Lullaby(e) (1)
Sleep...Sleep well, my dear
Then we will meet again
.
.
.
Sudah lima hari berlalu, semua murid sepakat untuk tidak melakukan apapun untuk sekarang selain mencoba mempelajari semua aturan yang tertulis di Monopad. Keinginan untuk keluar tentu ada, namun peraturan nomor dua belas dan tiga belas jelas mengganggu pikiran mereka setelah semua yang telah mereka alami. Kecelakaan, bom dan penodongan senjata itu.
Mereka memilih diam saja di dalam mansion tengah hutan ini, tak sedikitpun tertarik dengan peraturan tentang saling bunuh itu. Meskipun ada beberapa peraturan aneh yang mereka temukan seperti peraturan nomor tujuh belas.
Lima hari ini semuanya cukup tenang tanpa masalah. Sampai pada hari keenam, pagi ini mereka tiba-tiba dibangunkan oleh musik piano dari speaker yang terpasang di kamar mereka. Mengalun sepanjang pagi, tidak sepanjang hari malah di seatreo mansion dimana di setiap ruangannya dipasangi speaker.
Musiknya sih tak masalah. Hanya saja musik itu terus mengalun sepanjang hari bahkan di jam tidur. Lebih parahnya lagi bahkan kalau mereka mencoba tidur diluar mansion, musik itu masih akan terus mengiringi mereka seolah speaker ada di mana-mana padahal mereka di tengah hutan.
Sebuah video dari kepala sekolah mereka yang menanggapi pertanyaan soal musik itu justru semakin memperburuk situasi mereka.
[Apa kalian ingin tidur? Aku sungguh baik hati memutarkan lagu pengantar tidur untuk kalian. Lagu yang bagus kan?]
[Aku akan terus memutarkan ini untuk kalian yang ingin tidur sampai kalian membunuh seseorang]
[Selamat menikmati]
Musik itu terus dan terus mengalun meneror percobaan tidur mereka hingga tanpa sadar lima hari pun telah berlalu lagi.
=====
Ini sudah hari kesepuluh mereka di mansion dan hari kelima sejak musik peneror tidur mereka mengalun. Weiss dengan kepala berat pagi itu mencoba seperti biasa bangun untuk memasak sarapan. Namun saat ia hampir sampai di dapur, ia mendengar suara blender. Sepertinya ada seseorang yang tengah menggunakan dapur.
Begitu ia masuk, ia mendapati Willow dengan dapur berantakan tengah mencoba membuat sesuatu. Di sisi lain meja makan, Weiss melihat Soran, pemuda dengan poni menutup wajahnya yang kalau tak salah namanya Mike dan gadis yang mencoba menipu titlenya kala hari-kalau tak salah namanya Ringo memasang wajah was-was menyambutnya.
"Ayo sini bareng kami, Weiss" Kekeh Ringo menarik tangannya untuk duduk di meja makan bersama mereka.
"E-ada apa ini?" tanyanya kikuk
"Oh, Tuan Weiss selamat pagi" sapa Willow baru selesai dengan acara blendernya. Di tangannya sekarang ada nampan dengan empat gelas minuman berwarna hijau aneh, dan meletakkan gelasnya satu-satu tepat di depan mereka.
"Ini apa?" tanyanya ke Willow bingung.
"Oh itu Smoothie" kata Willow datar.
"Karena selama beberapa hari ini kita susah tidur, bisa-bisa organ tubuh kita rusak dan kematian mendadak bisa terjadi kapan saja. Jadi saya berpikir untuk membuat sesuatu yang kaya nutrisi dan vitamin"
Sepertinya Willow mencoba untuk membuat minuman sehat. Weiss rasa tak apalah ia meminumnya. Sebagai wujud penghargaannya akan usaha Willow
"Tadinya aku ingin membuat sup, tapi kurasa smoothie lebih cepat tercerna. Tapi sebelumnya saya sudah terlanjur merebus telur dan udang. Jadi akhirnya saya blender saja semuanya bersama tahu, sayur dan buah" tambah Willow kali ini menjelaskan apa yang ia buat hari ini sampai dapur serasa kapal pecah.
Weiss baru saja hendak meminumnya seketika keselek mendengar bahannya. Ditambah dengan sensasi aneh mulai memasuki mulutnya.
Kalau saja Willow tak memasukkan telur rebus, dan udang mungkin minuman ini akan lebih baik. Tapi tidak,rasa ini benar-benar sulit dijelaskan dengan kata-kata saking tak karuannya rasa yang menyentuh indera perasanya itu sekarang.
