29 | Beastly lover

29 | Beastly lover

Rasa sesak ini bukan hanya karena beban tubuh Renato, melainkan juga pangutan bibir dan mulut yang sejak mereka terjatuh bersama belum menjauh untuk memberi jeda bernapas. Sekalipun akhirnya jeda bernapas itu diberikan, Ally tetap merasakan sesak karena Renato berpegangan dengan mencekik lehernya, menarik turun celananya dengan tidak sabaran.

Ally menahan diri agar tidak gemetar. Benar... ini adalah sesuatu yang sudah ia perkirakan, ini juga sesuatu yang sudah ia nantikan. "Hati-hati dengan bukti yang kusimpan," geram Ally.

Renato berhenti sejenak memandangi bebatan perban yang menahan sesuatu di paha bagian dalam Ally, tentu saja di sana perempuan itu mengamankan bukti-buktinya. Ada hal yang sebenarnya ingin Renato tanyakan, tapi tidak sekarang, ia harus lebih dulu memberi perempuan ini pelajaran.

Ally bukannya tidak tahu dengan rencana yang ada di kepala Renato, dan ia juga penasaran seperti apa rasanya. Ally menggigit bibir saat merasakan bagian bawah tubuhnya terekspose, Renato bahkan tidak mau repot-repot memperhatikan atau menyentuhnya lebih dulu, dia mengurus dirinya sendiri sebelum langsung mendesak.

"Ack!" sebut Ally karena bukan hanya terasa sakit, tapi teramat sangat pedih. Tubuhnya bagai terbelah meski itu sebenarnya terisi, penuh dengan Renato.

"That's the feeling of fucked up!"

"Not bad, I still can take it!"

Seluruh dunia seakan berguncang setelah itu dan sekalipun rasanya begitu sulit untuk bertahan, Ally melakukannya, menerima bahkan ketika lelaki pertamanya ini tidak berniat membiarkannya mencicipi kenikmatan apapun.

"What you said last time? Bite my ears?" tanya Renato dan Ally mencoba tidak menjerit ketika gigi tajam lelaki itu menunjukkan seperti apa rasanya.

Ketika gigitan itu beralih ke leher, Ally merasakan telapak tangan Renato beralih ke mulut dan membungkam jeritannya. Renato menyelesaikan semuanya tidak lama setelah itu, menarik diri sebelum memperhatikan tubuh Ally mengejang dan gemetar. Bukan gemetar karena puas, tapi karena respon traumatis terhadap apa yang Renato lakukan.

Butuh waktu sampai perempuan itu mampu mengulas senyum di wajahnya yang pucat. Tubuhnya memang didera kesakitan, namun sebanding dengan kemenangan yang akan diperolehnya."It was another prove that I'm the right one, just for you," katanya lirih sebelum kembali tidak sadarkan diri.

***

Alam terbuka dan hangat api unggun adalah dua hal yang seketika Ally sadari ketika membuka mata. Pemandangan langit malamnya menakjubkan, ia menikmati taburan bintang itu selama beberapa saat. Hitungan detiknya teralihkan karena mendapati gerakan, Renato melemparkan kayu ke dalam api unggun.

Ally menarik senyum menyadari tubuhnya menerima efek nyata keberadaan lelaki itu. "Menurutmu apa yang harus kukatakan jika Snake bertanya mengapa aku tidak bisa berjalan?" tanya Ally sekalian memberitahu bahwa dia sudah terbangun.

Renato tidak menjawab karena kini sibuk mengunyah. Ally jadi memperhatikan sekitarnya dengan lebih jelas, adanya kemasan tissue basah di luar ransel membuat perempuan itu tahu Renato membersihkannya, ia juga merasa cukup nyaman dan hangat. Renato memindahkannya, membuat alas tidur dengan mantel dan jaket hitam menyelimuti bagian depan tubuh Ally.

Karena tidak suka diabaikan, Ally kembali bicara, "Baiklah, aku yang akan mengaku kalau begitu... Tante Willya akan syok, jadi kita harus memberinya waktu tenang... ah, soal cincin, aku hanya menerima yang berasal dari warisan keluarga, seperti yang Dean berikan pada Freya."

Renato baru menoleh setelah kalimat terakhir Ally, lelaki itu lebih dulu melempar sisa snack bar ke dalam api dan bicara, "Bagaimana kau bisa—"

"Pengamatanku bagus, Freya selalu terlihat memakai cincin batu amethyst, desain sekaligus potongan batunya sangat unik, aku menanyakannya pada Pak Langit dan dia memberitahuku... mendiang ibu kalian perajin perhiasan."

"Semua itu milik Dean."

"Kalian kembar, kalian pasti berbagi." Ally memperhatikan Renato kembali membelakanginya, membuatnya menyadari satu hal. "Jangan bilang kau memberikan semuanya pada adikmu?"

