5
Tak ada yang berarti disana. Awalnya ia kira akan kedatangan tamu yang menyeramkan, berwajah garang serta memintanya untuk turun dari tahta kerajaan. Rupanya kegelisahan yang dirasakan setiap langkahnya itu tidak menampilkan hasil yang memuaskan.
Evelyn mengetuk tangan singgasana dengan jari telunjuk, sementara tangan kirinya digunakan untuk menopang wajah.
Di hadapan nya terdapat meja berbentuk setengah lingkaran yang di isi oleh makhluk berbentuk manusia. Tunggu, jangan sekali menilai. Para tamu yang datang ini bukan manusia sesungguhnya, mereka adalah makhluk makhluk immortal yang menyerupai bentuk seperti manusia. Entah apa siasat mereka hingga melakukan hal seperti itu.
"Ada lagi masalah yang harus dilapor?" Evelyn mulai lelah. Duduk selama tujuh jam di singgasana berlapis emas yang tidak empuk sama sekali itu benar benar membuat bokongnya kram. Ia terus mengubah posisi duduk untuk mencari posisi ternyaman.
"Tunggu ratu ku," sela seseorang dengan surai putih. Ia berdiri untuk menarik perhatian nya. Dapat Eve lihat pria itu memiliki sayap putih indah yang terlipat dibelakang punggungnya.
"Maaf menyela namun saat pertemuan pertama tadi kita semua belum memperkenalkan diri dengan benar. Hanya menjelaskan tempat asal dan ras, benarkan?" Tanya nya meminta persetujuan dari semua ras.
"Benar juga." Timpal Eve. Ia berharap setelah sesi perkenalan ulang ini dirinya bisa kembali berbaring diatas tilam empuk miliknya.
"Baiklah tak ada salahnya. Kita bisa berbicara santai mulai saat ini." Lanjut Eve.
Pria bersurai putih itu tersenyum. Ia membungkukkan tubuh layaknya pelayan terhormat. "Perkenalkan nama saya Ronald White, raja dunia atas. Manusia lebih mengenal kami sebagai ras malaikat." Ia kembali menegakkan tubuh.
"Dan disebelah saya William White, adik dari raja dunia atas."
Pria bernama William membungkuk hormat.
Eve mengangguk. "Kalian tidak bertengkar dalam urusan tahta?"
Ronald menggeleng, "tentu saja tidak ratu ku, kami tahu batasan masing masing."
"Baiklah, selanjutnya."
Seorang wanita berpakaian serba hijau berdiri menarik perhatian Eve. Ia mengakui bahwa cara berpakaian wanita dihadapan nya tersebut sungguh memukau. Perpaduan antara warna hijau alam dengan biru langit, sungguh luar biasa.
"Perkenalkan nama saya Lily Klory, ratu alam. Lebih jelasnya ratu nimfa alam. Saya yang bertugas menjaga serta merawat seluruh alam di dunia ini."
Eve tersenyum "senang bertemu dengan mu, ratu Lily. Kapan-kapan aku akan mengunjungi istana mu."
Mendengar hal itu membuat Lily terbelalak. "Su-sungguh ratu ku?"
"Tentu. Mengapa kau terkejut seperti itu? Berikutnya."
"Suatu kehormatan menjadikan mu sebagai tamu ku wahai pemilik Phoenix." Setelah memberi hormat Lily kembali duduk.
Dia dan beberapa orang yang dibawanya berbisik senang. Saling memeluk satu sama lain.
Kali ini berdiri seorang pria berpenampilan serba biru. Walaupun Eve tidak menyukai gayanya berpakaian yang terkesan berantakan namun ia masih menghargai usahanya untuk datang. Tak hanya itu, Eve juga terperangah dengan wajah tampan nya.
"Nama saya Gion Blonde. Pelindung serta penguasa dunia laut. Seluruh air yang ada di dunia ini menjadi tanggung jawab saya."
"Suatu kehormatan kau bisa menghadiri rapat ini, raja Gion."
Gion menunduk hormat. "Suatu kehormatan juga untuk ku wahai pemilik Phoenix."
Eve mengangguk. "Selanjutnya."
Seorang pria berpakaian unik berdiri dengan memasang wajah riang. Di kepalanya tersemat akar hijau dengan bulu merak sebagai hiasan. Dirinya mengenakan jaket coklat berbulu lebat tepat di lehernya. Akan terkesan lebih cocok jika dikenakan saat musim dingin.
"Nama ku Lion, panggil saja seperti itu. Aku raja para binatang. Entah makhluk mitologi ataupun makhluk biasa, asalkan masih bisa disebut binatang. Hanya saja Naga serta Phoenix sudah jauh diluar jangkauan ku. Suatu kehormatan menemui anda wahai pemilik Phoenix." Lion membungkuk sekilas kemudian memberikan nya sebuah senyum ceria.
Eve tersenyum sebagai balasan.
Hanya itu dan Lion kembali duduk. Acara memperkenalkan diri selesai. Harusnya masih ada satu lagi yaitu raja dunia bawah namun menurut penuturan Aric, pria muda itu sedang mengemban tugas yang sangat banyak. Eve tak bisa memaksa jika sudah seperti itu.
"Baiklah sesi rapat selesai. Wahai para raja dan ratu sekalian mengapa tidak kita rayakan pertemuan pertama ini dengan sebuah pesta kecil? Agar merekatkan hubungan kita satu sama lain."
Semua terdiam, saling menoleh satu sama lain. Suara bisik berbisik terdengar. Mereka tengah berunding untuk memberikan jawaban pada Eve. Jika saja mereka menolak Eve harus siap mental dan fisik. Mengajak seseorang yang baru dikenal untuk berpesta? Dunia ini tidaklah seperti di bumi.
