The Jerk Twins: 22
Mana lambang pendukungnya?
Matahari memang selalu bersemangat menyinari seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini termasuk para anak manusia yang berada di dalam satu ruangan berbau khas obat-obatan. Lion duduk di atas brankarnya mengabaikan rasa sedikit nyeri yang ada di perutnya, untung dia laki-laki sejati yang kuat menahan rasa sesakit ini, jika bukan mungkin Lion akan terus meraung kesakitan dalam rebahannya. Ditemani Alya yang masih menunggu Altas, Kakaknya tidak kunjung menjemput dirinya sejak kemarin sore.
Pintu kamar rawatnya terbuka. Suster datang membawa satu nampan berisi mangkuk yang entah isinya apa dan ada satu gelas air putih lengkap dengan tutup gelasnya.
"Makan siang, Mas. Sebelum makan minum obat dulu, setelah makan minum obat lagi."
Lion menghembuskan napasnya kasar. Menatap wanita yang menjadi suster itu dengan senyum tidak ikhlasnya. Setelah suster meletakan nampan tersebut di atas nakas, suster langsung keluar dari sana setelah Lion mengucapkan terima kasih tentunya. Kata wajib ya harus dia ucapkan setelah ada orang yang membantunya dalam kondisi sekecil apapun.
"Udah kaya orang tipes minum obat mulu," ucap Lion malas. Tangannya terulur mengambil nampan yang ada disebelah kirinya, membuat lukanya sedikit tertekan. Dia meringis merasakan sensasi seperti luka tersebut menempel satu sama lain, terlebih luka yang dia dapat terpaksa dijahit meski tidak banyak.
"Aku bantu Kak." Alya mendekat. Berdiri disamping Lion, mengambil semangkuk bubur kemudian dia aduk. Perlahan namun pasti gerakan halus tangannya terulur mengarahkan satu sendok bubur di depan mulut Lion.
Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu, bukannya menerima suapan dia malah nampak berfikir. "Lo nyuapin gue, nanti gue ditampol Altas nggak ya?" katanya.
Alya menatap Lion datar. Benar kata Altas, Lion adalah tipe orang yang selalu mengeluarkan lelucon meski dalam kondisi sakit seperti ini. Lion terlalu banyak omong, tapi Alya suka cowok cerewet. Lion salah satunya.
Sekali lagi Alya mendekatkan sesendok bubur itu ke depan mulut Lion, namun kali ini Lion menerima suapan tersebut.
"Duduk napa, sih. Berdiri aja udah kaya seles baju." Lion kembali mengeluarkan leluconnya. Mungkin kali ini bukan lelucon, lebih tepatnya perintah.
Mendengar ucapan Lion, Alya langsung duduk di brankar Lion. "Kak," panggil Alya. Lion mengangkat sedikit kepalanya seakan berkata 'apa?'
"Terima kasih banyak Kakak udah nolongin Kak Altas juga aku. Mungkin kata maaf doang nggak mampu sembuhin luka kakak, tapi aku sama Kak Altas janji bakalan balas budi sama Kakak."
Lion mengerutkan keningnya menatap wajah Alya. "Nggak perlu balas budi. Lo selamat dan Kakak lo nggak kenapa-napa itu udah cukup biat gue."
Alya tersenyum. Kembali dia memberikan satu suapan untuk Lion. "Makasih banyak Kak."
"Tapi ada satu syarat."
Alya terkejut mendengar ucapan Lion. "Apa?"
"Senyum lo manis, terus tersenyum, ya. Gue suka."
Detik itu juga seseorang menerobos masuk ke dalam kamar rawat Lion. Pengrusuh datang, siapa lagi jika bukan Kakak dan anak Monster yang lain?
"Gue kira lo mati abis ditusuk," kata Fandi.
"Wah, Al parah adek lo digodain," sahut Slamet. "Udah takenan gue tuh, si Alya."
Altas menjitak kepala Slamet. "Adek gue masih dibawah umur woi!"
"Yaudah gue tungguin sampe lulus," jawab Lion diiringi kekehannya.
"Jangan mau sama Lion, tidur sendiri aja takut," ucap Dion mendekat ke arah adiknya. "Bunda sama Ayah bakal ke sini tapi nanti setelah pulang dari psikiater."
"Lah, siapa yang stres?" tanya Lion.
"Lo!" sergah Danial cepat. "Gue udah kesel sama lo pas sadar langsung ngelawak!"