Rasanya ia ingin memuntahkan semuanya, apalagi melihat sepertinya Ringo berusaha untuk tidak semaput mengacungkan jempol kepada Willow. Namun ia merasa tak enak melihat ekspresi Willow tampak begitu menunggu dirinya menghabiskan semuanya. Pada akhirnya Weiss mencoba menghabiskannya dalam sekali tenggak.
"Ugh..."
Parah. Rasanya benar-benar membuat nyawanya serasa melayang.
Baru saja ia membayangan nyawanya melayang seketika saja musik berdebah itu berputar lagi.
"AAA siapa pula yang tidur ini?!" seru Soran menutup telinganya frustasi.
Semuanya menutup telinga tampak sama frustasinya mulai mencari sang penyebab musik dimulai. Rupanya tak perlu mencari jauh, mereka mendapati Mike yang semaput dengan gelas smoothie tumpah. Sepertinya dia semaput akibat meminumnya.
Tapi bagi yang lain mereka saking lelahnya sepakat untuk menampar Mike ramai-ramai agar pria malang itu bangun supaya musik itu berhenti.
=======
"AKU TAK TAHAN LAGI!!"
Soran memutuskan untuk mengumpulkan semua orang di ruang tamu begitu selesai sarapan. Mulai muak dengan musik yang terus mengalun. Mereka tak bisa terus seperti ini. Mereka harus melakukan sesuatu agar musik ini berhenti permanen. Tentunya tidak dengan cara membunuh orang.
"Kita harus melakukan sesuatu sesuatu untuk suara laknat ini" serunya memukul meja. Frustasi tentunya.
"Dengan apa kita melakukannya?" Tanya Noa tampak masih cukup tenang menghadapi situasi ini.
"Hmm..." Soran berpikir cukup lama. Aduh kurang tidur benar-benar membuat dirinya sulit berpikir.
"Mau kita pingsan jamaah saja kah? Mana tahu musiknya berhenti?" Usul Mike yang entah kenapa kali ini tampak tak gugup sama sekali. Tak seperti biasa. Malah sikapnya kali ini tampak benar-benar seperti orang lain. Poninya ia angkat, memperlihatkan mata merahnya yang tampak sinis.
"Oh boleh. Ayok kita bentur kepala bareng" oke sepertinya Soran saking butuh tidurnya malah benar-benar ingin melakukan usulan ngawur itu.
"Tak bisakah kalian serius?" Dengus Nero hanya menghela nafas panjang. Ia sebenarnya tak masalah dengan kurang tidur karena dia selalu begadang. Tapi kalau internet tak bisa diakses ditempat ini? Semuanya terasa seperti neraka baginya.
'Duak'
Oh dua orang bodoh itu benar-benar melakukannya. Dan tentu saja sebagai balasannya...
TERENGTENGTENG~
"AAAAAA" semuanya heboh kembali berusaha membangunkan dua orang bodoh itu agar musiknya berhenti.
"Oke baiklah, jadi kita bagaimana sekarang?" Tanya Soran kembali mendapatkan kewarasannya.
"Membunuh orang? Ya itu kata boneka beruang itu sih" kata Willow.
"Hhh..." Weiss yang daritadi memegangi kepalanya yang sulit sekali ia angkat dari meja hanya menghela nafas panjang.
"Apa aku saja yang bunuh diri..." Gumamnya suram.
"Jangan berpikiran aneh-aneh Weiss. Kita takkan membunuh orang untuk menyelesaikan ini" dengus Noa menggeleng. Diangguki Mary.
Mau sampai kapan pun mereka takkan melakukan itu.
"Hmm..."
"Bagaimana kalau kita mencari sumber suara ini. Kalau suara ini berputar diseluruh tempat, pasti ada tempat utama untuk menyalakan musik ini" usul Dillon mengangkat tangannya.
Semuanya saling pandang seolah baru memikirkan hal itu.
"Oh benar juga. Bagaimana kalau kita berpencar mencarinya. Karena tak mungkin semuanya bareng-bareng. Sementara kita hanya punya waktu empat jam untuk menyusuri seluruh hutan" usul Ringo.
"Bagaimana dengan tempat ??? Kemungkinan besar ada disana" kata Soran baru teringat dengan peraturan mereka.
"Hmm... Tempat itu memang mencurigakan sih" Aelri berpikir cukup lama mencoba untuk memikirkan langkah terbaik kesana.
