Free Time

Setelah beristirahat, tak terasa waktu pun sudah malam. Dirasa sudah cukup istirahat, Weiss memutuskan untuk keluar kamarnya. Memutuskan sedikit menyusuri mansion mereka.

Sepanjang ia menyusuri mansion ia menyadari kalau mansion ini memang kosong selain keberadaan mereka berduapuluh. Ia tak melihat boneka beruang bernama Monokuma itu di manapun.

Ia lapar, mungkin yang lain juga begitu. Harus ada yang memasak untuk mereka. Ia pun mulai mencari dapur.

Seorang gadis berambut hitam sehitam arang panjang dan tampak tinggi mengagetkannya begitu ia memasuki dapur. Kalau diperhatikan dia memiliki wajah Timur tengah seperti Soran? Namun berkulit putih.

"לילה טוב"
(Selamat malam)

"Ah" Weiss hanya cengo tak paham. Itu bukan bahasa Jerman ataupun Inggris jadi dia tak paham maksudnya. Sedikit mirip dengan bahasa Arabnya Soran ditelinganya namun sepertinya beda.

"Oh maaf kebiasaan. Selamat malam" kata gadis itu meralat kata-katanya. "Aku lupa kita beda negara semuanya"

Weiss memasang senyum.

"Ah aku Jerman jadi yaah..." Ia hanya terkekeh pelan.

"Aku Weiss. Weiss Cavas, kamu?"

"Noa. Noa Rosenthal" kata gadis itu memperkenalkan diri.

"Sudah jam makan malam, jadi aku memutuskan untuk mengecek kulkas. Rupanya dapur disini lengkap sekali. Cukup untuk beberapa hari" katanya

"Benarkah?" Weiss ikut melihat kulkas. Dan benar isinya lengkap sekali. Bahkan dapur ini memiliki ruang penyimpanan makanan yang isinya cukup lengkap.

"Waah..." Katanya takjub. Kalau begini ia bisa memasak apapun.

"Aku hendak menyiapkan makan malam. Kau duduk saja disana" kata gadis itu menunjuk meja makan yang memang hanya terpisah ruangan tak berdinding dengan dapur.

"Harusnya itu kata-kataku" kekeh Weiss kalem. "Karena masak keahlianku" katanya alih-alih duduk, ia malah mulai prepare.

Gadis itu hanya terdiam lalu tersenyum tipis. "Begitu" katanya akhirnya.

"Kalau gitu biar aku yang jadi asistenmu, gimana?" Tawarnya.

*************

Masak-masak berakhir dengan cepat berkat bantuan Noa. Sesungguhnya Weiss cukup perfeksionis dengan masakannya, namun dia terlalu lelah untuk membuat mastepiece, jadi dia tak masalah dengan bantuan Noa. Toh rupanya skill masak Noa sendiri tak buruk. Walau tak sebaik dia. Setidaknya memudahkan pekerjaannya untuk menyiapkan makan malam.

Rupanya kegiatan mereka lumayan mengundang beberapa orang datang ke meja makan. Sepertinya semuanya sepakat butuh sesuatu mengisi perut mereka malam ini.

"Aku akan memanggil yang lain" kata Noa begitu selesai menghidangkan makanan.

"Oke"

Tak butuh waktu lama semua murid pun sudah berada di meja makan. Sepertinya mereka semua sepakat kalau perut mereka butuh diisi.

"Aku tak melihat boneka beruang imut itu dimanapun" kata gadis rambut hijau kacamata itu dengan bibir manyun. Kecewa karena dia ingin sekali memeluk boneka gempal itu.

"Baguslah, lebih baik begitu. Aku tak ingin nafsu makanku hilang karena kata-katanya" sungut gadis kuncir berambut putih.

Yang lain tampak setuju. Lebih memilih menikmati makanan mereka daripada membahas permainan pembunuhan seperti kata beruang yang mengaku kepala sekolah mereka itu.

"Oiya karena kita bakal terus bersama ditempat ini, bagaimana kalau kita berkenalan?" Kata gadis berpakaian biarawati bersurai ungu mencoba mengganti topik.

