Lost My Way (2)

Pencarian Asuka cukup membuat repot semua orang. Orang-orang mulai berpencar mencari gadis yang menyebalkan itu. Bukan pencarian yang mudah. Karena sepertinya Asuka sendiri cukup lihai dalam bersembunyi.

Ditengah pencariannya, Fuwa terpisah dari yang lain.

"E? Teman-teman?"

Gadis stroberi itu tampak gugup. Di tengah hutan sendirian apalagi dengan permainan pembunuhan seperti ini tentu saja membuatnya takut.

"Duh...bagaimana ini?" Gumamnya menghela nafas panjang. Ekspresi lemah tak berdayanya berubah menjadi datar dan serius. Seperti inilah dirinya yang sebenarnya.

Tapi walau ia sebenarnya bukan orang yang penakut, tetap saja di tengah situasi seperti sekarang waspada itu perlu. Fuwa bukan orang yang cukup kuat untuk bertarung satu lawan satu.

Semoga ia segera menemukan orang lain.

"Ah mademoiselle..."

Oh akhirnya ia menemukan seseorang. Pemuda pirang yang sekarang tengah jongkok sepertinya menemukan sesuatu. Ia ingat orang ini si beruntung.

"Julius... Aaa..akhirnya aku tak sendirian" katanya dengan segera pasang ekspresi gadis kecil stroberi yang penakut.

"Lho yang lain kemana? Kau sendirian?" Tanya Julius heran.

"Humm...aku terpisah dari yang lain" katanya gugup.

"Ahaha...sepertinya kita senasib ya" Julius menggaruk kepalanya. Ia juga terpisah tadi.

"Mau bareng?" Tawarnya. Fuwa dengan cepat mengangguk.

Pencarian mereka diselimuti keheningan. Hutan tempat mereka bernaung memang cukup luas hingga tak mudah untuk menemukan yang lain. Ditambah mereka berdua juga tak begitu dekat dan perbedaan gender membuat suasana terasa sedikit canggung.

"AAAAAAAAA"

"Ada yang teriak" Kata Fuwa khawatir.

"Sepertinya terjadi sesuatu...apa kita kesana?" Tanyanya.

Julius menyimpan tapenya. Tampak keraguan dari wajahnya. Bisa saja di sana bahaya.

[Mayat telah ditemukan. Class Trial akan segera dimulai]

[Upupupupu...]

"..."

"Ayo ke sana" katanya sekejap langsung mengubah keputusannya.

Keduanya langsung berlari ke sumber suara. Mendapati betapa kacaunya situasi di depan mereka sekarang. Terlihat disana korban jatuh lagi lebih dari satu.

Tiga?

Atau...dua?

Disana tergeletak seorang anak perempuan dengan dada berlumuran darah. Sebuah anak panah tertancap disana. Disisi lain tampak seorang anak laki-laki dengan leher tertusuk pisau.

Satu lagi...

Satu orang lagi tampak memegangi pisau itu dengan posisi menindih si anak laki-laki. Tertunduk.

"AAAAAAA"

"...Apa yang sudah kau lakukan"

"...Weiss?"

=====

[Mayat telah ditemukan. Class Trial akan segera dimulai]

Gelap. Penglihatannya tiba-tiba menggelap. Hingga tiba-tiba Weiss seperti mendengar sebuah pengumuman yang membuat kembali ke realita.

Ia mengenjapkan matanya berkali-kali mencoba menyesuaikan penglihatannya. Hingga akhirnya pemandangan pertama yang ia lihat adalah kedua tangannya dipenuhi warna merah dan sedang memegang sesuatu.

Sesuatu...pisau...?

Dan dia sedang menduduki sesuatu. Sesosok pemuda terkapar berlumuran darah di lehernya. Sosok yang ia kenal sebagai detektif diantara mereka.

[Aelri Tokisei]

Darah...leher....pisau...dia?

Ia menoleh linglung ke sumber suara yang menanyainya. Mendapati Fuwa dan Julius tengah menatapnya antara takut dan waspada. Lalu kembali menatap sosok yang ia tindih dan dirinya sendiri.

"..."

