28 | Fear

28 | Fear

"Brengsek!" sebut Ally ketika Renato menyusulnya dan lelaki itu berkuda sendirian.

Renato mengikat kudanya sebelum menerima amukan Ally, perempuan itu memulainya dengan mendorong, begitu mereka terjatuh bersama, beragam pukulan menyasar ke wajah, bahu dan dada Renato. Itu bukan jenis pukulan yang akan melukai, sehingga Renato membiarkan, dia baru bereaksi saat Ally menemukan sebuah batu yang cukup tajam di sekitar tubuh mereka dan perempuan itu berencana memukulnya. Dengan cepat Renato bergerak, menghindari ayunan batu tersebut, menahan tangan dan ganti membanting Ally ke samping, mengubah posisi mereka.

"Kau pasti menyimpannya, bukti penghianatan itu!" kata Renato, sadar alasan Ally mengamuk. Dengan membunuh Ladin, Renato membuat Ally kehilangan tawanan yang sekali lagi akan membuktikan kemampuan perempuan itu dalam bernegosiasi.

"Kau harus mengendalikan diri! Aku sudah mengatakannya padamu!" Ally menarik lututnya dan menendang punggung Renato sekuat tenaga.

Lelaki itu terdorong meski kekuatan tubuhnya tidak berkurang sedikitpun. Renato lebih dulu menyingkirkan batu di tangan Ally, baru kemudian menyatukan kedua tangan yang masih mencoba memberontak itu. Dengan satu tangan yang bebas, Renato menyentuh leher Ally, merasakan denyut kehidupan dari sisi kulit hangat tersebut.

"Lehernya terbelah, dari sini, hingga ke sini," kata Renato.

"Aku berjanji pada Dayn! Kau brengsek! Bedebah haus darah!" geram Ally.

"Kau tidak merasa mereka bertingkah konyol? Semua kerepotan ini tidak akan terjadi jika penghianat itu tidak-"

"Semua kerepotan ini tidak akan terjadi, jika kau, keparat brengsek bisa mengendalikan diri! Kau marah hanya karena Alicia Aldern disebut omong kosong?" sela Ally lalu menajamkan tatapan matanya. "Dia memang omong kosong! Dia adalah perempuan bodoh, pecandu, sekaligus jalang paling-"

Suara Ally menghilang karena Renato menguatkan cekikannya, akan tetapi tidak seperti sebelumnya ketika perempuan itu masih mencoba terus bicara, kali ini Ally diam dan hanya memandang dengan tatapan penuh tantangan.

Karena sadar bahwa ia tidak bisa membunuh, Renato berakhir menjauhkan tangannya hanya untuk beralih membenturkan sisi kepala Ally, membuat perempuan itu tidak sadarkan diri.

***

Ketika terbangun, tubuh Ally terasa berayun, butuh waktu sampai ia menyadari berada di atas kuda, dengan tubuh Renato menahan di belakangnya. Kepalanya terasa berdenyut, pandangannya sempat kabur sesaat sebelum terasa lebih jelas. Suasana di sekitarnya begitu hening dengan jarak pandang yang terbatas.

"Aku akan membalasmu nanti," kata Ally.

Renato tidak menanggapi, lelaki itu juga tidak terasa ingin berhenti untuk mengubah posisi mereka. Dia jelas tahu bahwa Ally mahir berkuda.

"Aku bisa berkuda sendiri," kata Ally, berusaha melepaskan diri dari dekapan Renato.

"Kita sudah dekat," kata Renato.

"Ke mana?" tanya Ally.

"Ranselmu dan ranselku seharusnya ada di sekitar sini," jawab Renato, lalu menunjukkan potongan kain di tangannya. Itu memang tanda yang dibuat Snake untuk mengidentifikasi jalur pelarian mereka.

"Di mana kau menemukannya? Snake bilang setiap kilometer akan memberi tanda, berapa tanda yang kau lihat? Biarkan aku menegakkan diri," pinta Ally karena posisi duduknya masih meneleng, bersandar di dada Renato.

"Bagaimana kepalamu?" tanya Renato.

"Mungkin gegar otak ringan, pandanganku sempat kabur saat bangun."

"Kau juga cukup lama tidak sadarkan diri."

Ally menghela napas, "Ini kesempatanmu jika ingin meminta maaf."

Renato diam saja, tetapi tidak lama kemudian melonggarkan dekapannya sehingga Ally bisa menegakkan punggung. Sudah jelas bahwa Renato tidak menganggap penting persoalan seperti meminta maaf, lelaki itu juga tidak paham ungkapan terima kasih.

"Menurutmu mereka mengubur ransel kita atau bagaimana?" tanya Ally.

"Mungkin, di sekitar sini tidak ada pohon yang cukup tinggi untuk..." Renato menarik kekangnya pelan, menghentikan langkah kaki kuda.

