnya Woofer."

"Dean sedih?" tanya Renato.

Kaleel mengangguk, "Iya, kata Papa, Woofer keluarganya selain Uncle Nate... makanya kita pengin punya anjing buat dirawat lagi, Papa pasti senang."

Renato pikir-pikir sejenak, "Aku akan mencari tahu soal anjing bagus yang lain."

"Yang seperti Woofer," pinta si kembar kompak.

"Anjing sejenis Woofer terlalu jinak, untuk melindungi Dean harus anjing yang lebih kuat, cepat, dan punya respon serangan yang bagus." Renato mengangguk-angguk sembari memikirkan jenis anjing yang sesuai.

"Kenapa melindungi Papa?" tanya Kaleel sebelum mendekati Kalingga dan merapikan lipatan kerah adik kembarnya itu.

"Apa itu respon serangan yang bagus?" tanya Kalingga.

Dua kalimat tanya itu membuat Renato memandang keponakannya dengan raut bingung, ia tidak bisa menjelaskan jawaban yang tepat.

"Wahh, maaf ya, hampir aja bikin kalian terlambat..." suara Freya terdengar berikut langkah-langkah cepat menuruni tangga.

Pagi ini Freya mengenakan setelan formal, lengkap dengan sepatu hak tinggi dan tas tangan berukuran sedang. Freya juga berdandan, bibirnya dipulas lipstick kemerahan yang cerah sekaligus berani.

"Nanti pulang sekolah Mama jemput ya," kata Freya sambil membungkuk, menciumi kepala masing-masing anaknya. "Mama cuma meeting sebentar di Yayasan, setelah itu kita bisa belanja dulu."

"Main sama Uncle Nate di Mall?" tanya Kalingga.

"Uh! Uncle Nate sudah harus bekerja lagi, karena itu jangan lupa nanti minta peluk dulu sebelum masuk sekolah..." Freya mengelus kepala Kalingga lembut.

"Kunci mobilmu," kata Dean saat menyusul Freya ke ruang depan, mengulurkan sebuah kunci mobil.

"Oh, sampai lupa." Freya menerima kunci mobil tersebut lalu menambahkan ketika melirik Renato, "Kamu peluknya sebentar aja nanti ya."

Dean menyengir, "Iya."

Setelah memastikan itu Freya mencium pipi Dean, sengaja membuang muka saat melewati Renato dan menggiring anak-anak menuju mobil suaminya.

"Aku sama sekali tidak heran kenapa anak-anak itu lebih menyukaimu dibanding ibunya," kata Renato saat ikut berjalan menuju pintu. Dean hanya tertawa menanggapinya.

***

"Uncle Nate, besok lagi yang lama ya menginapnya," kata Kalingga ketika sampai lobi sekolah dan harus berpisah, anak itu yang pertama memeluk Renato.

Renato hanya membalas dengan mengelus kepala yang menempel di bahunya.

"Sampai ketemu lagi, Uncle Nate," kata Kaleel saat bergantian dengan Kalingga untuk memberi pelukan.

Renato mengangguk, ia juga hanya mengelus kepala Kaleel karena tidak tahu harus bicara apa.

"Nah, sekarang masuk kelas," kata Dean saat kedua anaknya beralih memeluknya sebentar.

"Papa mau pergi ke mana? Kenapa Mama yang jemput?" tanya Kaleel.

"Papa harus ketemu Opa Kai dulu, nanti setelah belanja Mama akan bawa kalian ke sana juga." Dean memberitahu dan anak-anaknya langsung memasang wajah senang.

Renato mengamati anak-anak itu berebut mencium pipi Dean sebelum melepaskan diri dan berlari menuju kelas, ada dua orang berseragam yang kemudian tampak siaga di dekat pintu kelas.

Renato memperhatikan postur kedua orang tersebut sehingga cukup yakin, mereka adalah pengawal profesional.

"Mereka mengawal anak-anakmu?" tanya Renato.

