DEF - 8
Darwin, Ernest dan Fredella baru saja sampai di depan rumah sambil membawa motor-motoran dan skateboard. Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam rumah, lalu melangkah ke ruang tamu dan melihat kedua orang tuanya serta kakek-neneknya ada disini sedang berkumpul.
"Eh kalian udah pada pulang sini duduk, mamah mau ada yang di bicarain sama kalian."ucap Clorinda lembut.
Mereka bertiga saling pandang bingung apa yang akan dibicarakan oleh mamahnya itu. Lalu mereka bertiga mengangguk dan duduk berdampingan di sofa.
"Mamah mau bicara apa emangnya?"tanya Darwin penasaran.
Clorinda melirik ketiga anaknya secara bergantian dengan senyuman miring di wajah nya.
"Ehemm, Mamah cuma pengen kafe punya Della dan yayasan pendidikan milik Darwin di pegang sama mamah."pinta Clorinda santai.
Darwin mengerutkan dahinya bingung. Mengapa tiba-tiba Clorinda berbicara seperti itu. Meski Darwin mendirikan yayasan itu atas nama kakeknya yaitu Axel, karena dirinya belum memiliki ktp. Tapi tetap saja saat pendirian aset yayasan menggunakan tabungan milik Darwin dan beberapa simpanan lain miliknya.
Walau kakeknya sudah tahu terlebih dahulu, tetap saja Darwin meminta merahasiakannya dari keluarganya. Sampai akhirnya rahasianya terbongkar juga.
"Emang Mamah ngerencanain apaan sampe pengen pegang kafe punya Della sama yayasan punya bang Darwin?"tanya Fredella selidik.
"Karena mamah pengen kalian bertiga buka usaha bareng! Biar kalian ga kewalahan jadi yayasan sama kafe di pegang sama mamah aja."jawab Clorinda jujur.
"Usaha apa? Kalau usaha ngepet sama nyopet berjamaah sih, Ernest gamau ah!"
Clorinda melirik ke arah Natasha mengisyaratkan agar Natasha yang menjelaskannya saja kepada anak-anak Clorinda. Yang dibalas anggukan oleh Natasha.
"Btw semua orang suka makan dan doyan ngutang makanan. Kalian bertiga besok bakal buka usaha mie baso, gak usah khawatir soal tempat sama yang masaknya. Semua udah Necan atur, kebetulan tempatnya deket sama sekolah kalian."ucap Natasha menjelaskan.
Darwin, Ernest dan Fredella memasang wajah cengo mendengar penjelasan dari Natasha.
"Yang bener aja deh Nenek! Bahkan kita belum punya nama yang cocok buat usaha mie baso dan belum nyobain gimana rasa baso nya."ucap Darwin tak habis pikir benar-benar terlalu cepat.
"Kata siapa? Gue udah punya nama yang cocok buat usaha mie baso kalian, bahkan beda dari yang lain."ucap Natasha tersenyum sombong.
"Emang namanya apaan?"kini giliran Ernest yang bertanya.
Natasha menyikut lengan Vanno yang sedari tadi hanya diam.
"Kasih tau mereka gih."suruh Natasha.
Vanno mengangguk, sebenernya dirinya tak terlalu suka dengan nama yang di usulkan Natasha. Tapi apa boleh buat daripada urusannya panjang jadi lebih baik setuju saja.
"Mie baso indahnya kenangan."ucap Vanno malas.
"Mie baso usaha kalian juga punya slogan loh."ucap Natasha bangga.
"Apaan? Jangan aneh-aneh deh omah."ucap Darwin mulai curiga.
"Wasiat terakhir sang mantan. Bagus kan?"
Fredella menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Natasha. Memang sih bisa menjadi daya tarik jual, tapi kenapa kesannya seperti orang gagal move on.
"Terus nama menu kita apa Nenek?"tanya Ernest penasaran.
"Nah kalau soal nama menu, biar papah kalian yang kasih tau. Necan cukup sampai disini aja, soalnya seret tenggorokan belum dikasih minum sama tuan rumah."ucap Natasha setengah menyindir Clorinda.
