4
Aroma vanila yang pekat menyeruak hingga ke sudut ruangan. Tak hanya itu, wangi khas lilin yang terbakar juga ikut menghiasi ruangan mewah tersebut. Membuat nyaman bagi siapa saja yang menghirup nya. Kupu-kupu kecil masuk melalui jendela besar yang terbuka kemudian hinggap di ujung hidung seorang wanita cantik yang tengah terlelap pulas diatas ranjang besarnya. Ia menggeliat kecil menyadari ada sesuatu yang menggelitik hidungnya. Perlahan namun pasti kelopak matanya terbuka. Mengedipkan nya beberapa kali guna menetralisir cahaya yang masuk ke retina.
Ia mengubah posisi tiduran menjadi terduduk. Menggeliat untuk merenggangkan otot nya yang kaku. Tatanan rambut nya jauh dari kata rapih. Dirinya masih setengah sadar, mengumpulkan energi yang terkuras selepas tidur panjang.
"Anda sudah bangun, nona Evelyn."
Bahkan belum sempat menguap ia harus dikejutkan dengan suara berat yang terdengar dari sudut ruangan. Mengusap matanya agar dapat melihat lebih jelas.
Dari sudut ruangan, tepatnya pada meja rias besar terdapat seorang pria rupawan yang tengah duduk dengan anggun nya. Se-ekor kupu-kupu kecil terbang menghampirinya lalu hinggap pada bahu kanan nya. Pria yang memiliki style rambut keren itu perlahan bangun kemudian berjalan menghampiri tempatnya terbaring.
"Anda mengingat saya?"
Pertanyaan yang dilontarkan menciptakan ekspresi berfikir pada wajah cantik seorang gadis dihadapan nya. Lucunya gadis itu menatapnya dengan bola mata yang menyiratkan tanda kebingungan serta ekspresi serius seolah tengah mengingat apa yang bisa ia ingat. Kejadian sebelum ia tertidur.
"Aku dimana?"
Bukan nya menjawab gadis itu justru melontarkan pertanyaan padanya.
"Saya bertanya dan anda bertanya, menarik sekali. Pantas raja besar tertarik pada anda."
"Raja besar?"
Pria itu mengangguk. "Anda sekarang berada dirumah. Dunia dimana seharusnya anda berada."
"Jadi aku ada dimana? Dan kamar ini..." ia menatap seluruh ruangan.
"...pasti bukan kamar ku kan?"
"Apa anda ingin mendengarkan semua penjelasan nya?"
"Tentu!" Tiba-tiba beberapa ekor burung kecil berbagai warna dan jenis masuk dan hinggap di atas tubuhnya. Kepala, bahu serta kaki yang tertutup selimut di hinggapi burung burung cantik tersebut. Mereka bersiul kecil seakan senang berada di dekatnya.
"Kenapa mereka menghampiri ku?" Tanya nya.
"Mungkin mereka menyukai anda. Ya kan kupu-kupu kecil."
Kupu-kupu biru yang menghinggapi bahunya terbang begitu saja ketika jari pria itu ingin membelai sayapnya. Kupu-kupu biru itu bergantian hinggap pada rambut panjang wanita tersebut. Terlihat seolah seperti hiasan rambut semata.
"Nama mu?" Tanya wanita itu memecahkan keheningan.
"Sudah saya sebutkan ketika diawal pertemuan kemarin kan. Nama saya Aric Leighthon."
"Kau manusia?"
"Tentu saja bukan saya itu-"
BRAK!
Suara pintu yang dibanting dengan keras mengejutkan mereka. Bahkan burung burung serta kupu-kupu kecil harus beterbangan keluar ruangan demi menyelamatkan diri. Mereka mengira suara keras tadi adalah ancaman yang membahayakan nyawa mereka.
Perhatian mereka teralih kearah pintu ruangan. Dari sana Evelyn bisa melihat seorang pria tampan lain nya yang datang menghampiri namun kali ini gestur wajahnya menyiratkan bahwa ia bukan pria lemah lembut seperti Aric. Pakaian yang pria itu kenakan berbeda dari Aric yang serba putih dari atas hingga bawah, pria yang baru masuk dengan tidak sopan itu mengenakan pakaian serba hitam namun masih terlihat elegan dan anggun.
"Sudah berapa kali aku peringatkan pada mu jika tuan putri sadar kau harus segera melapor. Apa kau sengaja Aric?" Tanya nya tidak santai.
"Aha...aku lupa."
Pria berpakaian serba hitam itu menoleh kearah Evelyn. Wajah sangarnya berubah lembut ketika menyadari raut wajah Evelyn yang terlihat kaget dan takut.
"Maafkan sikap tidak sopan saya nona. Saya begitu khawatir sebab anak ini tidak melaporkan apapun sejak kedatangan anda kemari." Ucapnya seraya membungkuk hormat.
"Aha tidak masalah. Justru bagus kau datang. Sebelumnya siapa nama mu?"