"Tak kenal maka tak sayang, maka biar aku memulai duluan. Aku Holy Mary. Ultimate Cleric. Aku perwakilan Swedia" katanya mulai membuka sesi perkenalan mereka malam ini.

"Aku aku !!"

Seorang anak laki-laki berbadan kecil dengan sisi kiri kanan rambutnya dikepang tampak bersemangat mengacungkan tangan.

"Yahoo...aku Hans. Hans William. Aku perwakilan Australia sebagai penyair paling hebat di dunia ini" katanya bangga. Memasang gerakan salute kepada semua orang di meja makan.

"Wiih...kita berdekatan"

Seseorang menyeletuk. Pria dengan bando berwajah Asia Tenggara yang jago melucu. Weiss kenal dengan orang ini.

"Sebagai pelawak kelas dunia aku takkan kalah. Aku tinggal diatasmu, Indonesia. Haha..." Kekehnya

"Ups...aku bukan sedang tertawa, tapi aku sedang menyebut namaku. Hakim Hamka, Haha. Yaah singkatan yang lucu kan?"

"Pantas terlihat familiar. Kita masih tetanggaan rupanya" celetuk gadis Chinese berkacamata yang duduk disebelah Haha. Dia tampak seperti seorang kutu buku dibandingkan anak-anak lainnya.

"Sylvia Liu. Aku dari Singapura. Aku hanya bagus dalam hal menulis jadi bisa disebut aku Ultimate Novelist" katanya memperkenalkan dirinya paling kalem dibandingkan dua orang sebelumnya.

"..."

Semua tampak menunggu perkenalan selanjutnya di sebelah Silvia. Sosok yang tampak sangat menyolok dibandingkan semua orang yang ada. Dari penampilannya yang tampak mengenakan gaun berkabung sepertinya seorang perempuan meskipun mukanya pun tertutup topi berkabung. Tampak suram.

"...Ah maafkan saya" sebuah cicitan kecil keluar dari sana. Benar, dia perempuan rupanya.

"...Mah Tee...aku dari Tiongkok" katanya pelan.

"Ultimate...Gravekeeper"

"Kuharap bukan aku...yang mengubur kalian...nanti" katanya menghela nafas panjang.

Semuanya seketika terdiam mendengar kata-katanya. Kenapa sesi perkenalan mereka mendadak suram?

Willow yang duduk tepat di sebelah Mah Tee tampak ragu memperkenal diri setelah ini.

"Ah mengenai hal itu kuharap juga permainan dari boneka beruang itu tidak berjalan. Agar saya tak perlu memoles mayat kalian kedepannya" gumam gadis pirang itu mendehem pelan dibalik maskernya.

"Ah maafkan saya. Sekarang giliran saya benar?"

"Willow Hart. Saya seorang Emblamer. Perwakilan Jerman untuk Summer Camp" katanya menunduk sopan kepada semuanya.

Beberapa orang tampak mengernyitkan dahi. Kenapa perkenalan mereka dari tampak menghibur tiba-tiba bagai roaledcoster talentanya berubah seram.

"Kenapa mendadak suram begini?" Sungut gadis berkacamata lainnya disebelah Willow ceplas ceplos mengatakan apa yang sebagian besar orang pikirkan sekarang.

"Tak imut sama sekali huh" sungutnya memeluk boneka singa yang ia bawa ke meja makan.

"Sekarang giliranku, Right? Aku Chimi Qwein" katanya menggerakkan bonekanya.

"Dia Ultimate Puppeter" terdengar suara lain dari boneka yang dipegang gadis hijau itu. Sepertinya gadis itu menggunakan suara perut untuk bonekanya.

"Kami dari Perancis" lanjutnya "Kalian semua imut-imut" tutupnya cengengesan.

"Ehehe...terima kasih" kata gadis mungil berambut sewarna stroberi disebelahnya. Dari pakaiannya dia tampak seperti pengurus anak-anak dengan celemeknya.

"Aku dari Inggris. Namaku Fuwa Gardner" katanya sopan.

"Aku biasanya mengurus anak-anak atau orang tua. Caregiver itu title yang diberikan Kibougamine kepadaku" tambahnya. Sedikit mengedipkan matanya kepada Hans. Entah kenapa dia melakukan hal itu. Namun Hans membalasnya dengan cengar-cengir salah tingkah.