"Kalau mau minum ya tinggal ke dapur aja bunda gak usah sindir-sindiran."balas Clorinda santai.
Darwin melihat Arsen sedang mengeluarkan sebuah kertas dari saku bajunya.
"Papah itu kertas apaan? Surat wasiat ya? Tapi kan papah belum mati ngapain keluarin surat wasiat."tanya Darwin penasaran.
"Sembarangan, ini nama menu baso kalian."ucap Arsen sambil menyimpan kertas itu di meja.
Fredella mengambil kertas itu di meja, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat tulisan yang ada di kertas tersebut.
"Ini bener-bener ngaco!"
"Emang isinya apaan dek? Bacain dong."suruh Ernest.
Fredella mengangguk, ia pun segera membacakan menu baso tersebut satu-satu.
"Mie baso mantan terindah."
"Mie baso gagal move on."
"Mie baso yang terlupakan."
"Mie baso terlalu lama sendiri."
"Mie baso barisan para mantan."
"Stop! Stop! Kenapa namanya aneh-aneh sih, ini niat jualan apa mau nyindir sih!"ucap Darwin bingung.
"Bawel dih, Della cepet kamu lanjutin lagi."suruh Natasha yang dibalas anggukan.
"Nasi tangisan ayam kampus."
"Seblak fosil mantan."
"Nasgor gagal kawin."
"Es durian tabah di madu."
"Ice cream selingkuhan elo."
"Dan terakhir, Es teh manis harapan palsu."ucap Fredella.
"Kok ga ada unsur hello kitty nya sih, nenek!"protes Ernest.
"Tenang, tempatnya udah di dekor serba hello kitty. Bahkan sendok nya pun gambar hello kitty!"ucap Natasha yang disambut sorakan Ernest.
"Ah, kalau gitu Ernest mau bikin give away! Yang udah berhasil move on dan cowok yang suka berkolor hello kitty. Dapatkan baso gratisan dan hadiah 2 smartphone buat yang beruntung. Syarat ketentuan berlaku! Khusus pelajar, mahasiswa dan jomblo diskon 50%."ucap Ernest penuh semangat.
"Gaya lu dek, give away hp segala! Padahal sendirinya aja ga punya hp."ucap Darwin ketus.
"Ngapain punya hp kalau dipake buat streaming video bokep doang! Kegiatan yang ga berfaedah malah ngabisin kuota sama ngabisin sabun doang."sindir Ernest.
Natasha langsung tertawa mendengar sindiran Ernest tak lupa ia juga memberikan tepuk tangan.
"Mampus lu skakmat Darwin."ucap Natasha senang.
"Wah, adek gue udah pinter ya. Udah ga polos-polos bangsat lagi sekarang."
"Jadi kalian bertiga setuju kan buat mulai usaha ini? Oh ya papah pengen ngasih tau, setiap hari jumat kita bagi bakso gratis untuk semua orang. Tapi di hari lainnya kita bagi baso gratis cuma buat orang-orang yang ga mampu."
Darwin dan Ernest mengangguk setuju toh ini juga kegiatan yang bagus pikirnya. Sedangkan Fredella mengangkat tangannya untuk bertanya sesuatu.
"Kenapa Della? Kamu ga setuju."tanya Clorinda bingung.
"Ah Della setuju kok, Mamah! Cuma boleh ga kalau Della pengen keuntungan dari hasil jualan setengahnya kita kasih panti asuhan atau bantuin orang yang kesusahan."ucap Fredella menggaruk lehernya yang tak gatal sambil tersenyum kikuk.
Sejujurnya Fredella baru pertama kali membuka usaha bersama-sama seperti ini. Tentu saja keputusannya tidak bisa Fredella ambil sendiri, dan harus di bicarakan dengan partnernya.
Arsen tersenyum tipis, ia tau meski putrinya cuek diluar sana tapi Fredella memiliki jiwa sosial dan kepedulian kepada orang lain.
