Part 17

Ruangan yang didominasi warna cokelat dan hitam itu tampak suram, tidak ada cahaya matahari yang masuk karena gorden belum dibuka. Berjarak tiga meter dari pintu, terdapat panggung kecil yang dilengkapi sepasang meja dan kursi untuk bekerja. Di sisi kiri ada juga satu set sofa dan lemari berisi buku-buku yang berhadapan langsung dengan jendela.

Baru saja menutup pintu ruang kerjanya, Nio langsung menghela napas melihat beberapa tumpukan berkas yang berada di atas meja. Sebagian memang sudah dikerjakan oleh Liam, tetapi ia juga perlu memeriksa ulang semuanya.

"Setidaknya menghadapi berkas-berkas seperti ini bisa membuatku tidak terlalu memikirkan Karin," gumam Nio sambil terkekeh pelan.

Ia mengakui jika sudah jatuh cinta dengan Karin dalam waktu cukup singkat, sikap tak acuh dan sombongnya membuat Nio semakin gencar untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya. Padahal di luar sana banyak gadis yang bersedia menyerahkan diri sekadar menjadi teman kencan, bahkan para Alpha juga beberapa kali menawarkan putri mereka untuk dijadikan pasangan.

"Kira-kira siapa dua orang tadi? Werewolf sudah pasti memiliki rogue sebagai pemberontak, tapi apa vampir juga ada yang tidak tunduk di kingdom mereka?" tanya Nio pada dirinya sendiri.

Ada sedikit sesal ketika tidak melihat dua orang tadi dalam jarak dekat, Nio yakin bisa melawan keduanya jika diserang. "Jejaknya juga sulit untuk dideteksi," sambung Nio.

Laki-laki itu memijat dahinya saat pusing mulai melanda, belum lagi ditambah masalah tadi dan pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaan Nio. Sepertinya ia memang harus bekerja lebih keras lagi agar cepat selesai, meminta tolong pada Liam juga tidak ada salahnya.

"Liam, segera ke ruanganku!" perintah Nio lewat mindlink.

"Kau tahu, aku baru saja menginjakkan kaki di kamar setelah setengah hari berkeliling pack," balas Liam putus asa.

Rasa kasihan sedikit menyelinap di benak Nio, tetapi ia tidak bisa menurutinya. "Sekarang, Liam!" tekan laki-laki itu sebelum memutuskan mindlink mereka.

Sambil menunggu Liam sampai ke ruangannya, Nio bersiap untuk menuju ke daerah witch. Ia harus segera melaporkan kejadian tadi pada Kakek Orben agar mereka bisa bergerak lebih cepat jika suatu saat nanti terjadi perang besar, setidaknya mereka harus memiliki taktik dan meningkatkan pelatihan para warior.

"Ada apa lagi, Nio? Tidak bisakah kau memberiku istirahat sebentar saja?" tanya Liam saat baru memasuki ruangan Nio.

Keduanya memang bersikap santai saat berdua, berbeda jika di hadapan para warior. Bagaimana pun Liam merupakan sahabat, adik ipar, sekaligus beta untuk Nio. Mereka sudah saling mengenal sejak kecil dan tumbuh bersama hingga menginjak usia dewasa.

"Aku ingin ke daerah witch untuk menanyakan sesuatu pada kakek. Kau cukup awasi pergerakan di dalam maupun di luar pack, berkas-berkas itu biar nanti aku yang mengerjakannya setelah pulang," ujar Nio sambil memakai jubah hitam merah miliknya, "satu lagi, selama aku pergi bagian pack yang dikotori karena kasus terlarang harus sudah hancur!" perintahnya.

"Baiklah," sahut Liam.

Nio membuka pintu ruang kerjanya, di sana sudah ada Jeslyn yang menunggu Liam keluar. Ia tak tahu jika pasangan mate itu datang berdua, tetapi sebelum berangkat Nio mengusap kepala adiknya sembari tersenyum. "Aku titip mereka, ya," pesannya.

"Kakak mau ke mana?" tanya Jeslyn yang tidak tahu apa-apa, wanita hamil itu memang jarang terlibat dalam urusan pack karena dilarang oleh keluarganya. Lagi pula sejak masih kecil, si bungsu Wilkinson tak terlalu tertarik dengan kekuasaan.