"Aku akan pergi kesana" kata Soran cepat. Ia ingin cepat-cepat mengakhiri ini.
"Kurasa bukan langkah yang bagus untuk pergi sendirian, Tuan Soran" kata Willow menggeleng.
"Aku setuju dengan Nona Masker. Kita tak tahu apa yang akan kita hadapi disana" kata Aelri menggeleng.
Soran menghela nafas panjang. Memang sih ia merasa akan sulit kalau sendirian ditengah situasi ini. Sekalipun dirinya sendiri super tentara.
"Begini saja kalau begitu. Aku akan ambil usul Ringo. Kita akan berpencar dan membuat jadwal patroli untuk mencari cara menghentikan suara ini. Mungkin sekitar 5 kelompok. Satu kelompok tetap saja di mansion untuk mengawasi tempat ini. Sisanya mari mencari tempat ??? Atau tempat yang kemungkinan bisa menjadi sumber suara ini. Empat tim ini kita bagi dua shift pagi dan sore" katanya mencoba menyusun rencananya.
"Aku usul kalau tiap tim ada orang kuatnya minimal satu" kata Mary mengangkat tangannya.
"Tak masalah sih. Ada tanggapan lain?" Soran lanjut tanya sambil mencoba untuk menyusun timnya.
"Kurasa empat tim saja yang keluar" kata Noa. "Lalu untuk mansion jadi reserve unit yang dibagi dua, satu cek luar, satu untuk dalam" tambahnya
"Hmm...empat ya" gumamnya. Itu bukan saran yang buruk sih. Lagipula Noa sendiri juga punya basic tak terlalu jauh dengannya.
"Bolehlah. Kita mulai saja patrolinya. Aku sudah menyusun timnya. Bagaimana menurut kalian...err...sebentar ngirim list ke monopad gimana sih??" Katanya kikuk kebingungan dengan barang elektronik di tangannya itu. Ujung-ujungnya Soran balik bertanya kepada Dillon yang mengajarinya pakai alat itu. Dasar gaptek memang.
Ting
Begitu dibantu, akhirnya tim dibagikan juga.
"Bagaimana?" Tanyanya akhirnya.
1. Dilon
Anggota: Hans, Asuka, Ringgo
2. Mike
Anggota: Aelri, Silvia, Kanna
3. Noa
Anggota: Haha, Mary, Mah Tee
4. Soran
Anggota: Nero, Chimi, Julius
Willow, Fuwa, Weiss, Yama [Mansion]
"Hmm...aku kapten nih? Ya tak masalah sih aku" kata Noa hanya mengangkat bahu. Timnya cukup familiar di matanya.
"Ah...mansion ya. Berarti...apa aku harus menyiapkan bekal...untuk kalian?" Tanya Fuwa kikuk.
"Boleh boleh" kata Soran semangat. Mereka sepertinya bakal memutar pasti butuh makanan dalam perjalanan.
"Ku bantu menyiapkan kalau begitu" kata Weiss kalem. Walau sebenarnya kepalanya masih agak sakit sedaritadi.
"Karena waktu terus berlanjut, berarti langsung saja tim satu dan dua pergi duluan. Yang nanti sore stanby dulu istirahat"
"Semoga saja sebelum siang kita sudah menemukan sumber suara durjana ini" kata Soran menutup rapat mereka
======
"Mah tee, ada apa?" Tanya Mary beberapa saat di tengah shift sorenya. Menatap heran kepada kawan dekatnya yang wajahnya tertutup tirai itu.
Gadis itu menggeleng. Namun dibalik tirai entah kenapa wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
"Aku... mencium bau kematian tadi sesaat sebelum pergi" gumamnya pendek.
"Bukan dari tim kita....Tapi dari tim..."
"AAAAAAAAAAAA-"
Belum selesai Mah tee menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba saja mereka mendengar suara teriakan memenuhi seisi hutan. Itu bukan suara rekan se tim mereka.
[PIM POM PIM ~]
Suara bel kali ini memenuhi seisi hutan.
[Selamat kalian tak perlu mendengarkan lagu pengantar tidur lagi, upupupupu~]
Disusul dengan suara robotik kepala sekolah mengumumkan sesuatu yang mereka tunggu-tunggu sejak lima hari terakhir. Sebuah kabar gembira untuk mereka yang butuh tidur
[Sesosok mayat telah ditemukan, Class trial akan segera dimulai sesaat lagi]
Namun pengumuman selanjutnya sama sekali bukan sebuah kabar gembira untuk mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top