"Astaga mamah pikir kamu ga setuju, jadi gini soal hasil keuntungan itu semua hak kalian bertiga. Mau disumbangin atau di pake buat bantu temen-temen kalian. Mamah cuma pengen liat kalau kalian usaha bareng-bareng bakal lancar engga."ucap Clorinda menjelaskan dengan senyuman lembut terukir di wajahnya.
"Yes! Berarti Ernest bebas mau beli kolor hello kitty tanpa disita Nenek!"ucap Ernest senang.
"Jadi bang Darwin sama bang Ernest setuju kan sama usulan Della tadi?"tanya Fredella serius.
"Tentu aja abang setuju dek."ucap Ernest tersenyum tipis.
"Kalau abang ga usah kamu tanya pasti setuju dengan keputusan kamu."jawab Darwin sambil mencubit pipi Fredella.
"Bang."panggil Ernest dengan pandangan mengisyaratkan sesuatu ke pipi Fredella yang dibalas anggukan oleh Darwin.
Darwin pun mencium pipi kiri Fredella, sedangkan Ernest mencium pipi kanan Fredella.
"Abang sayang sama Della."ucap Ernest dan Darwin kompak.
Natasha tersenyum haru melihat ketiga cucunya. "Vanno, rasanya seneng ya liat mereka kek. Jadi pengen dicium deh."ucapnya pelan.
"Kode ya pengen aku cium Caca."goda Vanno.
"Ga mau ah! Kamu udah bau tanah."ucap Natasha seenaknya dan mendapatkan jitakan dari Vanno.
"Dasar ya kamu istri nyebelin. Untung aku sayang."
"Ayah, Bunda jangan kek ftv deh. Inget umur tau."celetuk Clorinda.
Darwin, Ernest dan Fredella tertawa mendengar ucapan Clorinda.
"Biarkan yang tua berkarya. Syirik aja ih kalian."ketus Natasha.
"Udah-udah abaikan nenek kalian! Mending kalian mandi terus ganti baju gih."suruh Clorinda.
Darwin, Ernest dan Fredella beranjak dari duduknya. Mereka bertiga melangkah mendekati Clorinda dan Arsen. Fredella tersenyum dan mulai nyelip duduk di tengah-tengah kedua orangtua nya.
Darwin lebih memilih duduk disamping Clorinda, dan Ernest duduk disamping Arsen.
"Mah, papah makasih ya untuk semua nya. Della sayang mamah sama papah!" Fredella mencium pipi Clorinda dan Arsen secara bergantian.
Tak mau kalah Darwin pun mencium pipi Clorinda. Sedangkan Ernest mencium pipi Arsen.
"Darwin juga sayang mamah sama papah."
"Ehh jangan lupa, Ernest juga sayang mamah sama papah."
Arsen tersenyum senang melihat tingkah ketiga anaknya. Arsen sangat bersyukur telah dikaruniai anak-anak yang selalu membuatnya tersenyum dengan tingkah mereka bertiga dan selalu menjadi penyemangat disaat dirinya lelah bekerja.
"Mamah juga sayang banget sama kalian. Oh ya kalian harus inget meski kalian dari keluarga berada, kalian ga boleh pandang rendah orang lain apalagi mengejek karena mereka miskin. Kalian juga ga boleh pilih-pilih teman yang pinter doang."pesan Clorinda tersenyum lembut.
"Mah, kalau kita ga pilih-pilih teman? Kita ga tau temen kita itu baik atau jahat. Apalagi lagi sekarang lagi musim temen datang pas butuhnya doang sama golongan Friendvora yaitu pemakan teman."
"Darwin, temen kaya gitu pasti bakalan ada di hidup kalian atau orang lain. Tapi kalian ga boleh balas dengan perlakuan yang sama! Kalian harus ada saat mereka butuh dan buat mereka sadar kalau kita hidup saling bergantung entah sama teman atau keluarga. Intinya jangan pernah melupakan seseorang karena ada orang lain yang baru masuk ke kehidupannya! Kalian bertiga ngerti?"ucap Clorinda menjelaskan.
"Ngerti Mamah."kata Darwin, Ernest dan Fredella serentak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top