2- Jasmine pergi.

Lamaaaa bangeettt ya update nya?? 😄😄😣
I'm so sorry ya readers tercintahku semua..
Akhir-akhir ini moting sibuk.  Mau tau sibuk ngapain aja? Oke. Moting bisikin, "Lagi sibuk ngedit naskah. siapa tau ada yang pengen peluk si babang iblis tamvanisasi alias alexander."😘😘😘
-apaan sih lu ting. jadi curhat apa promosi nih ceritanya? Hihihi... Keduanya juga boleh, hihihi.😅😅😅
Cusss meripit. Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya karna author MS3 alias mamah si super sibuk ini bakala aktiv lagi didunia perfilm jas-pet.. Hahhha.. Ngelantur lagi.. Ngelantur lagi. 😥😥 Maklum udah  sering cacicu sama dedek bayi..       
Sorry for typo loh yah...                 
Btw, toreh pa sae aghi..

------------

Jasmine kikuk didepan pintu. Antara iya atau tidak untuk menjawab pertanyaan anna.  ini semua masih terasa aneh untuknya. Anna bukan gadis manja ataupun penakut. Selama ini , Anna tidak pernah kesepian meskipun kedua orangtuanya sering bepergian ke luar negri. Tapi kenapa? sekarang Anna justru bersikap seperti wanita manja.

"Jasmine. Boleh kan...? " pintanya dengan memohon. Anna yakin . Jasmine pasti akan memperbolehkannya untuk tinggal. "Pleasee jasmine. Boleh ya?" lanjutnya mengeluarkan jurus andalannya untuk menaklukan hati jasmine. Jasmine tidak pernah tahan dengan sikap memelasnya.

Jasmine pun mengangguk pelan. Mengijinkan Anna untuk tinggal sementara waktu di rumahnya."Masuklah! " ucapnya dan anna dengan cepat melangkah masuk melewatinya. Jasmine menutup pintu. Sepertinya malam ini peter tidak akan pulang kerumah. Dan dia harus bersyukur, anna datang diwaktu yang tepat untuk menemaninya. Tapi, perubahan anna yang tiba-tiba itulah yang membuatnya bertanya-tanya.

Jasmine melangkah masuk ke kamarnya. Dan disana, anna sudah terbaring santai diranjangnya.

"Jasmine. Kau sendirian? Dimana peter?"

Huh?! Yang benar saja. Pertama kali bicara dan kau sudah menanyakan kekasihku?

"Emm... Entahlah. Aku juga tidak tau." jawab jasmine cepat. Kenapa pertanyaan anna langsung mengarah pada peter?. Oke, jasmine tau anna memang menyukai peter. Tapi, sampai pindah kerumahnya untuk mendekati peter, bukankah sangat tidak elegant untuk wanita terhormat sepertinya?

Jasmine juga turut serta merebahkan tubuhnya keranjang. Menarik selimut menutupi tubuhnya dan berbaring menyamping memunggungi Anna. "Anna aku mengantuk. Aku tidur dulu. Good Night" ucapnya sambil mencoba memejamkan mata. Sebenarnya dia bohong. Dia sama sekali tak  mengantuk. Hanya saja,  jasmine enggan untuk bercakap-cakap lebih dengan anna. Bisa-bisa rahasianya dan peter terbongkar.

Anna melirik kilas ke arahnya. "Night too jasmine." balasnya. Anna pun belum mengantuk. Jika ada kesempatan dia masih ingin menunggu peter. Kepergian jasmine dan peter yang tiba-tiba juga masih membuatnya penasaran. Dia ingin mengungkap sebenarnya ada apa dengan keanehan sikap mereka berdua. Mulai besok, aku harus bertindak cepat untuk mengetahui kebenarannya.

***

Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi. Jasmine bangkit dan mengambil jaketnya.sudah lama dia tidak melakukan pekerjaan yang ditekuninya setelah mengetahui jika dirinya adalah Putri sang penguasa london. Yah, hari ini dia hanya ingin sekedar bersepeda saja. Untuk mengantar susu pun, pemilik peternakan tidak akan lagi mengizinkannya. Seluruh dunia tau apa statusnya sekarang. Dia bukan lagi anak haram yang hanya memiliki ibu dengan status mantan jalang. marga D' ORION'S yang ditakuti dan disegani oleh semua orang kini melekat, dan bersanding dengan namanya.

Jasmine bergegas mengambil sepedanya digarasi belakang. Sepeda yang diberikan peter dengan modus ancaman. Padahal yang sebenarnya, karna rasa bersalah tapi malu untuk mengatakan. Rasa ego dan sifat pendiamnya menahan pria itu untuk bersifat manis layaknya pria pada umumnya dengan meminta maaf.