"Hei hei...giliranmu" kata gadis itu lalu menowel-towel pipi pemuda disebelahnya. Sepertinya dia ketiduran dalam sesi perkenalan mereka.

"Hah...oh..." Pemuda bersurai hitam emo itu mengangkat wajahnya yang ngantuk. Mengenjapkan matanya berkali-kali. Tampak berpikir cukup lama seolah bertanya kenapa ia disini. Lalu akhirnya ia membuka suaranya.

"Nero. Sebut saja begitu. Ultimate Hacker" katanya datar.

"Asal?" Tanya Mary penasaran.

Dia tampak ragu menjawab. Tampak tak begitu suka menyebut detil identitasnya.

"Kau sepertinya Asia Tenggara? Malaysia? Atau...GOSP!! Sama sepertiku???" Tanya Haha tampak pasang wajah kaget.

"Cih..." Dengus pemuda itu menghela nafas panjang. Menutup mukanya tampak malu. Sepertinya tebakan Haha benar.

"WOAA satu sekolah. Kenapa ga bilang-bilang bro? Gw Haha, napa gw baru lihat lu sekarang?" Serunya menggunakan bahasa negara mereka. Heboh sendiri. Dan Nero, dia tampak seperti ingin unkenal Haha.

Beberapa orang di meja hanya tertawa kecil mendengar pembicaraan mereka. Tak paham tentu saja.

"Nyam..."

Sosok satu-satunya berkulit gelap diantara mereka tampak begitu menikmati makanannya hingga tanpa sadar pipinya menggembung penuh dengan makanan ketika sekarang semua mata tertuju padanya. Dengan segera ia menelan makanannya. Meneguk air putih di depannya. Lalu menghentikan makannya sejenak.

"Assalamualaikum. wr.wb" katanya berdehem sejenak.

"Waalaikumsalam wr.wb" hanya Haha yang menjawab salam itu dengan riang. Seagama sepertinya.

"Ku perwakilan Palestina. Namaku Soran. Ku Ultimate Soldier" katanya singkat padat jelas.

Perempuan disebelah Soran seketika terbatuk. Yang baru saja berkenalan dengan Weiss sebelumnya. Benar Noa.

"Kenapa?" Tanya Soran heran.

"Ah tidak...hanya kaget" Noa hanya menggeleng canggung.

"Huh?"

Weiss yang mendengar pembicaraan mereka sepertinya paham apa maksud Noa.

"Giliranku ya?" Kata Noa akhirnya.

"Noa Rosenthal. Aku Ultimate Wardress." Katanya jeda sejenak

"Ku perwakilan Israel. Kuharap tak ada masalah diantara kita" katanya melirik Soran lalu hanya memasang senyum.

Disebelahnya, Soran tampak menelan ludah. Ah pantas saja gadis itu menatapnya agak gimana. Soran hanya mengangguk memilih melanjutkan makannya tanpa komentar. Aura disekitar mereka seketika berubah canggung.

Kebetulan macam apa ini. Mungkin begitu pikir mereka berdua.

"Ehem...sepertinya berikutnya giliranku" kata pemuda dengan rokok permen di sebelah Noa. Dia pemuda dengan topeng paruh sebelumnya.

"Aelri Tokisei. Aku detektif. perwakilan Kibougamine Pusat. Yoroshiku" katanya pendek. Menatap semuanya seolah tengah mencoba mencari tahu isi hati seseorang. Khas detektif sejati. Tanpa menjelaskan asal, sudah jelas dia berasal darimana.

"Woaa...keren" Hans bertepuk tangan seperti anak kecil melihat superhero.

"Detektif...ya"

Seorang pemuda pirang tampak menggerakkan boneka tangan kelincinya dengan gugup. Tampak begitu canggung dengan semua orang

"Memangnya kenapa dengan detektif?" Tanya Aelri heran.

"Umm...Nope" reflek pemuda pirang itu menggeleng kuat. Lalu menunduk menatap semua orang dari balik tirai rambut yang menutupi matanya.

"...Michael Glover. Aku dari Amerika" katanya akhirnya. Tangannya yang menggunakan boneka kelinci tampak bergerak-gerak mengikuti kata-katanya.