"He deserves it."

"Both of you deserves it."

"Bagaimana kau tahu nama lahirku?"

"Aku menggunakan kredensial log in milik Pak Langit, lumayan menegangkan karena beberapa menit kemudian aku ketahuan... meski sudah membaca cukup banyak." Ally berusaha bangun dan setelah bersusah payah akhirnya bisa duduk. "Kenapa kau tidak mengubah namamu menjadi Harshad juga?"

"Karena tidak menginginkannya."

"Setelah kita menikah, kau bisa mengubah nama—"

"Aku tidak berminat."

"Fine, Alicia Aldern bukan nama yang jelek."

Renato menoleh, memperjelas kalimatnya, "Aku tidak berminat pada apapun terkait denganmu."

"Aku bisa gaya lain untuk kali berikutnya."

"Tidak ada kali berikutnya."

"Kali berikutnya, aku yang di atas," kata Ally dan tersenyum lebar mendapati Renato diam.

Lelaki itu pasti sadar telah salah dalam berpikir bagaimana cara memberi Ally pelajaran, mengira kekasaran akan membuatnya meringkuk seperti kelinci ketakutan. Ally terkekeh, dirinya adalah jenis kelinci yang sengaja mengundang si serigala. Apa yang dilakukan Renato persis seperti apa yang ia perkirakan, beastly lover.

Mendapati sisa waktu yang tidak banyak, Ally beralih memeriksa bukti-bukti yang dilepaskan Renato dari dirinya. Ia mendapatkannya ketika menghabiskan waktu bersama Dayn, dua kartu identitas resmi, sebuah buku bank, jelas merupakan tujuan transfer saat Ladin bertransaksi di Lombar, karena itu dia membutuhkan Dayn.

"Apa yang kau lakukan saat malam bersama Dayn?" tanya Renato.

"Dia bertanya padaku tentang dunia di luar lembah, dia bahkan belum pernah mencapai perbatasan suku sebelumnya... dia sebenarnya sangat polos, karena itu saat aku menggantikannya meminum anggur duka cita, dia tersentuh dan mau bicara banyak... tentu aku berbohong tentang beberapa hal, dia mulai bertanya tentang identitas, sistem perbankan, saat itulah dia menunjukkannya... semua bukti-bukti ini."

Renato mendengarkan cerita itu, sulit untuk begitu saja percaya tapi Ally tidak tampak mengada-ada.

"We all eat lies when our hearts are hungry... aku mengingat frasa itu ketika menangani Dayn." Ally seolah bisa membaca apa yang Renato pikirkan. "Bagimu aku sekadar bicara, membual, bertindak bodoh dengan menenggak anggur... tapi bagi Dayn, aku memberinya penjelasan, aku mendapatkan kepercayaan dan aku berusaha membantunya bertahan."

"Memangnya apa yang kau janjikan ketika memintanya bersembunyi?"

"Aku tidak menjanjikan apapun, atau memintanya bersembunyi, sudah kukatakan bahwa dia sebenarnya sangat polos... dia mencintai Ladin tapi menyadari bahwa diperistri Hudas juga merupakan kehormatan... Ah, sial, kau mengacaukan skenarionya ketika membunuh!"

"Mereka juga tidak akan bisa bersama jika aku tidak membunuhnya."

Ally langsung bersedekap, "Ada perbedaan besar antara hidup dan mati, Nate... kau mungkin sudah terlalu sering membunuh jadi tidak mengerti. Kematian mengubah kehidupan, seperti kematian orang tuaku mengubahku, kematian istrimu mengubahmu... kematian Ladin akan mengubah Dayn, atau mungkin seluruh suku Kurts."

Ally memperhatikanRenato yang tidak menunjukkan ekspresi kepedulian tertentu. Keparat satu ini jelas tidak takut dengan apapun, kecuali sesuatu yang mungkin terjadi pada Dean. Sebenarnya Ally gambling ketika menghancurkan ponselnya sendiri, ia juga tidak tahu apakah keluarga bahagia yang menjadi sandera itu masih berada dibawah pengawasan Ragil atau tidak. Renato tidak pernah membual tentang sesuatu, lelaki itu jelas tidak membual tentang kekuatan yang mungkin dimiliki Freya Fabian, salah satu perwira terbaik angkatan udara, pernah menjadi penerbang pesawat tempur dan mantan pasukan gabungan khusus. Ally sadar harus memikirkan taktik baru untuk menahan Renato, ia tidak akan membiarkan lelaki potensial itu terlepas dari genggaman, bagaimanapun caranya Renato Aldern harus menjadi miliknya.

[ to be continued  . . . ]

ALLY VS ASHA
choose your team!
#TeamRenally atau #TeamRenasha
awas kalau kaga ada yang milih aing~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top