Jasmine sedikit mengelap bagian sepedanya yang tertempeli debu, kemudian mengeratkan jaketnya sebelum mulai mengayuh sepedanya menjauh dari halaman rumahnya. Dia juga ingin mengunjungi nenek jessy, di pun merindukan wanita tua itu setelah sekian lama.

"Nenek," panggilnya, begitu melihat nenek jessy yang sedang mengambil susu dan koran yang sudah tersedia di tempatnya, "apa kabar? Nenek baik-baik saja?"

Nenek jessy menatapnya dengan pandangan menelisik. Pagi masih gelap, penglihatannya yang sudah menua seiring usia tidak begitu fokus melihat objek yang dilihatnya, "ya. Jasmine, kau kah disana...?" tanyanya.

Jasmine melangkah mendekat dan memeluk nenek jessy dari samping, membagi kehangatan sebuah keluarga. Karna sejak dulu, nenek jessy sudah dia anggap sebagai bagian keluarga yang tidak di milikinya, "ya. Aku jasmine. Dan aku sa...ngat merindukanmu."

"Astaga, jasmine. Aku juga sangat merindukanmu," girangnya, "kemana saja kau beberapa bulan ini? Kau dan peter menghilang begitu saja dan tak ada kabar. Kalian tega meninggalkanku... " lirihnya, tertunduk sedih. Dia sangat menyayangi kedua anak muda yan sudah dia anggap cucu itu. Jasmine si periang dan Peter si pendiam. Meskipun karakter mereka yang berkebalikan, mereka tetaplah menjadi kesayangannya.

Jasmine mengusap lengan Nenek Jessy yang berbalutkan jaket tebal dengan lembut, "Maaf Nek. Sesuatu yang besar harus membuat kami pergi untuk beberapa saat. Tapi, jangan sedih. Aku dan cucu menakutkanmu itu sudah kembali lagi ke kota ini."

"Benarkah? Jadi, Peter disini juga? Di kota ini?"

"Yap!" jasmine menganggukkan kepalanya kuat, " Hanya saja, peter tinggal dirumahku."

"Di rumah mu?"

Jasmine tertawa pelan. Dari raut wajah Nenek Jessy, dia bisa membaca keterkejutan dan tanda tanya besar dari wanita paruh baya yang suka memata-matai hubungannya dan Peter sejak dulu, "Ceritanya panjang nek. Kau hanya perlu mengetahui, jika aku dan Peter adalah sepupu."

"Apa? sepupu?" Nenek Jessy semakin kaget mendengar kebenaran yang dikatakan Jasmine.

Jasmine kembali mengangguk mengiyakan, "Ya Nenek. Ayah kami bersaudara."

"Apa? Saudara?"

"Kau terlalu banyak terkejut. Itu tidak baik untuk kesehatanmu," ucap jasmine sambil melirik kilas rumah Peter di samping rumah Nenek Jessy. Rumah minimalis yang menjadi titik awal pertemuan mereka dan berlanjut pada hubungan kisah Cinta, "Aku harus kembali. Jika ada waktu, aku akan kembali kesini untuk makan kue coklat buatan Nenek yang paling enak sedunia itu."

Senyuman tipis terbit di bibir Nenek Jessy yang mengering seiring bertambahnya usia, "Kau sangat menggemaskan," ucapnya sambil mencubit gemas pipi Jasmine, "lalu, bagaimana dengan hubungan kalian?" lanjutnya.

Jasmine tersenyum tipis. Nenek Jessy adalah orang pertama yang merasakan getar hubunganya dan Peter, "Do'akan, semoga semuanya akan baik-baik saja, Nek," ucapnya

Nenek Jessy memegang tangan dingin Jasmine yang lembut di genggamanya,"Ingat perkataanku Jasmine! Jangan pernah mengorbankan perasaanmu untuk orang lain. Mungkin kau berhutan budi pada seseorang tapi, perasaan dan rasa Cinta bukanlah alat tukar atau alat pembayaran  untuk sebuah hutang budi, mengerti?"

Jasmine mengangguk. Nenek Jessy masih ingat saat-saat dirinya menghindar dari Peter karna Anna beberapa bulan yang lalu. Dan sampai sekarangpun dia masih mengkhawatirkan hal itu.

Ya. Kau benar Nek. Apa yang menjadi kekhawatiranmu terjadi pada hubunganku dan Peter saat ini. Aku harus memilih, antara memperjuangkan cintaku atau mengorbankannya demi persahabatan.

