Part - 22 [END]

Setibanya di rumah, mereka bertiga bingung melihat di ruang tamu mamah nya sedang berdebat dengan nenek nya.

"Pokok nya Vania engga setuju! Yang bener aja Bunda mau misahin mereka bertiga."ucap Clorinda kesal.

"Biar mereka mandiri, biar gak kaya upin ipin kesana kemari bareng-bareng. Ini juga demi masa depan cucu-cucu gue."balas Natasha tak mau kalah.

"Cucu nya Bunda kan bukan cuma tiga. Masih ada anaknya bang Nico."ketus Clorinda.

"Iya biarin aja sih. Serah gue dong. Cucu-cucu siapa? Kok lo yang ribet sih."kata Natasha songong.

"Lah? Gue kan emaknya yang ngelahirinnya! Jadi semua keputusan ada di orangtua dong."

"Nih ya gue tanya. Lo sama gue lebih tua siapa?"

"Ya tuaan Bunda lah."

"Nah, jadi soal keputusan biar orang yang lebih tua aja. Emak-emak bau kencur diem aja."ucap Natasha sambil mengedipkan sebelah mata.

"Oh, ya udah iya gimana Bunda aja deh."putus Clorinda pasrah.

Darwin dan Ernest melongo tak mengerti dengan perdebatan ini. Disini siapa yang bego sebenarnya untuk apa berdebat kalau ujung nya keputusan di tangan neneknya.

"Bunda, Omah. Kalian ngeributin apaan sih? Siapa yang mau dipisahin?"tanya Fredella serius.

"Kalian lah, ya kali gue sama opah lu! Ntar ga bisa kuda-kudaan aduhay lagi."jawab Natasha santai.

"Dipisahin? Maksudnya jaga jarak? Yaudah bang Darwin geser ke kiri 5 langkah, nah kalau Della geser ke kanan 5 langkah."perintah Ernest memberikan instruksi.

Darwin langsung menjitak kepala Ernest dengan keras dan membuat Ernest mengaduh kesakitan.

"Sakit bang! Kalau Ernest mendadak lupasia gimana?"tanya Ernest sambil mengusap-usap kepala nya.

"Alhamdulillah! Gue bersyukur."jawab Darwin serius.

"Dasar abang tidak berperi keadikan!"

"Ya udah pisahin aja! Della naik ke kamar dulu, mau tidur."

Setelah berkata seperti itu, Fredella berjalan menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar. Sedangkan Darwin dan Ernest langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. Tau Fredella setuju dengan keputusan neneknya untuk memisahkan mereka bertiga.

"Darwin gak setuju! Kalau nanti Della di sekolah digodain cabe gado-gado sama si rak sepatu gimana?"

Natasha mengerutkan dahi nya bingung. "Rak sepatu? maksud lo rak sepatu hidup gitu? Kebanyakan nyabun jadi imajinasi lo terganggu ya."ucapnya prihatin.

"Bukan gitu! Si Rak sepatu tuh si Raka ketos so ganteng tapi masih gantengan Darwin."

"Oh, gue ga nanya tuh."balas Natasha santai.

"Bodo amat! Pokoknya Darwin gak setuju buat pindah sekolah."

"Emang siapa yang mau pindahin sekolah? Geer banget sih, pantes aja jomblo mesum. Baru dilirik cewek aja pasti di kiranya tuh cewek naksir sama lo ya?"ejek Natasha tersenyum menyebalkan.

Darwin menatap datar neneknya. Padahal diri nya sedang serius. Tapi neneknya malah bercanda dan mengejeknya terus.

"Ga lucu!"

"Lagian gak ada yang ngelucu tuh."

Ernest berniat menyusul Fredella, namun baru membalikkan badan saja. Natasha sudah menghentikan nya.

"Ernest, buat kamu diem dulu sini. Necan yang bahenol ini belum selesai ngomong."

Ernest mengangkat sebelah alisnya. "Itu udah selesai ngomong."

"Lah? Maksudnya bukan itu maksudnya, dasar pinter!"

"Makasih! Ernest emang pinter."

Natasha menatap Ernest datar. Mengapa sifat cucu-cucu nya menyebalkan, padahal waktu muda tidak semenyebalkan ini.

"Malam ini beresin semua baju, kamu. Karena kamu bakalan pindah sekolah! Ini keputusan yang di ambil sama nenek kamu."kata Clorinda to the point.

"Loh? kok pindah sekolah aja. Sampe harus beresin baju, kenapa?! Ini nama nya pengusiran!"

Natasha mengangkat bahu acuh tak peduli. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang tamu.

"Nenek! Ernest belum selesai protes."

Ini alasan Clorinda tak setuju dengan keputusan Natasha. Tapi mau bagaimana lagi dirinya tak bisa protes.

"Sini duduk, Mamah mau ngomong." Clorinda menepuk-nepuk sofa di samping nya.

"Ntar aja deh, Mah. Ernest mau ganti baju dulu!"

Ernest langsung melangkah menaiki tangga menuju ke kamar nya. Sementara Darwin terdiam tidak tau harus bagaimana.

