21 | Make a chance

21 | Make a chance

Tidak banyak yang bisa Renato kenali dari ucapan-ucapan yang terdengar di sekitarnya, akan tetapi perubahan suasana mendadak dan berbalut kesedihan ini mulai terasa berlebihan. Renato menunduk pada kepala perempuan yang sekarang bergerak menyamankan diri, menyandar di dadanya. Isakannya dibuat begitu menyayat.

"Kalau kau berpikir aku terpengaruh akting payahmu ini, pikir ulang lagi," gumam Renato dan ketika merasakan Ally berhenti terisak, ia menambahkan, "Kau ingin menjauhkan diri dengan sikap tenang, atau aku harus mendorongmu?"

Ally menghela napas, mendongak tanpa menjauhkan wajahnya yang masih basah ketika menanggapi lirih, "Kau memang bedebah tidak berperasaan."

"Kali berikutnya kau membuka mulut, pastikan itu membuat keuntungan untuk kita." Renato memperingatkan, ia memberi tatapan tajam sebelum Ally kembali bersuara, "Dan jangan berlagak terlalu emosional, kau tersenyum saat bayi itu benar-benar mati."

Mendengar itu Ally menarik kembali sudut-sudut bibirnya, ia berjinjit untuk membisikkan sebuah alasan, "Karena itu kematian yang sangat indah dan tidak akan sia-sia..."

"Jauhkan dirimu dariku!" geram Renato sebelum merasakan gerakan dari belakang.

Renato mendekap Ally kuat, menggeser tubuh mereka berdua ke samping sebelum sebilah pedang menyasar tidak jauh dari pundak Renato. Salah satu pengawal berseru kesal, berkata bahwa mereka tidak paham apa yang diam-diam dibicarakan Ally dan Renato.

Ally segera menahan sebelum Renato memunculkan hawa serangan yang akan membongkar penyamaran mereka. "Maafkan aku, kami sudah bertahun-tahun menunggu, dan ketika melihat bayi selalu emosional... suamiku sangat perasa, dia tidak tega, jadi aku harus menenangkannya." Ally menanggapi sembari mengelus punggung Renato dengan meyakinkan.

Ingin rasanya Renato kembali mencekik perempuan ini, yang sekarang semakin kurang ajar, mencium-cium dadanya sembari memamerkan seringai menyebalkan ketika berujar, "It's okay, Hubby... it's okay, kita pasti bisa punya bayi."

Karena mereka diawasi, Renato terpaksa membiarkan Ally meneruskan drama kesulitan keturunan yang menyedihkan. Suasana di sekitar mereka nyaris hening saat Ally kemudian berlagak menguatkan diri, menjauh dari Renato untuk merespon beberapa simpati dari para perempuan. Ally juga bicara pada Dayn tentang perawatan lanjutan.

Perempuan memang makhluk emosional dan Ally memanfaatkan keadaan itu dengan baik, mempengaruhi mereka, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan sikap yang penuh tipu daya. Ally mengorek keterangan yang tanpa sadar diucapkan beberapa perempuan yang sudah terlena, larut dalam duka.

Ally baru kembali ke sisi Renato saat penjaga di luar mengumumkan sesuatu, seseorang akan datang dan masuk dalam ruangan. Dua perempuan bersenjata tajam langsung sigap menunjuk batang leher Ally dan Renato dengan ujung tombak, meminta mereka berlutut, meletakkan kedua tangan di atas kepala.

"Ini suara langkah kaki keparat yang sejak kemarin menodong kepalaku ketika mengurus Hudas," kata Ally dengan suara lirih yang hanya bisa didengar Renato. "Yang satu lagi keparat yang menodongmu, Nate, mereka berdua pasti orang terdekat sampai bisa memasuki kamar Dayn."

Renato menyadari kebenaran penilaian Ally saat dua sosok lelaki memasuki ruangan, bicara dengan nada cepat, mempertanyakan apa yang terjadi. Dua perempuan menyahut, bergantian saling melengkapi kebohongan dengan suara yang begitu meyakinkan, berkata Dayn terjatuh dari tempat tidur dan mengalami pendarahan.

