30 | Caring
30 | Caring
"Apa yang terjadi pada telingamu?" tanya Snake ketika jemputan udara datang. Keadaan Renato yang harus membopong Ally memasuki pesawat tidak membuat lelaki itu curiga, namun keadaan telinga Ally yang luka memicu rasa penasarannya.
Ally tersenyum sembari duduk dan memasang seatbelt, "Anjing liar yang manis bermain denganku beberapa jam yang lalu."
Snake mengerutkan kening, memperhatikan Renato yang menyusul masuk, "Kau tidak mengobati telinganya?"
"Dia tidak sekarat," jawab Renato, menempati tempat duduk di seberang Ally dan memasang seatbelt yang sama.
Snake mendecih lalu menepuk Mamba di sampingnya, "Berikan P3K padaku dan kita siap terbang."
"Aye!" Mamba memberitahukan perintah terbang dengan communicator dan menggeser kotak P3K dari bawah kursi.
Ally menggeleng, menolak diobati dan ganti memberikan bukti-bukti yang disimpannya, "Aku yakin uangnya ditransfer kemari, kalian bisa memeriksanya."
"Setelah mobil menghilang dibalik lembah, sensor infra merah sama sekali tidak menangkap aktivitas apapun, ini tidak masuk akal." Snake menerima bukti-bukti dari Ally, keningnya mengerut bingung.
"Metal fiber tent, radar dan infra merah tidak bisa mengidentifikasi," kata Renato.
"Sorry?" ulang Snake, seperti baru mendengarnya.
"Tenda dengan bahan serat logam, itu jenis material militer yang populer beberapa dekade lalu, peralatan mereka memang kuno tapi efektif. Bukan tidak mungkin, orang pertama yang menyelamatkan mereka adalah anggota militer..." Ally yang memberi penjelasan lebih lanjut. "Mereka menjadikan bunker lama sebagai markas utama, dindingnya cukup tebal untuk menahan ledakan."
Snake mengamati Ally dan Renato bergantian, "Itu misi yang bagaimana sebenarnya?"
"Konyol," jawab Renato bersamaan dengan Ally menjawab, "Sangat mengesankan."
Mamba saling pandang dengan Snake lalu bertanya, "Ada kesulitan tertentu?"
"Selain memastikan Renato menahan diri? Tidak ada," kata Ally.
"Berapa orang tepatnya yang dia habisi?" tanya Snake.
"Empat yang ketahuan," kata Ally lalu memperhatikan jemari tangannya, dia sedang memperkirakan ukuran batu mulia yang pas untuk jari manisnya. "Sebutkan itu dalam laporan kalian, siapa tahu bisa membuatnya lebih lama bersamaku."
Mamba mengamati dengan tidak yakin, Snake geleng kepala dan akhirnya kedua orang itu menutup mulut, membiarkan sisa perjalanan udara dilalui dengan keheningan.
***
"Ah, I miss this," desah Ally sembari mendongak dan membiarkan pancuran air dingin mengguyur tubuhnya. Dia mengambil botol shampoo dan menuang isinya di telapak tangan, membusakannya di kepala, wangi segar yang feminim langsung tercium. Ally memastikan seluruh debu yang menempel di rambut dan kulit kepalanya menghilang. Setelah itu Ally mengambil spons dan menuang sabun cair. Sembari menyabuni tubuhnya, Ally berbalik, bersitatap dengan lelaki yang tidak terlihat tertarik, namun juga tidak merasa perlu untuk memalingkan wajah demi kesopanan.
"I miss you too, Hubby..." kata Ally sebelum dengan sengaja menyapukan spons mandinya ke pangkal paha. "Berapa persen kemungkinanku hamil?"
"Zero," jawab Renato.
"Because you pulled it out?"
"Because I'm no longer fertile."
Ally memikirkan jawaban itu, tidak butuh waktu lama untuk menyadari Renato pasti melakukan prosedur vasektomi. "Well, okay! We don't need a baby, since... I'm your baby." Ally menambahi jawaban itu dengan kedipan mata dan mengikik senang.
Selesai mandi Ally membungkus dirinya dengan handuk, dia berjalan ke arah Renato yang berdiri diam. "Your turns, Nate... kau tahu luka dapat terinfeksi jika tidak dibersihkan dengan benar."
Tanpa menanggapi Ally, Renato beralih memasuki bilik kamar mandi. Ally sudah menyiapkan diri bahkan merasa yakin bisa menghadapi pemandangan apapun yang akan tertangkap oleh matanya. Namun alih-alih terpesona, Ally terkesiap mendapati beberapa luka di tubuh Renato, tidak menduga akan separah itu.
"Kau benar-benar terkena lesatan peluru, lebih dari satu kali!" kata Ally, berniat mendekat untuk memastikan luka di pinggang Renato.
"Step back." Renato melarang lalu menyalakan air.
"Kau harus mendapat perawatan, Nate," kata Ally sebelum terpana karena Renato membelakanginya, punggung lelaki itu seperti pernah dihujani luka, ada bekas tembakan, tusukan, cambukan, sampai sayatan senjata tajam. Dan ada tattoo lain di tubuh Renato, bertuliskan 'Alicia' di pundak kanan, sedangkan di pundak kirinya bertuliskan 'Renaître'.