"Aku pergi, dah... " pamitnya sambil melambaikan tangannya, tapi Nenek Jessy kembali memanggilnya, "Jasmine, berikan ini pada Peter. Dia sangat menyukainya," ucpnya sambil memberikan se toples kue jahe berbentuk setengah lingkaran. Jasmine menerimanya, kemudian pergi dari sana.

"Jasmine, sampaikan salamku pada Peter! Suruh dia kemari, aku sangat merindukannya... " teriak Nenek Jessy dengan suara paraunya yang bergetar. Jasmine mengangguk, lalu mengayuh sepedanya meninggalkan tempat itu. Di harus segera sampai.  Masih banyak pekerjaan rumah yang ingin dia lakukan.

Aku akan memasak. Peter pasti akan segera pulang.

Setelah sampai, Jasmine meletakkan sepedanya di halaman rumah. Sejenak, dia melepaskan jaketnya kemudian menggulung rambutnya yang tergerai bebas, ke atas dengan asal. Hanya tinggal beberapa anak rambut yang menjuntai di bagian wajahnya saja.

Jasmine melangkah kedalam rumah sambil membawa titipan Nenek Jessy untuk peter ditangannya. Jasmine haus, bersepeda di pagi hari membuatnya selalu berkeringat hingga Akhirnya, dia menuju dapur untuk minum.  Tapi, alangkah kagetnya dia saat melihat peter sedang berpelukan. dengan Anna?

Bugh! Toples yang dipegangnya terjatuh, hinga membuat kedua manusia yang sedang membagi kehangatan itu sontak menoleh padanya.

"Jasmine?!" ucap mereka bersamaan.

Jasmine tersenyum kikuk. Dia menunduk mengambil toples yang nyatanya tidak pecah sedikitpun. Tangannya terangkat untuk menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir disudut matanya. Apa-apaan kau Jasmine? Kenapa kau menangis? Memalukan!

Dia pun bangkit, lalu meletakkan toples itu di atas meja, "Maaf mengganggu kalian. Aku hanya ingin meletakkan ini," ucapnya, "Anna, aku mau ke supermarket sebentar. Mmm, lanjutkan saja hal tadi, yang sempat terganggu olehku," lanjutnya lalu melangkah keluar dengan cepat.

Melihat mobil peter yang tak terkunci, Jasmine segera masuk dan mengendarainya. Dan beruntungnya, peter sempat mengajarinya untuk mengemudikan mobil.

"Jasmine berhenti!" teriak peter, tapi jasmine tak perduli.  Dia tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Meninggalkan peter yang sempat menggedor-gedor kaca dan memaksanya untuk berhenti.

"Jasmine...!" teriak peter lagi. Jasmine melajukan mobilnya, membelah jalanan padat kota paris. Dia kacau, sakit dan kecewa. Dia tau dirinya egois dengan membuat peter bingung untuk mengambil sikap. Bukannya dia sendiri yang membuat perjanjian dan memaksa peter untuk menyetujuinya. Lalu, kenapa dia harus menangis saat meihat kedekatan peter dan Anna?

"Hiks... Hiks... "

Air matanya mengalir deras. Tidak tau kenapa, akhir-akhir ini dia mudah sekali menangis, " Kau lemah jasmine. Seharusnya kau tidak menangis!" ucapnya sambil mengusap air matanya kasar.

Jasmine berhenti disebuah kafe. Deretan gambar es krim dan cup cake mini membuatnya menahan salivanya yang hampir menetes keluar. Dia ingin sekali merasakan bagaimana dingin es krim itu dan manisnya cup cake itu menyentuh lidahnya. Tapi, dia tidak punya uang sepeserpun. Peter tidak memberinya uang, karna takut dia pergi tampa pamit. Tapi, dia tak bisa menahannya,  dia sangat menginginkan es krim dan cup cake itu.

Jasmine memilih keluar dari mobil dan masuk ke kafe itu. Dia melangkah cepat menghampiri meja menu. Dia tau,apa yang harus dia tukarkan untuk memenuhi keinginannya,"Berikan aku es krim dengan 5 rasa ini, dan semua cup cake didalam etalase itu. Dan kau bisa mengambil mobil itu,"  ucapnya sambil memberikan kunci mobil milik Peter.

Perkataan jasmine, sontak membuat pelayan itu ternganga dan mengerjap tak percaya. Apa wanita didepannya sudah tidak waras, sehingga menukarkan mobilnya  hanya demi es krim dan cup cake? Pikirnya.

"Anda serius nona?" tanyanya tak percaya.

Jasmine mengangguk. Sedangkan matanya tak lepas dari cu cake yang terjejer cantik didalam etalase itu, "Ya. Aku serius," jawabnya, "kumohon, cepat berikan permintaanku tadi," lirihnya sambil menelan salivanya beberapa kali.

