Epilog

nas's notes: akhirnya cerita ini sudah achieve 118k views dan juga 9k votes. terima kasih banyak untuk teman-teman readers yang sudah setia menantikan update dan selalu vomments cerita umkm ini.

mumpung cerita ini sudah berakhir, boleh yaa kalian apresiasi aku di reply atau di tellonym (incase kalau kalian lebih nyaman pakai anon). oiya aku lagi buka Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) untuk The Inheritance, boleh mampir ke link eksternal atau scan qr code yang ada di akhir chapter ini, ya. 

terima kasih semuanya dan selamat membaca! <3

✮⋆˙

Jakarta, Indonesia
October 10, 2026

Tidak seperti kebanyakan pengantin baru, mereka tak menghabiskan malam pertama di salah satu kamar hotel termewah di Jakarta. Nicholas dan Giandra sepakat untuk menghabiskan malam pertama mereka dari kamar utama kediaman Permata Hijau.

Alasannya karena, kebesokan harinya, Nicholas dan Giandra akan berangkat menuju Eropa untuk bulan madu. Nicholas sudah mempersiapkan cutinya dari jauh-jauh hari—bahkan masih bekerja sehari sebelum acara pernikahan mereka. 

Nicholas mengeringkan dan menyisir rambut Giandra dengan perlahan. Setelah melihat helaian rambut cokelatnya kering dalam waktu singkat, Giandra bercermin pada kaca meja rias saat melihat pria (yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu) tampak serius mengerjakan rambutnya.

Setelah selesai, lelaki itu mengambil bando hitam polos dari meja rias. "May I?"

"Yes, please," balas Giandra sembari tersenyum.

Lelaki itu memasangkan bando pada rambut Giandra dan memandangi wajah istrinya. Ia tersenyum puas setelah menyelesaikan pekerjaannya terhadap rambut Giandra.

"All done. Du bist sehr schön!"

Kemudian mereka berdua bercermin. Dari cermin meja rias, Nicholas membiarkan rambut cokelat gelap dan bergelombang milik Giandra terurai. Pipi merah Giandra begitu memerah bagai buah apel—membuat Nicholas, yang melihatnya dari kaca, hanya tersenyum dengan deretan giginya yang manis. Malam ini mereka sama-sama memakai piyama, tetapi Giandra tak menggunakan atasan dari pakaian tidurnya dan memilih untuk tidur dengan kaus putih.

"Thank you, Hubby." Giandra membalas sembari memandangi Nicholas yang tetap berdiri di sampingnya. Sementara Giandra masih duduk di kursi meja rias.

"Exhausted?"

Giandra menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku bingung setelah ini kita melakukan apa. Hari ini kita sudah sibuk sekali dengan semua pernikahan ini. Bahkan besok pagi kita sudah harus pergi lagi."

Mereka saling berpandangan dengan dalam. Nicholas mengusap punggung tangan Giandra. Kemudian lelaki itu duduk di pinggir ranjang, tetapi Giandra tetap berdiri dihadapan Nicholas. "Tidak apa-apa. Pokoknya nanti kita akan bersenang-senang dan aku tidak akan merespon siapapun yang menanyakan soal pekerjaan."

"Meskipun itu Andreyka?"

"Ya, dia termasuk. Aku akan mengaktifkan mode DND supaya teleponnya tidak mengganggu kita." Nicholas berujar sembari mulai mengusap bagian paha luar milik Giandra dengan lembut.

Wanita muda itu masih berdiri, tetapi Nicholas langsung mendekap lalu membenamkan kepala, terutama wajahnya, pada bagian perut milik Giandra.

"Aku ingin memakanmu," ucap Nicholas pelan dengan suara yang pelan dan tertahan karena masih mendekap perut istrinya, "tetapi aku bisa menahan sampai kita sampai di Jerman."

Telinga Giandra dapat mendengar ucapan Nicholas dengan jelas. Jemarinya malah memainkan rambut suaminya dan tersenyum. Kemudian, Giandra langsung mengambil wajah Nicholas dengan mengangkat pipinya dan membuat tubuh wanita muda itu sedikit menunduk. Ia langsung mengecup lembut bibir Nicholas.

Bibir lelaki itu tampak menikmati ciuman yang diinisiasi oleh Giandra. Ia membiarkan Giandra melumat hingga puas sampai hidungnya berhasil mengendus wangi dari lip balm yang digunakan oleh Giandra."Bubble gum?"

Tebakan Nicholas direspon oleh senyuman jahil dari bibir Giandra dan kembali mengecup bibirnya. "Aku baru-baru ini memakainya sebelum tidur."

"Enak." Nicholas melanjutkan ciumannya dengan Giandra sembari melumat sedikit bagian bawah bibir istrinya. "Maksudnya bibirmu."

Mereka hanya saling berpandangan. Giandra dan pipinya sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut dan berusaha untuk menahan dirinya dari menunjukkan ekspresi salah tingkah.