"Tau aja Mas Danial kalo Lion lagi stres. Lion 'kan stres karena mikirin bebeb Alya," jawab Lion sembari mengedipkan matanya beberapa kali.
"YaAllah cabut nyawa Lion aja. Hamba rela lahir batin," ucap Slamet. Slamet mengadahkan kedua tangannya ke udara seperti sedang meminta doa. "Kalo Lion udah mati hamba rela jadi anak angkat Om Altas."
Malu sudah Alya. Niat baik untuk menyuapi Lion tapi malah mendapatkan godaan seperti ini, untuk iman dan kesabarannya masih ada walah tersisa dikit. Jika tidak Alya sudah melempar semua anak laki-laki yang ada di kamar ini dengan mangkuk yang dia pegang, termasuk Kakaknya. Alya sudah berbicara dalam hati dia tidak akan mau berbicara pada Kakaknya dalam dua jam kedepan, hanya dua jam sebab Alya tidka bisa mencueki Kakaknya lebih lama, begitupun sebaliknya.
"Jadi kapan lo bedua jadian? Gue pengen rasain pajak jadian dari uang orang songong kaya lo, nih," kata Danial.
"Sekarang gue jadian. Iya nggak Yang?" Lion memainkan kedua alisnya melihat wajah Alya yang sudah menahan marah, semoga tidak meledak saat ini juga.
"Kakak kira gue cewek apaan yang bisa diklaim seenaknya, hah?! Makan sendiri, bye!" Alya meletakan semangkuk bubur tersebut di tangan Lion kemudian wanita itu jalan keluar tanpa menghiraukan panggilan dari anak Monster lainnya.
"Al! Alya! Kakak bercanda, dih!" kata Altas seraya mengejar adiknya yang sudah keluar dari ruang rawat.
"Yah, baper anak orang." Dion duduk disamping Lion. Mengambil semangkuk bubur yang ada di tangan adiknya.
"Kalo baper tinggal gue kawinin, ribet amat."
"Gak ada otaknya sumpah. Gemes banget gue sama lo sampe pengen nonjok luka yang ada di perut lo itu." Slamet yang duduk disofa bersama yang lain sudah menggulung lengan bajunya ingin menantang Lion.
"Berantemnya nanti aja kalo gue ud---"
Mulutnya langsung diam kala satu suapan bubur masuk ke dalam mulutnya. Mulut petasan banting Lion pasti tidak akan berhenti jika tidak diganjal dengan sesuatu, maka dari itu dengan sifat keabangannya Dion langsung menyukai adiknya. Hitung-hitung menjaga adiknya kali ini karena tidak bisa melindunginya waktu lalu.
Fandi yang melihat respon Dion menyuapi Lion tanpa diminta atau disuruh seraya menguap menahan kantuk. "Sumpah gue kalo punya abang kaya Dion nggak bakal gue sia-siain."
"Nih, tuker tambah. Abang gue buat lo, tapi mobil lo yang putih itu buat gue, gimana?" jawab Lion santai.
"Gak ada akhlak beneran anjing jadi manusia." Dion menjitak kepala adiknya pelan. "Lo mati ada mendingan."
"Kalo gue mati lo semua pada kangen sama gue."
"Najis!" jawab seluruh orang yang ada di dalam ruangan secara bersamaan.
------
Asli padahal masih pengen banget lanjut nulis di sini. Apalagi cerita TJT banyak banget dapet respon baik dari kalian.
Aku sebenernya masih pengen banget bikin baper, bikin cerita ini bener-bener bikin kalian nggak bisa move on.
Tapi apalah daya cerita ini udah dipinang sama Kadentyas Publisher. Kalian bisa cek akun instagram Kadentyas Publisher buat info lebih lanjut mengenai TJT.
Selamat menabung. Paket PO TJT bener-bener bikin kalian milikin Dion Lion seutuhnya, kok. Paketnya manjain mata banget.
SEMANGAT NABUNGNYA! PO MASIH LAMA, KALIAN PUNYA BANYAK WAKTU BUAT NABUNG!
Bantu penulis pemula sepertiku dengan cara ikut PO cerita TJT. Kenapa harus saat PO? Karena ada paket yang super duper bikin kalian harus banget milikin novel sekaligus hadiah yang lainnya.
I LOVE YOU ALL! Aku bener-bener sayang banget sama kalian. Yang dukung aku tanpa pamrih, sampe aku bisa ada dititik ini. Saaaaaaaayaaaaaaang banget sama kalian💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top