Tanpa mempedulikan pertanyaan dari adiknya, Nio langsung berlalu begitu saja setelah mengusap pelan kepala Jeslyn. Ia menuju ruang utama keluarga, kemungkinan Bella sudah berada di sana untuk menunggunya berpamitan. Kebiasan laki-laki itu setiap akan beraktivitas di luar pack tak pernah dihilangkan, Nio selalu mengutamakan izin dari mommy-nya sejak masih kecil.

Namun, saat sampai di ruang utama, ia malah menemukan Jessy di sana. "Di mana mommy?" tanyanya.

"Sebentar lagi akan ke sini. Kakak tidak mau mengajakku pergi?" tanya Jessy balik.

Cukup lama Nio berpikir, tetapi mengajak Jessy berpergian untuk saat ini sama saja dengan menambah beban. Gadis itu pasti merepotkan selama perjalanan karena medan yang akan ditempuh cukup jauh. "Tidak. Hanya saja, ada tugas untukmu," jawab Nio.

Dahi Jessy mengernyit, sebenarnya ia sama sekali tidak mau ikut campur masalah pack. Namun, dengan diangkatnya sebagai Queen Witch menggantikan posisi Bella, mau tak mau Jessy harus bergerak membantu. "Apa?" tanya gadis itu.

"Pergi ke daerah vampir dan temui Aldrick. Dia adalah pemimpin terkuat saat ini, katakan padanya jika ada pengkhianat di wilayahnya dan minta selidiki karena pelaku bekerja sama dengan salah satu werewolf!" perintah Nio.

"Baiklah."

"Satu lagi, latih Greva agar tetap kuat. Mungkin beberapa waktu ke depan dia akan diperlukan," pesan laki-laki itu sebelum membuka pintu ruang utama keluarga, "kau harus bisa mengendalikan serigalamu, Jessy," sambungnya.

Memiliki darah witch yang lebih kental membuat Jessy jarang menggunakan kekuatan werewolf-nya, sehingga kadang Nio terus memaksa agar terus latihan secara rutin. Namun, adanya beberapa kejadian belakang ini membuat ia susah mengontrol kegiatan adiknya itu.

Setelah menutup pintu, Nio segera melesat menuju kamar Bella dan Xander yang terletak di lorong utama dan jarang dilewati jika tidak ada keperluan penting. Menunggu kehadiran mommy-nya bisa memakan waktu cukup lama karena ia tahu saat ini pasangan mate itu sedang ber-mindlink karena terpisah jarak.

"Mom, boleh aku masuk?" tanya Nio meminta izin.

"Masuklah!" sahut Bella meski terdengar sayup, "mommy tahu tujuanmu, pergilah! Kakek Orben juga sudah menunggu di sana, ada sesuatu yang ingin disampaikan langsung padamu," ujar wanita bergaun putih tulang itu.

"Apa?" tanya laki-laki itu penasaran.

"Entahlah. Hati-hati dan kembali secepatnya!" perintah Bella.

"Pasti, Mom. Aku izin pergi," pamit Nio.

"Ya."

Selepas keluar dari kamar Bella dan Xander, Nio langsung melesat keluar dari pack. Ia akan berganti shift dengan Gery ketika mereka sampai di perbatasan, lagi pula serigala itu saat ini masih memulihkan tenaganya akibat terluka karena serangan Karin yang tidak disegaja. Laki-laki itu juga merasa tenaganya cukup kuat untuk sampai ke daerah witch dengan melesat, tak mungkin ia kalah dari Xander yang mampu bolak balik dari daerah werewolf dan witch dalam waktu singkat.

"Nio, berhenti!" perintah Gery.

Langkah kaki Nio mendadak langsung berhenti, beruntung ia bisa menyeimbangkan diri sehingga tidak terjatuh. "Apa kau tidak bisa pelan-pelan memberi tahu tanpa berteriak?" tanya Nio kesal.

"Diam! Aku mencium sesuatu yang sama seperti kemarin dari arah selatan," adu Gery.

Nio menajamkan aroma penciumannya dan berjalan mengendap-endap ke arah selatan seperti yang diarahkan Gery. Melihat tak ada tempat yang cocok untuk dijadikan persembunyian, laki-laki itu memanjat pohon besar yang berada tak jauh dari hadapannya.

"Bukankah itu Gama dari Goldmoon pack?"

****

Hai, akhirnya setelah sekian lama🤣

Aku ingetin sekali lagi, ya. Cerita The King Alpha latar waktunya sebelum The Queen. Artinya, Jessy belum pernah ketemu sama Aldrick.

Boleh dong minta vote dan komennya biar aku semangat lanjutin cerita ini😂

See you👋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top