Suara lirih Dayn memanggil keduanya, Renato bisa mengidentifikasi dua lelaki itu lebih jelas, yang menodongnya bernama Nui, sementara yang menodong Ally bersama Dui, mereka bersaudara dan Dayn merupakan adik mereka. Hanya itu yang bisa Renato ketahui, karena kemudian mereka bertiga terlibat pembicaraan yang terlalu lirih.

Suara kekehan tawa tertahan membuat Renato melirik ke samping, Ally memejamkan mata, tapi seringai di wajah perempuan itu sulit diabaikan. Dia pasti mendengar atau mengetahui sesuatu. Renato memutuskan untuk menanyai rencana Ally nanti, saat mereka hanya berdua.

Nui mendekat dan bertanya dengan nada serius.

"Dia bertanya apakah Dayn bisa hamil lagi nanti?" tanya Ally.

"Ya," jawab Renato dan Ally mengangguk.

Jawaban itu mendapatkan sahutan pertanyaan cepat dari Dui.

"Dia bertanya apa yang kita inginkan karena sudah menyelamatkan Dayn?"

"Akses bicara dengan para sandera, bagus jika kita ditempatkan bersama mereka."

Ally menerjemahkan itu sekalian menambahkan, "Karena pertukaran berikutnya tidak mungkin terjadi jika kami tidak bisa memastikan keadaan para sandera."

Mereka berdua kompak menolaknya tapi akan memberi bukti bahwa sandera yang tersisa masih hidup, mereka juga akan mengirimkan bukti itu ke markas di Hasnaba agar pertukaran berikutnya bisa segera dilaksanakan.

Kali berikutnya Nui bicara itu adalah kalimat perintah untuk membawa Renato dan Ally kembali ke dalam bunker, penutup mata juga dipasang dengan kuat sebelum mereka keluar. Satu hal yang berbeda setelah mereka kembali terikat dengan rantai adalah keberadaan dua kantung makanan dan sebotol minuman.

"Roti dan air," kata Renato setelah mereka kembali ditinggalkan berdua.

"Aku perlu berpikir, sisakan sedikit air saja," kata Ally.

Renato pikir Ally akan senang ketika mengetahui mereka diberi makanan dan minuman. Ia berusaha mengidentifikasi diantara gelapnya suasana bunker dan Ally benar-benar duduk diam di tempat.

Mendapati perempuan itu diam adalah keadaan langka, karenanya Renato memilih fokus pada makanan dan minuman yang mereka dapatkan. Ia memastikan roti di masing-masing kantung dalam keadaan layak makan. Renato menyobek semua pinggiran roti, menyisakan bagian paling lembut untuk Ally. Ia tahu cara bertahan hidup dalam keterbatasan air, makanan dan udara, karena itu beberapa teguk sudah cukup untuk membuatnya berhenti merasa kehausan setelah makan.

"Pisau bedah yang waktu itu kau ambil? Masih ada bersamamu?" tanya Ally tiba-tiba.

"Ya," jawab Renato.

"Apa rencanamu? Menjadikannya senjata?"

"Ya, sampai mendapatkan senjata sungguhan."

"Aku rasa, aku siap melakukan negosiasi besok."

Renato menoleh ke sumber suara Ally terdengar, "Kau yakin?"

"Ini kesempatan bagus, memang tidak ada jaminan aku bisa langsung memenangkannya, tapi layak dicoba... waktu kita tidak banyak, Hudas mungkin akan segera menjemput ajalnya."

Itu hal yang ada dalam pikiran Renato juga, tubuh setengah busuk itu akan mulai melemah dan semakin kehilangan napas kehidupan. "Dengan siapa kau akan bernegosiasi?" tanya Renato, ia tidak yakin siapa yang lebih berkuasa.

"Pertama-tama... denganmu," jawab Ally dengan suara yakin.

[ to be continued . . . ]

🎶 It's where my demons hide

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top