"I know right?" Giandra membalas sembari memainkan bagian bawah bibir suaminya dengan ibu jari secara perlahan. Mengusapnya dengan lembut. "Bibirmu pecah, jadi kupikir untuk mengoleskan sedikit saat Kakak tidur."

Nicholas belum merespon, tetapi ia meraih tubuh Giandra untuk memangkunya di atas paha. Kemudian, ia berinisiatif untuk menaruh tubuh Giandra di atas ranjang. Mata ketemu mata, Nicholas langsung mengecup bibir Giandra.

"Cium saja bibirku."

"Akan kulakukan," balas Giandra sembari tertawa kecil saat menjeda ciuman mereka.

Lampu ruangan sudah mati semua terkecuali lampu meja rias dan lampu samping kasur. Lelaki itu membuka jam tangannya dan menaruhnya pada piring yang berada di atas nakas. Tak lupa, ia menggulung bagian bawah lengan pakaian tidurnya.

Sayangnya, saat ia melirik nakas, ia teringat dengan apa yang dititipkan padanya untuk Giandra. "Ah, aku melewatkan sesuatu!"

Giandra hanya memandangi Nicholas dengan raut wajah bingung. "Ada apa?"

Sebelum Giandra kembali bertanya, Nicholas langsung mengambil salah satu amplop cokelat dari meja samping ranjang dan memberikannya kepada istrinya. "Bukalah. Rayan menitipkan ini padaku."

Tanpa perasaan curiga, Giandra merogoh isi amplop dan menemukan kaset dan sebuah sticky notes berwarna kuning.

Gi, aku menemukan rekaman ini di rumah mama. Tolong tonton dulu sebelum kamu pergi menuju Jerman.

Rayan.

Giandra langsung mengambil sticky notes tersebut dan ada tulisan 'Giandra S.' pada CD-nya yang tertulis dengan spidol hitam. Wanita muda itu langsung beranjak dari ranjang. Ia mengecup pipi suaminya dengan penuh semangat.

"Terima kasih, Sayang. Aku harus mencari pemutar CD-ku untuk melihat isinya!"

✮⋆˙

21.46

"Hiram, ayo bantu aku!"

Kirana Hadiwiryono memanggil suaminya saat ia sedang mengatur bunga kesukaan pada vas berisi air. Giandra kecil, yang saat itu berusia dua tahun, didudukkan pada atas meja marmer abu-abu yang setia berada di rumah tersebut.

Giandra memegangi sebatang bunga tulip dengan tangan mungilnya dan mencoba memberikan bunga tersebut pada mom. Wanita dengan rambut hitam legamnya langsung menyambut pemberian putrinya dengan senang.

"Untuk aku?" Kirana bertanya sembari menerima bunga tulip berwarna putih dari Giandra kecil dan mencium pipinya. "Thank you, Anindya."

Mata Hiram melihat putri kecilnya yang sedang dicium lembut oleh Kirana. Ia terpikir untuk memancing putrinya dengan mencium pipi istrinya beberapa kali. Giandra kecil memandangi orang tuanya dengan bingung dan ia tertawa. Cara anak berusia dua tahun itu tertawa tentu saja membuat orang tuanya tertawa geli dan gemas. Hiram langsung mencium pipi merah putri kecilnya.

21.52

Remus Wiradikarta menggendong Giandra, yang berusia dua tahun, dan mengajaknya ke ruang kerjanya. Remus mengenakan kemeja putih, dengan rompi dan celana panjang warna cokelat tua. Sementara Giandra kecil mengenakan terusan biru dan kardigan ungu tua. Salah satu tangan Remus mengambil buku cerita bergambar dan mendudukan Giandra di sebelahnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Remus?" tanya Hiram dari balik kamera.

Remus menatap kamera. "Aku akan bercerita pada putrimu," jawab Remus dan ia kembali melirik anak berusia dua tahun yang duduk di sebelahnya, "Nona kecil, ayo dengarkan aku bercerita."

"Dengan Bahasa Inggris?" Lagi-lagi Hiram bertanya.

"Auf Deutsch!"

Nicholas kecil masuk ke ruang kerja ayahnya dengan cepat. Anak lelaki dengan helaian rambut cokelat mudanya tampak menghampiri Hiram yang sedang memegang kamera. "Onkel Hiram, boleh minta tolong gambarin aku domba?"

Mendengar permintaan Nicholas, Hiram langsung menaruh kameranya, yang masih menyala, di atas meja. Kemudian Remus menoleh dan mengarahkan sahabatnya untuk mengambil kertas putih dan pensil dari atas meja kerjanya. Anak laki-laki itu duduk dengan manis dan melihat Hiram menggambar dengan pensil. "Boleh, Nicky. Kamu ingin berapa domba?"

"Kurasa delapan?" ucap Nicholas dengan suara kecilnya.

