The Jerk Twins: 23

"Bener-bener baper adik gue. Pusing gue kalo dia udah ngambek, diapain aja nggak ngaruh." Altas duduk dia of setelah mengantarkan adiknya pulang. Bagaimanapun dirinya harus terus ada menemani proses pulihnya Lion sebab laki-laki itu sudah menolongnya, apalagi Lion membantunya untuk mencari Lina juga. Altas memiliki hutang besar pada Lion.

"Di rumah lo ada siapa?" tanya Lion. "Nggak terima gue kalo masa depan gue harus kenapa-napa lagi."

Dion yang duduk di atas brankar dekat kaki Lion menjulurkan lidahnya seakan-akan ingin muntah. "Jijik banget gue sumpah."

"Sama gue juga jijik," jawab Slamet.

"Apa lagi gue anying." Altas terkekeh. "Permata ada di rumah gue, katanya mau nginep nemenin Alya."

"Kondisi Lina gimana?" tanya Lion tiba-tiba. Semua orang yang ada di dalam ruangan saling melempar pandangan satu dengan yang lain, bingung harus menjawab apa.

Fandi pura-pura tidak mendengar ucapan Lion. Slamet berusaha menelan silivanya susah, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Danial lebih memilih menyandarkan kepalanya di sofa lalu memejamkan matanya, dia tidak ingin ikut campur takut salah bicara yang ada membuat kekacauan.

"Lina emang nggak baik-baik aja. Lo jangan mikirin yang lain, pikirin kondisi lo biar cepet sehat," kata Dion membuang pandangannya ke arah lantai. "Gini-gini gue kangen tidur sekamar sama lo."

"Anjay. Gue emang ngangenin," jawab Lion menggoda Kakaknya. Alih-alih memainkan kedua alisnya Lion kembali bertanya, "serius Lina mana? Harusnya dia jengukin gue."

Dion menghembuskan napasnya kasar, menatap adiknya dengan sendu. "Dia lagi ngejalanin pengobatan, psikisnya sedikit terganggu karena Alga. Alga ngambil semua yang Lina jaga selama ini."

Lion mambulatkan matanya kaget. "Jangan berjanda," ucapan Lion tersenyum ragu. Gelengan kepala Dion membuat dirinya benar-benar tidak percaya. "Anjing! Bajingan! Dia harus mati!"

Detik itu juga Lion melepas paksa selang infus yang tertempel di tangan kirinya membuat darah keluar keluar dari sana. Semua orang terkejut, mereka berdiri menatap Lion yang berusaha turun dari brankar kesakitannya.

"Lion!" teriak Dion melihat adiknya turun dari brankar. "Lo belum sehat!"

"Lo pikir kalo kita diem aja Lina bakal sehat? Nggak! Sebelum Alga mati Lina nggak bakal sehat!" balas Lion tidak kalah teriak.

Laki-laki itu berjalan gontai menjauhi brankar. Dion mengejar adiknya sebelum benar-benar keluar dari ruangan, menahan tubuh adiknya agar tidak bertindak bodoh yang akan membahayakan dirinya sendiri karena lukanya saja belum kering benar-benar.

"Jaga emosi lo. Bukan cuma lo yang kecewa, kita semua kecewa. Lina juga bakal sedih kalo liat kondisi lo sekarang." Altas menjadikan tubuhnya sebagai gerbang untuk menutupi jalan Lion keluar.

"Lo kira gue nggak sedih pas tau sepupu gue kaya gitu? Lo nggak bakal ngerasain itu karena adik lo baik-baik aja, lo nggak bakal paham!" Lion berusaha menyingkirkan tubuh Altas. "Minggir!"

Semakin Lion berusaha keras untuk menyingkirkan Altas agar dirinya bisa keluar, saat itu juga Altas mengkuatkan pijakan kakinya pada lantai agar tidak goyah.

"Minggir anjing! Gue mau nyamperin Alga!" teriak Lion lagi.