Pelayan itu bekerja cepat. Jarang-jarang dia menemukan pelanggan yang kelewatan kaya sampai-sampai memberikan mobilnya secara cuma-cuma. Karna menurutnya, harga es krim dan cup cake yang dimintanya tadi, bahkan tidak lebih mahal dari harga gantungan kunci dengan inisial P$D yang nampaknya terbuat dari emas asli.

"Nona, ini pesanan anda," ucapnya sambil memberikan pesanan Jasmine dengan tas besar.

"Terimakasih banyak, dan ini kuncinya," jawabnya sambil memberikan kunci mobil milik Peter.

Jasmine keluar dari kafe itu dengan wajah sumringah. Perasaan sedihnya tadi, menghilang begitu saja saat es krim rada coklat itu menyentuh lidahnya, "wuahh, ini es krim terbaik di dunia," girangnya sambil terus menikmati es krimnya.

Saat ini, Jasmine sedang berada di dekat kolam yang berada di tengah taman. Dia tak perduli pada apapun lagi. Hanya es krim dan cupcake dalam pangkuannya yang menjadi pusat perhatiannya. Dia ingin segera menghabiskan semua itu dan peter ... Masa bodoh! Aku hanya ingin bersama es krim dan cup cake ini.

"Kenapa tiba-tiba kepalaku pusing?" lirih jasmine sambil memijat pelan pelipisnya. Yang dipandangnya terlihat berputar dan perlahan pandangannya mulai mengabur hingga...

Brug! Jasmine pingsan di taman itu.

***

Peter mengemudikan mobilnya seperti pembalap profesional. Dia sudah menemukan titik lokasi dimana jasmine berada. Seandainya saja, Justine datang tepat waktu, dia tidak akan kehilangan banyak waktu seperti ini.

Peter menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe.  Mobilnya juga terparkir didepan cafe itu dan dia yakin, Jasmine pasti berada didalam sana.

Peter melangkah masuk, lalu memfokuskan pandangannya pada setiap pelanggan yang ada disana. Tapi nihil. Jasmine tidak ada disana.

"Kemana wanita yang membawa mobil itu?" tanyaya begitu menghampiri meja menu.

Pelayan itu, melihat peter dengan pandangan ngeri. Melihat bagaimana berantakannya penampilan pria itu dan kegusaran nampak diwajahnya.  Dan pelayan itu, menarik satu kesimpulan begitu melihat penampilan Peter yang seperti sedang kehilangan sesuatu yang berharga.

"Maksud Tuan, mobil didepan sana?" tanyanya dan Peter mengangguk mengiyakan,"Tadi, Nona yang membawanya sudah menukarkan mobil itu dengan semangkok es krim 5 rasa dan separuh cup cake dalam etalase ini Tuan," lanjutnya.

"Apa?!" kaget peter tak percaya, " Benarkah?"

"Ya Tuan. Ini buktinya," pelayan itu memberikan kunci mobil yang diberikan Jasmine tadi, "Apa dia mencurinya?"

"Tidak!" sanggah peter cepat,"Lalu, dimana wanita itu sekarang?"

"Entahlah, saya tidak tau Tuan. Begitu mendapat apa yang di inginkannya, Nona itu langsung pergi dengan wajah sumringah."   

"Baiklah. Ambil ini sebagai pembayaran untuk es krimnya. Aku tidak membawa uang cash, card ku juga ketinggalan dirumah."

"Tapi, ini terlalu banyak tuan." ucap pelayan itu, saat peter memberikan gantungan kunci mobilnya dengan inisial P$D tadi.

"Sisanya untukmu," setelah mengucapkan itu, Peter melangkah keluar lalu memasuki mobilnya yang ditinggalkan Jasmine hanya demi cup  cake dan semangkok es krim 5 rasa. Rasa khawatirnya sedikit terganti dengan tawa geli mengingat tingkah lucunya, " Apa yang terjadi, sehingga hanya demi semangkok es krim kau menukarkan mobilku untuk mendapatkannya?" lirihnya sambil terus menyusuri kota mencari keberadaan Jasmine yang tidak di ketahui dimana letak lokasinya.

Saat melihat kebersamaanya  dan Anna, Jasmine pergi begitu saja tampa membawa apapun yang bisa dia lacak keberadaanya. Beberapa kali, peter mengusap wajahnya kasar. Jasmine tidak ada, sedangkan sudah beberapa tempat dia datangi.                   

Dimana kau saat ini, jasmine? Maafkan aku. Itu tidak seperti yang kau lihat.

--------
500 vote + 200 comment, moting cepet up... 😎😎
Jahat amat yak...
See you, kaboorr dulu...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top