Pria itu kembali berdiri tegap. "Finnian Leighthon."
"Baiklah Finny dan Aric aku ingin mendengar penjelasan kalian soal keanehan ini."
《♡●●♡●●♡●●》
"Jadi aku bukanlah manusia?" Tanya Evelyn pada Aric yang tengah menyisir rambut panjangnya. Ia melihat wajah Aric dari pantulan cermin.
"Ya nona. Seharusnya anda terlahir disini akan tetapi perang besar yang melibatkan tiga kerajaan dunia membuat baginda ratu mengasingkan diri ke dunia lain."
"Lalu dimana ibu ku sekarang?"
Aric terdiam sejenak. Dapat Evelyn lihat Eric sempat menoleh kearah Finny untuk membantunya menjawab. Finny dari jauh mengangguk entah apa maksudnya.
"Soal itu kami masih terus mencari."
"Begitu. Lalu ayah ku?"
Dengan lincah Aric menata rambut Evelyn dengan rapih dan cantik. Memberikan jepitan indah di beberapa tempat.
"Raja telah tiada seratus tahun yang lalu. Nona ku."
Evelyn tak merespon. Ia hanya terdiam seraya memperhatikan bayangan dirinya di cermin. Kebingungan masih melanda pikiran nya. Bahkan ia menganggap semua ini hanyalah bunga tidur semata.
"Aric." Panggilnya lembut.
"Ya my lady?"
"Cubit aku."
"Ma-maaf?"
"Cubit aku dan katakan ini bukanlah mimpi."
Aric menghela nafas perlahan. Ia kemudian mencubit pipi Evelyn pelan namun sakit. Saat dilepas menyisakan warna merah disana.
"Ini bukan mimpi nona ku, anda sudah terbangun dan ini nyata." Jelas Aric seraya memasang wajah ramah.
Evelyn mengelus pipinya yang kemerahan.
"Kalau begitu aku ini apa?"
"Anda peri." Ucap seseorang di belakang Aric.
Finny tanpa tersenyum menjawabnya dengan tegas.
"Aku peri? Maksud mu beri yang memiliki sayap tipis serta kekuatan supranatural?"
Finny mengangguk seadanya, "namun anda lebih dari itu. Sayap anda jika di kembangkan tidaklah tipis namun tebal seperti sayap malaikat, penghuni dunia atas. Kemudian kekuatan anda akan jauh lebih kuat dari peri peri kecil yang ada di hutan."
"Ada peri peri kecil seperti itu disini?"
"Tentu ada nona ku. Mereka hidup di padang Rosistern. Lima kilometer dari sini."
Evelyn antusias mendengarnya. "Bawa aku kesana!"
"Sebelum itu nona ku." Kali ini Aric menengahi pembicaraan.
"Anda harus menghadiri acara debutante hari ini."
"Debutante? Acara apa itu?"
"Penobatan kembalinya putri dunia tengah. Biar saya jelaskan secara ringkas. Anda ini sekarang masih putri musim semi namun setelah acara debutante selesai nanti anda sudah resmi menjadi ratu musim semi sekaligus kembalinya pemilik Phoenix."
"Tunggu sebentar. Ratu musim semi? Jadi selama aku belum kesini kerajaan ini kosong tanpa ada yang memerintah?"
"Begitulah nona ku. Untung nya Finny bersedia mengambil alih tatanan kerajaan sementara waktu hingga pewaris sah nya kembali. Karena ibunda nona tak kunjung kembali kami harus mengalami keruntuhan."
"Keruntuhan seperti apa?" Evelyn mencoba berdiri. Ia ingin melihat gaun nya secara utuh.
"Para penguasa dunia bawah dan atas sudah memutuskan kontrak kerja sama, kemudian daerah yang telah kami kuasai mendadak melontarkan serangan dan banyak pihak dari dalam istana maupun luar yang berkhianat."
"Hm...berat juga ya. Dan kalian meminta ku untuk menjadi ratu kalian? Tapi aku tidaklah kuat Aric. Aku belum bisa mengeluarkan kekuatan ku. Berlari lima menit saja sudah sesak."
"Semua itu akan berjalan seiring waktu nona ku. Kami, orang-orang yang berada dipihak anda akan membantu anda melatih kekuatan anda. Sekarang bersiaplah untuk menemui tamu undangan."
Evelyn tak yakin dengan ucapan Aric yang kelewat optimis atau ekspresi Finny yang terlalu menaruh harap padanya. Kejayaan istana ini pasti akan semakin hancur jika ia yang memegang kekuasaan nya. Mencoba kabur juga tak tahu caranya. Kembali ke dunia nya juga ia tak tahu.
Bagaimana keadaan ibunya saat ini?Pasti orang rumah sedang memikirkan keberadaan nya.
Pintu besar itu terbuka. Evelyn menarik napas pelan seraya meremas tangan Aric, melampiaskan semua kegugupan nya disana.
-Halimah2501-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top