Kali ini bukan hanya Altas yang menutupi jalannya, tapi Dion juga. Danial dan Slamet menahan tubuh Lion agar tidak keluar, tapi Lion semakin berbuat bodoh dengan menggerakan tubuhnya random agar terlepas dari pegangan Danial dan Slamet.

"Orang goblok gini, nih!" kata Fandi. Karena kesal dengan temannya yang keras kepala, Fandi sebenarnya tidak berniat untuk menahan Lion juga dia berfikir empat orang pasti cukup untuk menghalangi temannya itu. Namun nyatanya tidak.

Fandi jalan dengan wajah datar. Ini bukan dirinya yang asli, Fandi seakan memasang topeng agar terlihat dingin. Semoga wajahnya yang dibuat-buat seperti Dion mampu membuat benteng keras kepala Lion runtuh.

Waktu seakan berjalan dengan lambat. Fandi jalan mendekati empat temannya yang terus saja berbicara untuk menyadarkan kondisi Lion. Jengah dengan banyaknya ucapan namun tidak ada gerakan, Fandi menampar pipi Lion. Sontak kepala Lion menengok ke samping tubuhnya perlahan berhenti bergerak.

"Lo terlalu emosi. Bukan cuma lo yang emosi, kita semua juga emosi. Ngerasa gagal, nggak berguna, beban keluarga, terlebih lagi geng kita yang terpandang berkali-kali gagal nyelametin cewek yang seharusnya kita jaga," ucapan Fandi dingin. Dia meraih kedua bahu Lion, menatap temannya itu dalam. "Fokus sama kesembuhan lo, setelah lo sembuh gue janji bakal dukung lo buat bunuh Alga pas pertama kali kita ketemu dia."

Pergerakan Lion melemah. Ucapan Fandi ada benarnya juga. Hari ini menjadi saksi bahwa seseorang yang dianggap sebagai pemberi warna dalam cerita mereka karena tingkat humornya yang tinggi itu menangis, mengeluarkan air mata kecewanya hanya karena kegagalan. Lion, sang singa yang selalu mendampingi macan yang tidak lain tidak bukan adalah Kakaknya hari ini berontak dalam tangisnya hanya untuk menggantikan rasa sakit sepupu perempuannya.

"Emang pada anjing!" teriak Lion mengeluarkan seluruh emosinya. Wajahnya basah karena air mata. Dia benar-benar menyesal. "Kalo dia nggak dipenjara, berarti dia nantangin duel malaikat maut yang sebenarnya."

Dion menampar pipi adiknya pelan. "Kecewa sama amarah lo bisa gue rasain, gue ngerti gimana perasaan lo sekarang. Luka lo itu jadi saksi kalo lo itu kuat." Dion menunjuk ke arah luka Lion yang ada diperut, meski tertutup dengam baju rumah sakit Dion tahu dimana luka adiknya berada sebab ada darah yang keluar dari sana, dia bisa mengira luka adiknya kembali terbuka atau tergesek terlalu kuat.

-- -- -- -- --

To Be Continue...

Gimana, tabungan aman?

Yuk, selamat nabung nya!

Kalian nggak mau tahu siapa yang nusuk Lion?

Atau kelanjutan Lina yang akan hamil atau enggak?

Altas beneran mau tanggung jawab atau nggak?

Gimana Lion ngehabisin Alga di pertemuan pertama mereka? Atau bahkan Lion memaafkan Alga dan menyerahkannya ke polisi?

Atau kelanjutan solidaritas anak Monster?

Atau ...

Atau, atau, atau, banyak atau pokoknya! Dan itu hanya didapatkan lewat versi cetak!

Selain dapat novelnya kalian bisa pesen berpaket nantinya, bukan cuma novel tapi ada beberapa hadiah yang kece banget! Kaya bookmark, atau totebag misalnya. Uwwu, 'kan? Nggak kalah sama buku best seller lainnya.

JANGAN LUPA NABUNG!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top