"Ini candaan kan, Mamah? Kalau si Ernest pindah yang pura-pura bego dirumah siapa dong?!"

"Ntar mbok Ipeh, biar dia pake seragam sekolah. Biar kek miper! Udah ah, Mamah mau nyusulin Ernest dulu ke kamar."

Darwin menghela nafas kasar. Sebenar nya apa yang sedang direncanakan oleh nenek nya kepada adik nya.

"Bakal gak asik dong! Kalau si Ernest di pindahin."

*****

Pagi hari nya, semua berkumpul di teras depan rumah.

Natasha melihat perubahan sikap dari Fredella yang tidak mau berbicara pada nya. Ia tau Fredella marah karena diri nya memindahkan Ernest sendirian ke Bandung.

"Kamu baik-baik ya disana, Ernest. Mbok Ipeh ikut kamu ke Bandung dan bakal mantau kamu. Awas aja kamu bandel disana jadi bencong, Mamah sleding nanti."ucap Clorinda setengah bercanda.

Ernest menganggukkan kepala nya. "Iya, Mah. Paling jadi banci tanah abang."

"Mamah sunat lagi nanti kamu!"ancam Clorinda.

"Ehem. Mbok ga akan dikasih kesan pesan macam den Ernest gitu? Mbok juga mau pergi lho, mau meninggalkan kenangan dengan kakanda Sutejo penjual sayur."celetuk mbok Ipeh.

Semua orang tertawa kecil mendengar ucapan mbok Ipeh. Ya mereka semua sudah menganggap mbok Ipeh sebagai keluarganya.

"Mbok, kalau ada apa-apa disana langsung lapor ya! Nanti tiap sabtu minggu kita semua bakal ke Bandung. Ngerti kan, Mbok?"tanya Clorinda serius.

"Yes mister! Ipeh underwear you spiking naon tadi."jawab mbok Ipeh sambil mengacungkan jempolnya.

Darwin menggelengkan kepala nya. Ia heran mbok Ipeh belajar Bahasa Inggris dari siapa.

"Mbok, mending pake Bahasa Indonesia yang baik dan bener aja. Dari pada so Inggris salah lagi! Understand jadi underwear, jadi Ipeh pakaian dalam gitu?!"

"Ih kok den Darwin oon. Itu artinya iya nyonya, Ipeh mengerti nyonya bicara apa tadi."ejek mbok Ipeh sombong.

"Iya yang waras ngalah aja."

Fredella berjalan mendekati Ernest, lalu memeluknya dengan erat.

"Abang, jangan pergi ya. Ngapain sih harus nurut sama Omah?!"

Ernest melepaskan pelukan Fredella. "Dek, kita masih satu negara. Kamu kan bisa main ke Bandung. Lagian kamu disini di jagain sama bang Darwin kan! Masa adik abang jadi menye gini sih." Ernest mencubit pipi Fredella gemas.

"Biarin aja! Abis Della ga mau pisah sama abang."ucap Fredella cemberut.

"Walau kita pisah tapi hati kita tetap terhubung, Della. Btw kok geli ya ngomong gini. Berasa dialog sinetron alay."ucapnya terkekeh.

"Pokok nya abang ga boleh pergi!"kata Fredella sekali lagi.

"Takut macet ah, mending Ernest berangkat sekarang aja ya. Mamah, Omah, Bang Darwin. Jagain Della ya."

Ernest masuk ke dalam mobil dan diikuti oleh mpok Ipeh.

Clorinda tau Ernest berbicara begitu karena tak sanggup melihat Fredella sedih.

Ernest tersenyum tipis sambil melambaikan tangan nya dari dalam mobil.

"Hati-hati di jalan ya, Ernest. kalau udah sampe kabarin, Mamah ya!"

"Cucu gue yang polos sepolos pantat ayam, jangan lupa cari pacar yang cantik bahenol macam nenek lu ya. Jangan macam emak lu tepos."ucap Natasha tertawa puas.

"Pesen gue musnahkan kolor Hello Kitty lo! Udah gituan aja sekian makasih."pesan Darwin sambil melambaikan tangan nya.

Ernest menunggu ucapan dari Fredella. Namun Fredella malah langsung masuk ke dalam rumah.

"Udah ga papa soal Della, biar Mamah yang urus."

Ernest tersenyum, lalu menutup jendela mobil dan mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah Ernest.

Natasha dan Clorinda masuk ke dalam rumah. Sementara Darwin masih menatap mobil Ernest yang semakin menjauh.

"Ini bukan akhir. Tapi ini adalah awal yang baru buat kita bertiga."ucap Darwin sambil tersenyum tipis.

End.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Ending nya gantung kan ya😂

Aku emang sengaja buat ending kek gini, karena aku pengen coba misahin mereka bertiga😈

Aku pengen buat Ernest cari suasana baru, biar bisa lebih laki walau ga yakin😂

Ya pokoknya tunggu aku bakal buat cerita Ernest tapi gatau kapan😊

See you yaa💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top