"WAAAAA"

Weiss reflek meringsuk menjauhi Aelri. Kaget luar biasa. Reflek kembali menatap Julius dan Fuwa dengan muka panik.

"BUKAN.BUKAN AKU YANG MELAKUKANNYA...uh" serunya panik.

Bagaimana tidak panik. Orang bodoh pun melihat situasi ini pasti akan langsung menuduhnya.

"Aku..."

Weiss melihat sekitarnya dan semakin panik karena mengetahui tak hanya Aelri yang ia dapati bersamanya. Ada gadis Cleric itu juga.

Ada [Holy Mary] juga tergeletak tak bernyawa disana.

"Aku dengar ada yang teriak sekitar sini. Apa yang ter...woaa"

Ditengah keheningan yang mencekam diantara mereka bertiga, beberapa anak lain muncul. Terlihat Soran datang bersama Willow, Chimi dan Sylvia tampak terkejut.

"Ini lebih buruk dari kemarin" kata Chimi memegangi Sylvia.

Tak hanya karena hari ini ada dua kematian, salah satu yang tewas juga adalah orang yang harusnya menjadi pemimpin mereka di class trial nanti. Meskipun dia sedikit mengkhawatirkan di class trial sebelumnya.

"....Sebaiknya kita jangan mengganggu TKP. Biar saya yang periksa" kata Willow cepat. Dia yang mengurus mayat sebelumnya, akan lebih baik dia lagi yang mengamankan TKP menggantikan Aelri.

"Weiss, kau berlumuran darah. Apa yang terjadi?" Tanya Soran menghampiri.

"Aku..."

"Apalagi. Tentu saja dia pelakunya kan?"

Sebuah suara mengagetkan semua orang di TKP. Tampak sosok yang sedaritadi semua orang cari melipat tangannya bersandar pada salah satu pohon dengan begitu santai. Asuka sedaritadi memang hanya menonton, menunggu semua orang berkumpul.

"Bukan...bukan aku..." Pemuda surai putih itu berdiri terhuyung. Memegangi kepalanya sendiri menggeleng dengan tak yakin.

Bukan dia...

Asuka mencengkram kerah jaket Weiss. Melempar pemuda kurus itu dengan mudah menghantam pepohonan.

"Kalau ngomong ngaca dikit Chef. Aku juga lihat kau yang menusuk mati si Detektif"

"WOE WOE ASUKA" Soran reflek menarik jauh perempuan surai putih yang sekarang mulai menginjak punggung Weiss memaksanya mengaku. Tak peduli walau ada yang mencoba menghentikannya.

"TAPI BUKAN AKU!! AGH..." Weiss berusaha melindungi kepalanya dari injakan perempuan barbar yang suka buat onar itu.

"ASUKA STOP HEII" mau tak mau Soran terpaksa gendong Asuka macam karung beras supaya bisa menjauhkannya agar dia tak main hakim sendiri.

"Begini saja kita bagi tugas. Willow tolong invest mayat, yang lain tolong bawa Weiss dulu. Aku urus anak setan ini" kata Soran memutuskan untuk mengambil alih memimpin temannya.

"Hum..." Willow hanya mengangguk

"Tolong awasi mereka ya Noa." Katanya kepada gadis Wardress yang kebetulan juga sudah sampai di TKP. Sementara Soran pergi menyeret Asuka agar jauh dari TKP. Takut kalau dia bakal merusak TKP. Lihat saja kelakuannya selama ini sangat memungkinkan untuk melakukan hal itu.

"Oh oke" kata Noa hanya menghela nafas panjang.

"Tadi siapa yang menemukan TKP pertama?" Tanya Noa.

Fuwa dan Julius saling tatap, lalu menoleh ke Weiss yang masih menunduk.

"Kami pertama sampai kondisinya sudah begitu. Dengan posisi Weiss yang terlalu mencurigakan untuk dibilang bersih" kata Julius garuk kepala.

"Hmm..." Noa memegangi dagunya.

"Aku akan dengar detil dari kalian berdua. Sylvia kau yang tanyain Weiss ya. Sisanya tolong Willow sisir TKP."

Ada tiga bagian yang harus mereka kumpulkan sebelum class trial yang sebentar lagi harus mereka mulai lagi.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top