"Ah salam kenal kalau begitu" kata Mary mencoba menenangkan.

"Title mu apa?" Tanyanya

"Umm..." Michael tampak ragu menjawab.

"Dia Assassin" kata perempuan kuncir kuda putih disebelahnya. Ah dia perempuan barbar yang merusak pagar sebelumnya.

"A-"

"Kenapa? Kan kau sendiri yang bilang di bus? Dan apa-apaan ekspresimu sekarang. Menjijikan" dengus perempuan itu pasang muka kesal. Membuat pemuda itu seketika menunduk.

Pengakuan gadis itu cukup membuat kaget beberapa orang. Yaah, sikap gugup Michael barusan agak kontradiksi dengan tittle nya kan?

"Lalu Kakak sendiri bagaimana? Kakak tampak seperti orang kuat" kata Hans penasaran.

"Aku? Aku Swordmaster" katanya melipat tangannya tampak arogan. Lalu mendengus pelan.

"Fujisaki Asuka. Aku sama dengan detektif disana" katanya menunjuk Aelri dengan pisau makan ditangannya.

"Dan gadis apel disana kurasa?" Katanya menunjuk seorang gadis mungil berambut merah tepat disebelahnya tengah asik dengan hidangan penutupnya.

Gadis itu tampak menyipit. Lalu sesaat kemudian dia memasang wajah riang seolah tak terjadi apa-apa.

"Arere~ giliranku?" Kekehnya.

"Hum hum aku juga dari pusat walau aku belum pernah bertemu dengan teman satu sekolah. Anak-anak kelas Ultimate Kibougamine memang begitu kan? Jarang masuk kelas dan lebih fokus dengan pengembangan karir mereka sebagai Ultimate" katanya angkat bahu.

Weiss cukup setuju sih dengan perkataannya karena sejujurnya ia pun baru bertemu Willow, padahal satu perwakilan.

"Hoshigami Ringo. Ultimate Jurnalist ehe~" katanya memasang sikap imut.

Aelri tampak menyipit. Seolah meragukan perkataan gadis itu.

"Bukannya kau Ninja?" Katanya curiga.

"E?" Ringo tampak kaget mendengar kata-kata pemuda rokok coklat itu.

"Aku sudah mengamati beberapa orang sejak keluar dari bis tadi siang. Kau punya langkah ringan, dan gerakanmu cukup cepat. Dan saat kau berbicara dengan kepala sekolah sebelumnya, kau terlihat seperti akan menghabisinya dengan cepat" kata Aelri melipat tangannya mengeluarkan deduksinya.

"Are~ itu sih tak cukup mengubah keadaan, Tantei-san" Kata Ringo mengangkat bahu.

"Benarkah?" Aelri mengangkat sebelah alisnya. "Bukti tak terbantahkannya ada di tangan kananmu sendiri, Hoshigami-san" katanya menunjuk tangan Ringo yang sekarang tengah memegang sebuah kunai. Sebuah benda yang seharusnya tak ada di meja makan.

"Eh? Eh...." Ringo tampak panik kebohongannya terbongkar.

"Ahaha...habis kaleng buah ini susah dibuka" katanya akhirnya lalu menggembungkan pipinya. "Cih...iya deh, aku Ultimate Modern Kunoichi" sungutnya. Sepertinya dia gagal menipu orang-orang di meja makan.

"Hee...kenapa bohong. Padahal Kunoichi lebih keren" tukas Haha heran.

"Aku lebih suka bergerak diam-diam" katanya santai.

"Ngomong-ngomong, sepertinya Fujisaki-san melupakan dua orang lagi. Masih ada dua Nihon jin disini" katanya menunjuk gadis berambut putih pendek di sebelahnya.

"Giliranmu" katanya cengar cengir.

"Kanna Tomohiro. Ultimare Yakuza" Kata gadis itu pendek. Lalu melirik pemuda Jepang berambut coklat gondrong disebelahnya yang daritadi hanya diam.

"Woe, kau ga kesurupan lagi kan?" Katanya menepuk punggung pemuda itu keras. Yaah sebelumnya pemuda ini sempat kesurupan saat dalam perjalanan menuju mansion.