Ally memperhatikan sekitar dengan lebih jelas, dan sadar dengan apa yang membuat Renato terdiam. Tidak jauh dari tempat mereka berhenti ada sebatang pohon yang cukup besar, untuk orang lain itu sekadar batang pohon lapuk yang biasa, tapi Ally sadar itu bukan jenis pohon yang tumbuh di daerah ini, alias kamuflase.

"Kau tetap di sini," kata Renato.

Ally tahu alasannya, karena mungkin saja ada jebakan yang disiapkan, dan benar saja Renato menemukan bentangan senar tipis di sekitar batang pohon tersebut. Dengan pisau bedah yang disimpannya, Renato memotong  senar tersebut, menyingkirkan jebakan yang disiapkan. Ada sebuah sekop dari dalam batang pohon, Ally turun dari kuda, mengamankan kedua hewan tersebut lalu duduk, menunggu Renato selesai menggali.

Renato melemparkan ransel Ally terlebih dahulu, "Periksa ponselmu sekarang juga."

Ally tetap menunggu Renato menyelesaikan galian dan baru memeriksa ransel mereka. Ally meraih botol minum Renato, meneggak isinya lalu mengeluarkan protein bar pertama dan makan. Renato melakukan hal yang sama.

"Periksa ponselmu," kata Renato setelah sebungkus protein bar habis.

"Minum," kata Ally dan Renato mengulurkan botol minumnya lagi.

Setelah dua teguk, Ally baru merogoh ke dalam tas ranselnya, mengeluarkan communicator, menyambungkannya dengan perangkat penerima sinyal lalu membuat laporan. Renato ikut memasang communicator miliknya, waspada dengan jenis laporan yang akan Ally buat.

"Konfirmasi identitasmu," suara Snake terdengar jelas.

"Alicia Wajendra."

"Dua jasad diantarkan subuh tadi, seperti dugaanmu, Phyton menemukan si pembeli senjata, kami membereskannya... jika kau sampai Lombar malam ini, kau bisa kembali ke markas bersamanya."

"Negative," jawab Ally karena bahkan saat ini kuda-kuda mereka sudah saling merapat, butuh beristirahat. "Ngomong-omong, meski aku punya bukti-buktinya, si penghianat sudah mati."

"Apa yang terjadi?"

"Anjing gila yang bersamaku mengamuk, dia menyeret si penghianat ke gulungan pagar kawat berduri! Salahku karena lengah."

Raut wajah Renato tetap datar mendengarkan semua itu.

"Sial! Pastikan kau membawa bukti-buktinya ke markas."

"Tentu."

"Bagaimana situasinya sekarang? Si anjing gila masih ingin mengamuk atau sudah cukup tenang? Kau baik-baik saja?"

"Aku kesal! Jika Tante Willya ingin memberi kejutan pada keluarga yang berlibur itu, inilah saat yang tepat!" Ally langsung berkelit sebelum Renato menjangkaunya.

"Kau!" geram Renato, "Jangan macam-macam terhadap-"

"Jangan macam-macam terhadapnya!" Snake menyela dengan teriakan serius, membuat telinga Ally nyaris berdengung.

Ally memandang Renato ketika kembali bicara, "Snake, kau tahu lokasiku, siapkan jemputan udara besok pagi."

"Aku akan mengurusnya malam ini juga."

"Kau dengar perintahnya." Ally menegaskan kembali, "Besok pagi!"

"Baiklah, kau punya enam jam tersisa."

Ally mematikan communicator-nya, memasukkannya ke dalam tas dan beralih mengambil ponsel. Renato bergerak cepat namun Ally sudah lebih dulu melemparkan ponsel tersebut ke tanah, menginjak sekuat tenaga hingga seluruh layarnya retak.

Memperhatikan wajah datar Renato, Ally bersedekap, "Itu balasan karena mengacaukan misiku, hadapilah sisa hari dengan rasa penasaran atas kejutan yang kusiapkan di Jakarta."

"Jika sesuatu terjadi pada Dean, maka-"

"Maka itu karena kebodohanmu dalam menahan diri." Ally melanjutkan tanpa ragu. "Ketidaktahuan bagi beberapa orang adalah ketenangan, tapi kini... bagimu... ketidaktahuan itu akan menjadi ketakutan! Percayalah, kejutan dariku tidak pernah mengecewakan."

Renato menahan tangan Ally sebelum perempuan itu beranjak melewatinya, "You have messed with the wrong person."

Tanpa ragu Ally menarik sudut bibirnya, mengangkat dagunya tanpa ragu, "I have messed with the wrong person all the time!" balasnya sebelum menyentakkan tangan agar terlepas dari Renato. "It's still exciting by the way, have another mess with you."

"Then you'll have it!" Renato kembali menarik Ally dan kali ini langsung menjatuhkannya ke tanah, menimpa tubuh perempuan itu sebelum menciumnya dengan kasar.

[ to be continued . . . ]

Apa Renato pikir dengan begitu Ally bakal kapok? YHA TYDA LAH, justru itu yang Ally mau, oii... Nate, tolong sadar yha, kamu punya aku.

ttd. AshaFabianWedantaHarisAldern


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top