1
Pagi yang cerah, burung burung berkicau merdu di langit, wangi embun pagi dan udara sejuknya membuat jiwa tenang. Dalam satu meja terdapat tiga orang yang tengah menyantap sarapan nya dengan tenang. Seorang pria dewasa memfokuskan tatapan nya pada lembaran koran, wanita paruh baya sibuk menyiapkan sarapan dari piring ke piring, sementara gadis kecil hanya menatap tanpa berbuat apapun.
"Ma Eve mau susu nya dibanyakin." Rengek sang gadis yang langsung di turuti oleh ibunya.
"Kau ini Eve sudah berusia tujuh tahun harusnya kau bisa menambahkan susu mu sendiri jika dirasa kurang, nih."
Eve menyengir lebar sebagai respon. Ia raih roti pemberian ibunya kemudian melahapnya. Tatapan nya teralih menatap seorang pria dewasa dihadapan nya. Matanya sedikit bisa membaca apa yang lembaran koran itu tulis.
"Ayah ayo makan."
"Iya nanti ayah makan."
"Sekarang ayah.
Rengekan kecil membuat pria dewasa itu mengalah, ia terkekeh pelan sebelum menyeruput teh hangat nya.
"Ayah bicara sesuatu?"
"Tidak, ayah tidak bicara apapun."
Raut bingung tercetak di seluruh wajah orang dewasa tersebut, tatapan aneh tertuju pada gadis kecil mereka.
"Tapi aku mendengar 'anak ini bisa saja membuat ku mengalah' begitu."
*******
Dan sejak saat itu hidup Eve mulai berubah.
《♡●●♡●●♡●●》
'Anak itu kenapa?'
'Cuaca nya panas sekali! Aku mau minuman dingin!'
'Ah sial aku bisa telat! Bis nya, bis nya!'
Berbagai macam suara kembali terdengar, mengiang di kepala ku.
Spesial, ya memang. Diri ku memang spesial. Kemampuan membaca pikiran seperti ini ku kira hanya ada di dalam novel atau film film fantasi saja nyatanya aku memang memilikinya.
Aku berjalan kearah halte dan duduk disana. Memasang earphone untuk mengurangi suara yang masuk kedalam pikiran ku. Pertama kali aku menyadari kemampuan ini ketika bermain bersama ayah dan ibu sepuluh tahun lalu.
Ketika itu mereka bersembunyi di tempat yang sulit, aku harus sampai meningkatkan kepekaan indra pendengaran dan mata. Meneriaki nama mereka tidak akan membuat mereka keluar dari tempat persembunyian nya.
Tanpa sebab sebuah suara tiba-tiba terdengar di telinga ku. Suara berat yang familiar itu terdengar tak jauh dari tempat ku berdiri. Aku berjalan mengikuti arah sumber suara dan menemukan ayah ku bersembunyi dibalik tumpukan kardus di pojok rumah. Ia memasang ekspresi tak percaya sebab aku menemukan nya dengan cepat. Cara yang sama juga berlaku pada ibu. Sejak itulah aku menyadari ada yang tidak beres.
Sebuah bis datang menyadarkan ku dari keasyikan dunia sosial media. Buru-buru ku matikan ponsel, memasukan nya ke tas kemudian berjalan menaiki bis.
Kurang dari empat puluh menit lagi jam ku masuk kerja.
Di dalam bis yang sumpek dan penuh ini bisa ku dengar berbagai keluhan orang-orang didalam pikiran mereka.
Bisakah kalian tidak mengeluh?
《♡●●♡●●♡●●》
Lelah adakah suku kata yang mewakili semua perasaan ku hari ini. Kerjaan yang menumpuk, bos yang tidak sabaran, teman kantor yang seenaknya memberikan setengah kerjaan mereka pada ku dan berbagai macam hal lain nya yang membuat ku hampir berteriak frustasi. Untuk itulah alasan ku berdiri di dapur kantor saat ini. Menyeduh sebuah minuman yang dapat menurunkan emosi.
Ah ya...ada satu lagi kemampuan yang ku muliki. Sebuah gelas yang terletak cukup jauh dari tempat ku tiba-tiba bergerak sendiri ketika tangan ku terjulur kearah nya. Seperti ada medan magnet kuat yang berasal dari tangan ku hingga membuat gelas itu bergerak mendekat.
Telekinesis? Seingat ku nama itulah yang mewakilkan kemampuan ini.
Ku ambil sebuah sendok dari jarak cukup jauh dengan kemampuan ini begitupun dengan sachet kopi yang ingin ku seduh.
Kemasan kopi itu melayang di udara membuat kesan horor di sana. Seakan ada hantu yang tengah mengganggu ku. Jujur ini sedikit menyenangkan.
"Eve."
Kemasan kopi itu tiba-tiba terjatuh ketika sebuah suara terdengar dari pintu dapur. Aku salah tingkah, buru-buru menyembunyikan tangan dibelakang punggung.
"Y-ya?"
Ekspresi terkejut bisa ku lihat dari wajah rekan ku itu. Pria tinggi berparas tampan itu membelalakkan matanya pada kemasan kopi yang tergeletak di lantai. Ia ambil kemasan itu kemudian menatap ku heran.
"Kau lihat? Ini melayang tadi."
Aku menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, "masa? Aku tidak melihatnya tuh."
"Sungguh aku melihatnya." Ia membersihkan kemasan itu dengan sapu tangan nya. "Dia melayang layang seperti ini, bohong jika kau tidak melihatnya." Ucapnya antusias seraya mengangkat kemasan kopi itu tinggi tinggi.
"Sungguh Zein, aku tidak melihatnya." Ku ambil kemasan kopi dari tangan nya. Menyeduh nya cepat kemudian pergi dari sana.
"Aku duluan, jangan berlama lama nanti bos marah." Ijin ku dengan canggung.
Jantung ku berdegup tidak karuan tadi sampai aku sendiri bisa mendengarnya. Pria itu, Zein melihat apa yang ku lakukan tadi.
Cerobohnya.
"Aish, kenapa bisa seceroboh itu." Aku bermonolog ria.
Menelungkupkan wajah diatas meja, melipat kedua tangan sebagai bantalan. Aku mencemoohkan kecerobohan ku sendiri, harap harap mempunyai kemampuan menghilangkan ingatan atau memutar waktu agar kejadian seperti ini tak terulang lagi.
Semoga Zein segera melupakan nya dan tidak menceritakan nya kepada banyak orang.
Ya semoga.
-Halimah2501-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top