"Ya, selama sekolah, selama kegiatan di luar ruangan, sampai si kembar kembali dalam pengawasanku atau Freya." Dean mengangguk formal pada kedua orang itu dan berjalan kembali ke mobilnya.

"Mereka cukup bagus," kata Renato.

Dean tersenyum, "Ya, mereka dilatih oleh mantan petarung MMA profesional."

"Jika kau harus pergi menemui ayah mertuamu, aku bisa naik taksi," kata Renato.

"Santai saja." Dean mematikan sensor mobil dan memilih berdiam di dalam mobil meski Renato sudah bersamanya.

"It's a no, Dean," kata Renato meski Dean belum berbicara apa pun.

"Hidup sebagai masyarakat sipil tidak seburuk itu, Nate... lihat aku bersama Freya dan si kembar, aku yakin kamu menyadari bahwa kami-"

"A happy family, yeah... it's good for you."

"It will good for you too."

Renato menatap mobil sedan yang memasuki halaman, yang kemudian memilih parkir dan menghalangi mobil Dean. Ketika pengemudi mobil sedan tersebut keluar, Renato begitu saja memaki.

"Jangan keluar dari mobil," pinta Renato, ia melepas seatbelt dan membuka pintu.

***

Ally tersenyum mendapati respon cepat Renato ketika menyadari kedatangannya. "Untunglah, aku tidak terlambat."

"Apa yang kau inginkan?" tanya Renato.

Ally melirik Dean yang tetap berada di mobil, "Berkenalan dengan adikmu."

"Misi telah selesai." Renato mengingatkan dengan serius, kalau-kalau Ally lupa bahwa sekarang tidak ada lagi jaminan untuk menahan diri dalam menghadapinya.

"Baiklah, tampaknya kau begitu serius menghindarkanku dari adikmu... tapi sebagai informasi, lightsaber pesananku akan tiba akhir pekan ini, aku tidak akan menitipkannya pada Pak Langit, aku ingin kau datang mengambilnya." Ally kemudian tersenyum, mencondongkan tubuhnya ke arah Renato sembari mengedip singkat. "Dan kau tahu apa yang aku harapkan sebagai ungkapan terima kasih."

"Jadi kau memilih akhir pekan nanti sebagai waktu kematianmu?" tanya Renato dengan nada dingin.

"Sebagai waktu kita berduaan secara layak, oh, kecuali kau lebih senang berduaan denganku saat menghadiri acara amal yang digagas Fabian Foundation awal bulan depan? Dengan begitu Freya pasti mengenaliku."

Wajah Renato seketika berubah muram, "Jangan paksakan keberuntunganmu lebih jauh lagi."

Ally tersenyum, "Sayangku, yang kau sebut keberuntungan... merupakan satu hal yang terus aku usahakan, itu merupakan satu kesempatan yang kugunakan dengan penuh perhitungan." Ally kemudian mengalihkan tatapan pada Dean yang memandang penasaran dari dalam mobil. "Aku sepertinya mengerti kenapa kau menjaganya, sayang sekali hanya bisa bertemu seperti ini."

"Kau bisa pergi, sebelum aku kehilangan kesabaran."

"Aku akan menantikan akhir pekan kita." Ally kemudian menyodorkan sebuah ponsel, "Aku akan menghubungimu di mana kita harus bertemu."

Renato menerima ponsel tersebut, memperhatikan wajah senang Ally ketika perempuan itu berbalik dan melangkah kembali ke mobil.

"Anyway, you look handsome this morning, Hubby..." sengaja Ally meneriakkan itu sebelum memasuki mobil dan menjalankannya pergi.

Renato menyimpan ponsel dari Ally dan memasuki mobil, menatap saudara kembarnya yang langsung bertanya, "Kenapa dia memanggilmu Hubby? Misi macam apa yang kamu lakukan bersamanya?"

[ to be continued. . . ]

Kira-kira Renato akan jujur atau mengarang indah?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top