"Uohok..." Pemuda itu terbatuk batuk kaget. Seolah baru saja nyawanya balik. Setidaknya itu lebih baik daripada kesurupan lagi.

"Ah maaf-maaf..." Katanya linglung. "Kita sekarang ngapain?" Tanyanya bingung. Sepertinya nyawanya benar-benar baru balik

"Makan malam sambil berkenalan?" Celetuk Fuwa santai. "Sekarang giliranmu"

"Ah begitu ya..." Katanya kikuk.

"Yamagatsu Oda. Aku Ultimate Paranormal Activities" katanya sedikit menundukkan kepalanya.

"Aku biasa membahas hal-hal yang berhubungan dengan gaib. Jadi jangan heran kalau aku sering kesurupan" katanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Merepotkan saja" dengus Asuka sinis.

"Sorry" kata pemuda itu hanya cengar cengir kikuk

"Anu...apa sekarang giliranku?" Tanya pemuda kemayu berambut pirang disebelah Yamagatsu tampak begitu canggung dan gugup. Dia yang membawa semua orang ke mansion ini dan mengaku kalau sebagai Ultimate Lucky Student.

"Ah iya silahkan lanjut" kata Yama masih tampak meladeni Asuka.

"Julius... Julius Edouard. Aku perwakilan yang sama dengan Chimi" katanya kikuk. Tapi sepertinya dia sama dengan orang-orang yang memiliki teman seperwakilan, belum pernah bertemu dengan rekannya sendiri.

"Ooo..." Chimi yang mendengarnya seketika membulatkan bibirnya kaget. Sepertinya juga sama saja belum pernah bertemu rekan senegara.

"Salam kenal semuanya" katanya memasang senyum.

"..."

Hening yang cukup lama muncul begitu Julius selesai memperkenalkan diri. Pemuda berambut biru dengan plester di pipi di sebelah Julius benar-benar hanya diam sedari tadi sampai membuat satu ruangan pun ikutan diam menunggu dia hendak mengatakan apa.

"...Giliranmu" kata Weiss disebelahnya mencoba memanggilnya.

"..."

"...Ah maaf" katanya menunduk. Dia harus melakukan apa? Berkenalan? Baiklah.

"Dilon. Scotland. Ultimate Executor" katanya singkat padat jelas dan tampak begitu kaku. Lalu dia menunduk lagi dan kembali diam. Sepertinya dia tipikal tak banyak bicara. Namun walau dia tampak begitu, julukannya cukup membuat beberapa orang menyipit mendengarnya.

"Jadi aku yang terakhir?" Kata pemuda surai putih itu tersenyum begitu gilirannya tiba. Kebetulan pula sudah waktunya memberi makanan penutup.

"Weiss Cavas. Aku dari Jerman seperti Willow" katanya memberikan desert berupa puding karamel.

"Aku Ultimate Chef. Salam kenal" katanya memasang senyum kalem kepada semuanya. Lalu kembali duduk di kursinya.

========

Acara perkenalan mereka sudah selesai. Sekarang sebaiknya mereka hendak melakukan apa?

"Menurut kalian sebaiknya setelah ini kita akan melakukan apa?" Tanya Mary kembali membuka pembicaraan begitu semuanya selesai makan.

Noa hanya menggeleng. "Kita takkan melakukan apa-apa. Jangan dengarkan boneka beruang itu" dengusnya.

"Aku ingin ketemu boneka beruang itu, kyaa" sementara Chimi masih dengan keinginannya memeluk boneka aneh itu. Membuat heran beberapa orang.

Ting tong

Jam di ruang tamu mulai berbunyi. Mulai menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Menurut Fuwa...sebaiknya kita kembali ke kamar. Takutnya terjadi hal yang tak diinginkan" kata gadis stroberi mungil diantara mereka.

Semuanya nampak setuju, kemudian mulai beranjak ke kamar mereka masing-masing setelah beberapanya mengucapkan salam selamat tidur dan semacamnya. Memulai malam pertama mereka di tengah hutan yang dingin itu.

======

Tentu saja mereka takkan melakukan apapun sekarang, upupupu...

Bagaimana kalau kita mulai saja buka tirainya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top