27 | Traditore

27 | Traditore

"Aku akan membagi uangnya denganmu," kata Ladin saat Nui sibuk menyiapkan salah satu kuda dan meminta Dui mengambil gulungan perban.

"Aku kaya raya," balas Ally, santai.

"Aku akan membagi uangnya denganmu," kata Ladin, beralih memandang Renato.

Ally ikut memandang lelaki berwajah datar itu, "Dia tidak tergiur recehan... lagipula ketika mendapatkanku, dia mendapatkan segalanya di dunia."

Renato tidak menanggapi, sudah begitu lama sejak dia merasa membutuhkan uang dan meski tidak pernah mengecek atau memastikan, simpanan uangnya sudah cukup banyak.

"Dengar, aku hanya ingin hidup bersama Dayn, aku hanya—"

"Kau benar-benar berpikir membunuh dua rekanmu akan membuat markas bergegas mengirimkan Hawk?" sela Ally dan memperhatikan Ladin menghela napas.

Lelaki yang kini membebat tangan dengan ikat kepala itu menggeleng, "Aku tahu bahwa itu permintaan mustahil, Daud dan Awin tidak pernah setuju dengan rencanaku. Setelah menjual senjata, aku seharusnya mengurus pembelian identitas baru... agar bisa memasuki Beirut, serangan itu akan dilakukan dalam dua minggu."

"Bunuh diri," komentar Renato.

"Itu memang rencananya, Nate... dia ingin hidup bersama Dayn, dia harus menyingkirkan kakak-kakaknya juga," kata Ally santai sebelum kemudian tersenyum. "Sebenarnya aku tersentuh dengan kisah cintamu, Dayn juga terdengar sangat tulus, tapi... sayang sekali, penghianatan terhadap negara adalah kejahatan besar."

Ladin menatap Ally, "Siapa kau? Aku sudah menduga markas akan mengirim orang UN, mereka biasanya mengirim agen yang hanya bicara omong kosong karena itu aku membiarkan anak buah Nui membawa kalian... aku perlu bergegas mengurus senjata-senjata itu, juga membereskan Daud dan Awin, aku tidak pernah menduga bahwa..." Ladin menggelengkan kepalanya sebelum bertanya lebih serius. "Kalian benar-benar menyembuhkan Hudas?"

Ally tersenyum, "Kau sudah mendengar kabar terbarunya? Dia mulai bicara, meski masih berupa igauan... Dayn bilang Hudas bertanya tentang bayinya."

Raut wajah Ladin muram, "Dia memperistri semua perempuan di sini tapi hanya Dayn yang diizinkan mengandung anaknya, dia bedebah tua yang memuakkan."

"Pasti sulit menahan diri ketika melihatnya menciumi kekasihmu."

"Dayn tidak menyukainya."

"Tapi mempengaruhi Dayn untuk membunuh bayinya itu sangat kejam."

"Aku bisa memberi Dayn anak lain."

Ally meringis, memperhatikan Dui kembali membawa cukup banyak gulungan perban, menempatkannya di tas yang dipasang Nui dekat pelana kuda. "Nah, saatnya kita menyelesaikan ini..." Ally menatap wajah Renato yang kembali muram. "Mau bertaruh denganku?"

"Siapa yang lebih cepat membunuhnya?" tanya Renato, memandang Ladin.

"Jangan kejam begitu, kita harus bertaruh dengan sesuatu yang lebih mendebarkan, misalnya... sebelum hari ini berganti, aku pasti akan memilikimu seutuhnya," kata Ally dengan ekspresi senang dan senyum yang melebar.

"Jika kau masih bicara omong kosong, sebelum hari ini berganti, aku bisa menguburmu dalam lubang yang sama dengannya," kata Renato sebelum kemudian beranjak mengambil tali yang dilempar Dui ke arahnya.

"Kalian bukan suami-istri sungguhan," kata Ladin, wajahnya terlihat serius mengidentifikasi.

Ally tertawa santai, "Itu sejenis ucapan sayang dari suamiku, romantis, 'kan?"

"Aku bisa menunjukkan hal yang lebih romantis nanti," kata Ladin kemudian mengulas senyum simpul yang mencurigakan. "Jadi, setidaknya berikan aku kesempatan menjelaskan, aku bahkan bersedia mengembalikan uangnya..."

"Kita lihat saja nanti," kata Ally dan membiarkan Renato mendekat untuk mengurus Ladin.

