AWAL YANG BURUK

Sudah hampir dua tahun, keluarga Bong tinggal di sini. Dan mereka sudah hafal betul seluk beluk kota ini. Namun itu tidak membuat Alena Bong menjadi anak aktif dan berbaur. Ia lebih cenderung berdiam diri di rumah dan bermain bersama boneka kesayangannya.

Boneka beruang yang diberi nama Alen seperti namanya. Bukan tanpa alasan ia memberi nama itu pada boneka beruang miliknya . Ia begitu menyukai boneka pemberian neneknya di saat ia berulang tahun di usia yang ke-10.

Neneknya pernah berpesan bahwa itu adalah kado terindah yang bisa neneknya berikan padanya. Bukan karena sang nenek orang yang miskin. Jika nenek mau, tentu dia bisa membelikan hadiah yang mahal, bahkan mobil sekalipun bisa di hadiahkan untuk cucu tercinta.

Namun nenek memutuskan untuk membeli boneka itu karena, di masa kecilnya sang nenek adalah orang miskin yang terkadang harus menahan lapar. Dengan kondisi hidup yang jauh dari kata nyaman, sang nenek hanya bisa memendam keingiannya untuk memiliki boneka beruang.

Dan kini sang nenek sudah mejadi orang ternama di kampungnya. Lahan sawit yang begitu luas menjadi sumber penghasilan sang nenek. Alena senang, saat sang nenek menceritakan bagaimana nenek hidup di masa kecilnya. Pemikiran polos Alena selalu saja memaksanya untuk bertanya banyak hal kepada sang nenek.

Kedekatan mereka terjalin sejak Alena dititipkan pada sang nenek sejak ia berusia 4 tahun. Bukan tanpa alasan, ayah dan ibu Alena sibuk bekerja hingga tak punya waktu untuk mengurus puteri semata wayang mereka.

Meski mereka punya asisten rumah tangga, namun Ayah Alena takut meninggalkan puterinya bersama orang lain. Terlebih hidup di perkotaan terlalu banyak hal buruk yang akan mengancam nyawa puterinya.

Alena tinggal bersama sang nenek hingga ia berusia 10 tahun. Tepatnya sampai ia berulang tahun. Ayahnya memutuskan untuk membawanya kembali ke kota. Sebagai orang tua, tentu Jack dan Stefani rindu akan sosok puterinya. Meski puterinya terbilang pendiam dan suka mengurung diri, namun tetap saja ada rasa rindu yang tak bisa dijelaskan.

Awalnya Alena tak begitu suka atas keputusan kedua orangtuanya untuk membawanya kembali ke kota. Menurutnya, suasana sejuk di kampung halaman jauh lebih baik daripada harus hidup di tengah hiruk pikuk perkotaan yang dipenuhi oleh asap kendaraan.

Dan ya, Alena tidak punya teman yang bisa dia ajak bercengkerama. Di kampung halaman, hanya sang neneklah yang menjadi temannya sepanjang hari. Menghabiskan siang dan malam untuk bercengkerama. Ada saja topik pembahasan yang bisa mereka jadikan bahan perbincangan.

Nenek tak lagi muda, terkadang ia merasa sesak saat harus meladeni Alena untuk terus berbincang. Namun, nenek selalu mencoba untuk menyembunyikan rasa sakitnya dari Alena. Nenek paham betul bagaimana karakter dari cucu kesayangannya itu. Jika tidak diajak berbicara, tentu gadis kecil itu hanya akan diam dan mengurung diri di kamar.

Karena rasa sayang yang besar pada cucunya, tentu nenek tak mau melihat cucunya itu murung. Bagi nenek, Alena adalah segalanya. Bahkan melebihi semua harta yang ia miliki. Dan itulah alasan, sang nenek sempat jatuh sakit beberapa minggu setelah Alena kembali ke kota.

Alena sempat menangis dan ingin kembali ke kampung. Namun, Jack berusaha membujuknya agar ia tidak merengek untuk meminta pulang ke kampung halaman. Dengan susah payah dan berbagai rayuan akhirnya Alena berhasil dibujuk. Meskipun pada akhirnya Alena sering mengurung diri dan sesekali menangis saat merindukan neneknya.

Namun itu semua terjadi hanya pada saat kedua orangtuanya tidak ada di rumah. Alena takut akan membuat kedua orangtuanya menjadi cemas. Sedangkan mereka sudah lelah dan pusing karena banyaknya pekerjaan yang membebani mereka.

Hari demi hari dilalui dengan ekspresi yang tetap sama. Tak ada senyuman maupun tawa yang terlihat di wajah gadis kecil itu. Ia selalu saja murung meski seisi rumahnya tertawa dan saling membuat guyonan. Alena hanya akan duduk diam dan memandangi mereka yang tampak begitu menikmati hidup.

"Bagaimana mereka bisa menikmati hidup? Bahkan mereka tertawa lepas seolah-olah tak ada yang membebani. Sementara aku? Aku hanya bisa menikmati sunyi di tengah keramaian. Menangis di saat orang di sekitarku tertawa," batin Alena.

Sering kali Alena mencoba berbaur dan tertawa di saat kedua orangtuanya duduk dan menonton televisi di ruang tamu. Namun semua percuma saja, rasa bahagia itu tak bisa dipaksakan. Rasa itu harus mengalir, bukan diciptakan.

Dua tahun silam sejak ia tinggal di kota bersama orang tuanya, ia hanya menghabiskan malamnya untuk berbicara dengan boneka pemberian sang nenek. Entah apa alasan Jack dan Stefani membiarkan anak mereka seperti itu. Namun mereka tampak bahagia tanpa adanya Alena di samping mereka.

"Untuk apa aku dibawa ke sini, jika pada akhirnya aku aka dibiarkan sendiri," ucap Alena pada boneka miliknya.

Tentu boneka itu hanya diam saja. Tanpa berkata apapun juga pada Alena. Ya, Alena menyadari itu. Boneka itu tidak akan berbicara sekalipun Alena mengancam dan memaksanya untuk bebicara. Namun setidaknya, boneka itu bisa mendengar setiap kata yang terucap dari mulut gadis kecil itu.

"Apakah kamu tahu? Aku sangat merindukan nenek. Bagaimana kabarnya sekarang? Sudah dua tahun aku tak pernah bertemu dengannya. Bahkan mendengar suaranya saja aku tidak pernah," ucap Alena lirih.

Ia masih saja memandangi boneka itu. Sesekali ia menoleh ke ruang tamu di mana kedua orang tuanya tengah asik menyaksikan serial drama tanpa peduli apakah anaknya sudah tidur. Raut wajah gadis kecil itu murung, ingin sekali dia diajak berbicara seperti nenek memperlakukannya. Namun, itu semua hanyalah keinginan yang tidak akan pernah terwujud.

"Biarkan saja mereka menikmati malam mereka. Ayah dan Ibu lelah bekerja seharian," batin Alena.

Gadis kecil itu membaringkan tubuh mungilnya di atas kasur bermotif hello kitty. Ia sangat menyukai motif itu, sampai-sampai ia punya selusin seprai dengan motif yang sama. Menurutnya itu manis dan sangat feminim. Terlihat indah dan sedikit ceria, turut memberi warna pada hidupnya yang tak memiliki warna. Putih pun tidak.








Sekian untuk part pertama

Semoga kalian menikmatinya

Jangan lupa vote yah dan yang belum follow silahkan difollow

Terimakasih sudah mampir dan nantikan part selanjutnya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top