Entah kenapa mendapati tattoo tersebut membuat Ally tidak lagi melanjutkan langkah, beralih mengenakan pakaian bersih lalu keluar dari kamar mandi, mengambil perban sekaligus beberapa obat khusus penanganan luka terbuka. Renato tidak bicara apa-apa ketika Ally menjatuhkan semua bawaannya ke area wastafel yang kering.
"Obati dirimu, itu perintah, dan jika menolak melakukannya aku akan membuat luka yang sama denganmu," kata Ally dan tanpa menunggu tanggapan langsung keluar dari kamar mandi.
***
Ally tersadar dan beringsut menjauh saat menyadari telinganya terasa begitu perih, ia menoleh, memandang Renato yang memegangi cotton buds. Ada gel antiseptic di tangan kirinya. Ally segera memperhatikan jam dinding, sial, dia tertidur selama dua jam.
"Tinggal sedikit lagi," kata Renato.
"Sebutkan alasanmu mengobatiku," pinta Ally dan bertanya, "karena peduli atau menurutmu ini akan membuatku luluh dan berakhir mencari tahu keadaan saudara kembarmu?"
"Peduli," jawab Renato.
Ally memandang Renato kemudian bersedekap, "Kenapa kau berbohong?"
"Karena kau akan menyadarinya," jawab Renato sebelum menjauhkan kedua tangannya. Ally mencoba meraih obat dan cotton buds.
"Aku bisa mengobati diriku sendiri," kata Ally.
"Tinggal sedikit lagi," balas Renato dan memastikan perempuan di hadapannya sadar bahwa ia tidak akan menyerahkan obat di tangannya.
"Aku tidak akan luluh, aku perempuan berhati baja, asal kau tahu," kata Ally sembari bergeser mendekat dan membiarkan telinganya kembali diobati.
Sesekali Ally meringis, saat terkena air dan shampoo tadi juga perih, tapi yang kali ini terasa dua kali lebih perih sampai daun telinganya nyaris kebas.
"Bagaimana lukamu? Kau mengobatinya?" tanya Ally.
Renato menjawab dengan anggukan, fokus meratakan gel tersebut sebelum menarik tangannya dan membereskan sisa obat.
"Perlihatkan padaku," kata Ally.
Renato mengangkat ujung sweter yang kali ini berwarna abu-abu, terlihat bebatan perban di pinggang. Ally mengangguk.
"Mamba bilang, setengah jam lagi makan siang," kata Renato.
"Kau sudah makan?" tanya Ally karena Renato beralih duduk di sofa panjang.
"Mereka mengantar makanannya."
"Kau tidak boleh tidur, dalam waktu dekat kita mungkin kedatangan tamu."
Renato memastikan apa yang didengarnya, Ally memberi anggukan dengan yakin. "Kau harus bertanggung jawab."
Baru Ally selesai bicara, terdengar suara ledakan, dari tempat mereka berada memang hanya terasa seperti debuman dan efek getaran ringan.
Renato bergerak cepat, meraih Ally dan membawanya keluar. Sembari berjalan menuju zona evakuasi, Renato memastikan keadaan sekitarnya. Karena diisi berbagai jenis pasukan terlatih yang langsung siaga, Renato beralih jalur, membawa Ally ke atap.
"Sudah kuduga, kau memilih kabur," kata Ally, sesuai prosedur pengamanan, ada helicopter disiapkan di atas. "Kau mengusik ratu lebahnya, Nate... kau yang harus mengurusnya."
"Aku akan mengurusnya dari atas," kata Renato membuat Ally segera berupaya melepaskan diri. Memang tidak mudah, karena itu terpaksa melemaskan diri ketika ditarik menuju tangga.
"Akting yang- duagh!" Renato terkesiap ketika memperpendek jarak dan Ally meninju pinggangnya sekuat tenaga, merebut senjata di shoulder belt-nya.
Ally tersenyum sembari mundur menuruni tangga, mengokang senjata dan menempelkan ke pinggir kepalanya, membuat Renato jadi berhati-hati mengambil langkah selanjutnya.
"Kau akan mengurusnya seperti bagaimana aku menginginkan, Nate..."
Renato yakin perempuan ini tidak akan menembak diri sendiri, tapi tatapan mata Ally juga tidak menunjukkan keraguan.
"Kurts tidak memelihara dendam tanpa alasan, karena itu kau harus menyelesaikannya," kata Ally sembari terus berjalan mundur hingga mendapati ada Snake di belakangnya.
Melihat apa yang dilakukan Ally, Snake segera mengangkat senjata ke arah Renato.
"Berapa orang di luar?" tanya Ally dan menurunkan senjatanya.
"Tiga, dua lelaki, seorang perempuan... kami melumpuhkan dua lelaki, dan si perempuan-" Snake belum sempat menyelesaikan kalimat, Ally sudah berlari pergi.
Renato langsung bergegas mengikuti. Snake mencoba menghalangi namun dengan mudah Renato menghindar dan membalas serangannya.
"Hold on," kata Renato sebelum melayangkan tinju ke bagian dada, membuat Snake tersentak mundur, terbatuk dan jatuh berlutut sembari memuntahkan sedikit darah. "Jangan mencoba berlari atau paru-parumu tertusuk lebih dalam..."
"Fuck!" maki Snake sembari menahan nyeri di dadanya.
Renato mengambil senjata yang terjatuh sebelum berlari menyusul Ally.
[ to be continued. . . ]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top