Lake

Sesak...

Terbakar...

Didasar...

Kabur...

Trevor Kim baru saja kehilangan teman sepermainannya. Dikabarkan meninggal karena sudah 1 bulan tidak ditemukan keberadaannya, mengapa pihak berwajib berani menyimpulkan hal tersebut? Karena jika anak ini diculik, penculik pasti meminta tebusan dan tak ada kemungkinan anak ini dibunuh karena dari seluruh pelosok kota kecil itu tak ditemukannya anak gadis kecil yang periang itu.

"Pergilah dengan tenang" ujar anak lelaki yang seumur dengan gadis tersebut didanau dekat tempat bermainnya sembari menghanyutkan buket bunga mawar.

"Trevor~" panggil ibunya, Trevor menoleh dari merenungnya.

"Ya, bu?" Sahutnya, ibunya mendekatinya dan memeluknya.

"Ibu tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kau sayang" ucap ibunya dengan nada yang menenangkan anak semata wayangnya.

"Aku sudah merelakannya bu, Tiffany akan baik-baik saja. Aku percaya itu" jawab Trevor dengan senyumnya yang memucat.

Ibu Trevor sangat khawatir akan kesehatan Trevor yang menurun semenjak dikabarkannya teman sepermainannya meninggal dunia. Trevor yang awalnya selalu riang sekarang menjadi perenung yang sangat diam.

"Tapi kau membuat ibu khawatir, kau selalu merenung" ucap ibunya lembut dengan merapikan surai Trevor.

"Aku bingung dengan tiap mimpiku" jawab Trevor, ibunya tersenyum lega.

"Putraku, mimpi hanyalah bunga tidur. Kau tidak perlu khawatir" tenangkan ibunya, Trevor tersenyum.

"Ah ibu benar juga" jawabnya dengan senyum yang sudah lama tak ditampakkannya.

"Kalau ibu boleh tahu apa yang kau impikan?" Tanya ibunya, Trevor berusaha mengingat dengan keras.

"Aku tidak mengingat keseluruhannya tapi 4 hari ini saat mimpi itu datang apa yang terjadi disana aku merasakannya sampai sadar" jelasnya, ibunya memeluknya.

"Itulah mimpi buruk nak" jawab ibunya yang kemudian beranjak dari sampingnya, ekor mata Trevor mengikuti kemana ibunya beranjak.

"Ini" ucap ibunya dengan memberikan paket yang belum dibuka.

"Dari siapa, bu?" Tanya Trevor, ibunya tersenyum dengan mengendikkan bahu.

"Tidak ada nama pengirim, katanya ini untukmu Trevor" jawab ibunya, Trevor mengangguk mantap.

"Aku ingin keatas dulu"

Dikamar, Trevor membuka bungkus paket tersebut searah bagaimana orang yang membungkusnya itu. Cara membungkusnya sangat familiar. Saat dibuka isinya adalah buku diary kecil dan liontin berbentuk kunci dengan note

'Bukalah saat menemukan pasangannya'

"Dari siapa ya? Misterius ya hehe" ujarnya sendirian dengan membalikkan halaman diary itu dari halaman per halaman.

'Beraninya ia mengatakannya...
Bahkan..
Aku tidak pernah berani mengatakannya..
Oh... Hatiku perih'

"Oh? Kasihan sekali gadis ini...." Ucapnya simpati sesaat membaca diary tersebut.

'Kenapa ia pergi?
Apakah ia melihatku?
Ia jadi menolak gadis itu?
Atau... Mereka pergi ketempat lain karena aku?
Tuhan, apa guna mataku untuk melihat orang yang kucintai...
Hatiku sesak'

"Gadis ini sungguh patah hati" komentar Trevor selanjutnya.

'Hari ini hujan,
Hutan tidak terlalu basah karena daunnya menahan air yang jatuh...
Aku menangis...
Tapi tidak seperti hutan yang dapat menahan air yang jatuh, karena tak ada yang menahannya.
Tak ada...
Dan tak akan pernah tahu'

"Hatiku sesak membacanya eoh?" Herannya dengan membuka halaman baru.

'Inilah akhirnya.
Ia tersenyum, karena apa?
Aku tidak tahu, tapi kuharap itu karena aku.
Ia menatapku lama.
Apa ada yang salah diwajahku?'

"Jika ia menatapmu lama tandanya ia suka padamu, apalagi sampai tersenyum. Aku jadi ingat Tiffany...."

Komentarnya dengan jari yang membuka lembaran baru, seketika matanya terbalak.

'Hatiku terasa sesak.
Nafasku ikut sesak.
Paru-paruku terbakar.
Aku pergi kedasar hitam.
Pandanganku kabur.
Aku mencintaimu.
Trevor'

"NAMAKU?" Kagetnya.
Trevor membuka halaman awal hanya ada gambaran manis buatan tangan sang pemilik, ia buka lembaran tiap lembaran dengan cepat dan mata yang cermat mencari nama sang pemilik buku diary tersebut.

Halaman terakhir ia baca seperti terkena air, airmata pikirnya tapi hampir dipermukaan kertas itu setengah basah. Dengan takut ia membuka halaman terakhirnya.

Tiffany Hwang

Trevor berlari menerobos salju pertama turun dengan pakaian tipis disuhu minus seperti sekarang, ia berlari dengan menghiraukan panggilan khawatir ibunya. Ia berlari tanpa henti dengan liontin dikalungkannya, berlari dengan arah yang selalu ia lalui dengan Tiffany dengan airmata yang terurai.

"Aku akan menemukanmu" ucapnya dengan terengah.
Sesampai ditempat bermainnya, disana sudah sangat kotor.

Rumah pohon yang berlumut tanpa kehadiran Tiffany membuat hatinya sakit, ia mencarinya ke pondok sekitar sana dimana Tiffany bersembunyi, matanya terarah pada danau dan teringat dengan kalimat terakhir pada diary Tiffany.

"Aku juga mencintaimu Tiffany, aku menemukanmu" ujar Trevor dengan menenggelamkan dirinya ke dasar danau hijau nan tenang.

Pandangan matanya kabur seiring semakin tenggelam tubuhnya, sinar terang masih terlihat sampai dasar danau ia melihat tubuh pucat pasi dan rambut kemerahan seorang gadis, seorang yang ia cintai.

Paru-parunya terasa terbakar, ia membutuhkan oksigen tapi oksigen tidak menarik baginya, liontin berbentuk hati yang mengambang dileher Tiffany lebih menariknya, disisi belakangnya terdapat ukiran persis liontin miliknya. Ia tempelkan liontinnya dan liontin Tiffany dengan perlahan, terbukalah liontin itu. Terdapat foto kebersamaan mereka berdua.

Dirinya sudah benar-benar jauh dari daratan... 
Ia tenggelam bersama tubuh tak bernyawa Tiffany....
Semakin dalam..... semakin gelap.....
Pandangannya kabur.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top