"Baiklah kami setuju."
Demi kekuasaan Poseidon apa Eve tidak salah dengar? Tunggu Ronald bilang setuju? Ia tak bermimpi kan?
Aric berdehem kecil untuk menyadarkan eve dari keterkejutan nya.
Eve kembali memasang sikap normal. "Baiklah. Aric, Finny bawa mereka ke ruang pesta dan berikan layanan yang terbaik. Jangan mengacaukan apapun."
Aric dan Finny membungkuk hormat. "Yes, my queen."
《♡●●♡●●♡●●》
Bulan bersinar terang diatas langit gelap. Sangat tinggi hingga se ekor naga pun tak dapat meraihnya. Malam ini adalah malam pertama Eve berada di dunia ajaib. Tak jauh berbeda dengan malam di dunianya, hanya saja tempatnya saat ini begitu tenang dan sunyi. Memberikan ketenangan bagi siapapun ketika mendengar suara derik serangga malam. Menjadi musik malam yang indah. Cahaya kunang kunang juga bersinar memenuhi seluruh taman istana, membuat kagum sejauh mata memandang. Mungkin inilah yang disebut dengan surga dunia versinya.
Tinggal di tengah tengah kota yang hingar bingar tentu saja membuat ia tak bisa tenang dari suara kendaraan yang melintas, derap langkah orang-orang yang terburu buru serta polusi kotor. Ia ingin pergi ke suatu tempat yang sejuk dan tenang kala itu dan mungkin saja tuhan mengabulkan keinginan nya.
"Anda bisa kedinginan jika terus diluar." Suara Aric memecahkan keheningan.
Sebuau selimut tebal tertanggal di kedua bahunya. Eve tersenyum seraya merapatan selimut.
"Duduklah." Perintah Eve.
"Maafkan kelancangan saya ratu akan tetapi penjaga seperti saya hanya akan berdiri di samping anda sampai anda puas menikmati pemandangan malam ini."
"Baiklah kalau begitu." Eve kembali menatap cahaya kunang kunang.
Derik serangga serta wangi embun khas malam tercium pekat. Eve menarik nafas lalu menghembuskan nya perlahan, ia benar-benar puas dengan udara sejuknya. Kepala nya terangkat menatap bulan. Sinarnya begitu terang namun lembut.
"Aku masih tidak percaya bahwa ini bukanlah sebuah mimpi."
"Apa saya harus mencubit anda lagi agar menyadari kenyataan nya?"
"Tidak terimakasih. Hanya saja aku masih tidak mempercayai apa yang sedang terjadi." Kepala Eve menunduk. Ia tatap telapak tangan nya yang perlahan mengeluarkan sinar biru lembut.
"Bahkan aku memiliki kekuatan juga. Apa elemen ku pengendali angin?"
"Kita bisa melihatnya besok ketika anda latihan. Mengapa anda bisa seyakin itu?"
"Karena ketika cahaya di telapak tangan ku ini keluar terdapat hembusan angin pelan yang ku rasakan."
"Mungkin saja dugaan anda benar."
Eve tak merespon ia lebih tertarik pada cahaya biru di telapak tangan nya tersebut. Dirinya mencoba untuk menggerakkan sesuatu. Tatapan nya tertuju pada bunga mawar yang berdiri tegak. Biarpun malam bunga yang memiliki duri sebagai ciri khas nya tersebut belum mengatupkan kelopak nya, bahkan masih mekar dengan segar.
Eve mengarahkan telapak tangan kearah bunga mawar, memfokuskan diri berharap ada sebuah pergerakan.
Tak berselang lama mawar itu bergoyang sedikit.
"Aku melakukan nya."
"Mungkinkah hanya angin?" Tanya Aric.
"Hm benar juga. Baiklah kalah begitu ku coba pada yang lain."
Sebuah ide terlintas di kepalanya. Ia dengan cepat menoleh kearah Aric.
"Aric bisa kau jongkok?"
Tanpa perintah dua kali pria tampan tersebut langsung menuruti perintah ratunya. Ia bersimpuh dengan salah satu lutut menyentuh tanah.
"Ada yang anda inginkan ratu?"
Bukan nya menjawab justru Eve mengarahkan telapak tangan tepat di depan wajah Aric, membuat pria itu heran.
"Maaf?"
"Diam dan tetaplah seperti itu."
Cahaya biru kembali terlihat. Perlahan dapat Aric rasakan sebuah terpaan angin lembut yang keluar dari telapak tangan Eve. Gadis itu juga melihatnya, ia melihat anak rambut Aric yang bergerak perlahan.
"Kau merasakan nya?"
"Biarpun lemah namun saya dapat merasakan sebuah angin lembut dari telapak tangan anda."
"Yes! Aku benar Aric! Aku bisa melakukan nya."
Aric kembali berdiri tegak. "Akan tetapi anda memerlukan pelatihan. Angin lembut itu akan menjadi kuat jika anda melatihnya."
"Aku tahu." Eve merapatkan selimutnya. Ia berdiri hendak beranjak ke kamar.
"Kalau begitu apakah besok anda sudah siap dilatih?"
"Siapa yang akan melatih ku?"
"Anda akan tahu jawaban nya esok. Saya sarankan anda jangan terlalu larut untuk tidur. Bulan sudah semakin tinggi." Aric mendongak menatap ke langit sekilas.
"Baiklah kalau begitu. Aku tidur duluan Aric, selamat malam." Eve melangkah memasuki istana.
Aric menunduk hormat sebagai salam perpisahan. "Selamat malam my lady."
-Halimah2501-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top