Dui menyodorkan seekor kuda yang tampak tenang ke arah mereka. Ally memeriksa tali, pelana, juga isi tas kecil yang disiapkan. Setelah ia mengangguk, Dui kembali mundur ke sisi Nui dan begitu fokus mengarahkan senjata.

"Sekarang katakan di mana Dayn?" tanya Nui setelah Renato mengikat tubuh Ladin, menggeretnya untuk memastikan itu ikatan yang cukup kuat.

"Tentu," jawab Ally, ia hendak mendekat namun Renato menahan tangannya.

"Kau harus naik lebih dulu," kata Renato, ia meraih pinggang Ally, mengangkat dan mendudukkannya di pelana kuda.

"Manis sekali," komentar Ally saat Renato memastikannya memegangi tali kekang, menempatkan kakinya ke pijakan yang benar.

"Pegang yang benar, jangan menoleh ke belakang, membungkuk ketika mendengar suara tembakan, jika kudamu tertembak banting tubuhmu ke arah yang berlawanan dengan jatuhnya kuda."

Ally memandang Renato, menyadari satu hal. "Kau sudah tahu ya, ternyata..."

Renato mengabaikan itu dan menghadapi Nui, "Aku akan memberitahu di mana Dayn berada, biarkan istriku pergi lebih dulu."

"Tidak!" kata Nui dan Dui bersiap mengarahkan senjata, sasarannya kepala Renato sekarang. "Istrimu bilang hanya dia yang tahu ke mana Dayn pergi, mereka bersama-sama semalam."

"Dayn tidak pernah pergi," kata Renato dan sebelum dua bersaudara di depannya merespon maksud informasi tersebut, ia menembak area kosong dekat kaki kuda Ally, membuatnya segera berlari pergi. Terdengar suara Ally terkesiap meski perempuan itu berhasil menyeimbangkan diri.

Setelah itu Renato bergerak cepat, menghindari tembakan Dui dan menggunakan peluru terakhirnya untuk menakuti kuda milik Nui. Hewan besar itu langsung panik, membuat keributan dan melepaskan diri. Renato bergegas meraih tali yang mengikat Ladin dan menaiki kuda tersebut, membawanya pergi.

"Hei, hei, hei, ack! Brengsek!" umpat Ladin, ia tidak bisa berlari mengikuti kecepatan dan tubuhnya berakhir terseret di belakang kuda.

Renato sudah memperkirakan bahwa mereka akan tetap jadi sasaran tembak, ketika peluru pertama melintas di samping kepalanya dia menambah kecepatan berlari si kuda, berupaya menghindar secepat mungkin. Ia beruntung mendapatkan kuda yang bagus, jelas kuda terbaik yang dimiliki suku Kurts.

"Aku tidak akan berguna jika mati," teriak Ladin karena jelas keadaannya sulit, dia beberapa kali memaki, juga menyumpah. "Aku akan membalas kalian setelah ini! Aku akan membenamkanmu di kerak neraka, dan perempuan keparat tadi, akan kupastikan dia  membusuk seperti Hudas sebelum mati."

"Tidak seharusnya kau berkata buruk terhadap seseorang yang mendoakanmu," kata Renato dan memperkuat tarikan talinya pada Ladin, memacu kudanya secepat mungkin. Ally jelas punya kemampuan berkuda di atas rata-rata, perempuan itu bukan hanya berhasil menghindari semua tembakan, namun juga membuat kudanya melompati gulungan pagar kawat berduri dengan sempurna. "Itu doa yang bagus."

"Doa?" tanya Ladin sebelum kemudian bergerak panik mengetahui apa yang akan Renato lakukan. Ia juga mulai menyadari apa yang sebentar lagi akan dihadapinya. "Tidak... tidak... kumohon, aku harus hidup... aku harus hidup."

Renato tidak peduli, dia memastikan tarikan talinya masih cukup kuat sebelum melecutkan tali kekang, membuat kudanya bersiap melompat. Tentu, karena kelebihan beban Renato harus melonggarkan tali yang menyeret Ladin dan dia melakukannya tepat sebelum melintas pagar kawat berduri. Setelah kudanya berhasil melompat dan kembali berlari di tanah, Renato memperkuat tarikan talinya, membuat tubuh lelaki yang terseret seketika tercabik sebelum tersangkut di tengah gulungan pagar kawat berduri.

Begitu melihat cipratan darah di tanah, berikut tampilan leher terbelah di sela kawat berduri, Renato melepaskan sisa tali di tangannya, "Tampaknya, tidak semua doa terkabul hari ini."

[ to be continued . . . ]



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top