"Boleh!" balas Hiram dan tangannya langsung memulai menggambar beberapa ekor domba sesuai permintaan Nicholas kecil.

"Kak Nicky waktu kecil lucu sekali." Giandra berujar saat melirik suaminya yang nonton video lama bersamanya. "Benar-benar anak yang periang."

Nicholas mengangguk setuju. "Aku selalu suka kalau dad datang ke rumah. Dad selalu mau menggambar banyak hal yang keren untukku."

22.04

Karena ulang tahunnya Giandra dan kedua orang tuanya berdekatan, Hiram dan Kirana sepakat untuk merayakan ulang tahun mereka bersama dengan keluarga dan teman-teman terdekat. Terdapat wajah familiar seperti para kakek neneknya, para paman dan bibinya, dan juga para sepupunya.

Saat Giandra kecil dan kedua orang tuanya meniup lilin bersama-sama. Acara ulang tahun itu juga tampak meriah dengan banyak balon dan kue. Ada badut kelinci yang mengenakan pakaian warna warni yang menyapa anak kecil yang berulang tahun. Giandra kecil mengayunkan tangan mungilnya ke badut kelinci itu sembari digendong oleh dad.

Giandra langsung menghentikan videonya saat melihat sosok familiar pada layar. "Di sana ada Tante Hayu, Ibunya Rayan yang juga kakak dari mom. Penampilannya sangatlah dewasa, elegan, dan menarik." Giandra berujar sembari menunjuk pada salah satu wanita yang duduk bersama salah satu anak laki-lakinya. "Benar-benar berbeda dari istri keduanya Pak Andhika."

"Aku setuju. Tampak seperti bumi dan langit." Nicholas mengangguk saat melihat video yang kembali dilanjutkan.

22.57

Ternyata kaset yang Giandra dan Nicholas tonton dengan perasaan antusias sedari tadi berisi video masa kecil Giandra yang tumbuh bersama orang tuanya. Mereka berdua sudah melihat banyak kenangan yang berlanjut sejak Giandra kecil hingga tumbuh menjadi remaja. Bahkan mereka melihat beberapa wajah familiar seperti Sura, Aqsad, hingga Hamdi. Giandra melihat cuplikan video yang diasumsikan sebagai video terakhir.

"Anindya!" panggil Kirana sembari mengajak Giandra, yang berusia tiga tahun, duduk di sebelahnya. "Kita tunggu dad, ya?"

Mata Giandra berkaca-kaca saat melihat mom memanggilnya dari rekaman terakhir.

"Dad mau pergi?" tanya Giandra kecil saat memandangi mom yang duduk di sampingnya.

"Sama aku sama kamu juga, Sayang." Kirana menjawab sembari mengusap kepala putrinya. "Kita kembali ke Melbourne."

Saat itu, mereka berencana untuk kembali ke Melbourne. Beberapa keluarga juga berada di Permata Hijau untuk berpisah dengan keluarga kecil tersebut. Akan tetapi, Kirana dan Giandra masih duduk di studio lantai bawah rumahnya.

"Anindya!" Hiram memanggil putrinya dan Giandra berjalan menuju dad dengan langkah kecilnya. "Kamu duduk di luar sama Mama dulu, ya? Dad sama Mom mau mengobrol."

"Apa aku boleh minta es krim?" pinta anak kecil itu.

"Nah, kamu duduk dan minta es krim sama Mama. Biar Mama yang bilang ke Mbak Yaya."

"Mamaaaaa—"

Saat Giandra sudah keluar dari ruang studio, Hiram langsung membenarkan posisi kameranya. Kemudian ia kembali duduk bersama Kirana. Mereka saling berpandangan dan tertawa kecil.

"Aku penasaran seperti apa ia saat ia tumbuh menjadi orang dewasa."

"Giandra, anak itu ... entah dia akan menjadi orang dewasa seperti apa? Apakah dia akan menjadi orang dewasa yang cerdik dan kompetitif sepertimu atau tenang dan penyabar sepertiku."

Mata Giandra berkaca-kaca saat mom memanggilnya dengan nama depan—tidak seperti yang biasa mom lakukan semasa hidupnya.

Hiram berpikir sejenak dan menganggukkan kepalanya. "Mungkin keduanya."

Wanita itu hanya menganggukkan kepala. "Ya."

"Aku harap saat ia dewasa, ia bisa menikah dengan suami yang lembut dan lucu. Hatinya begitu lembut dan baik," lanjut Hiram.

"Ya, tetapi aku harap ia tidak menikah begitu cepat," sambar Kirana, "aku masih ingin membesarkannya dengan baik. Kita sudah berusaha untuk mendatangkannya selama ini."

"Kamu benar. Bahkan kita pindah ke Melbourne untuk bertemu dengannya." Hiram merespon dan menggenggam tangan istrinya.

Kirana langsung menoleh pada Hiram. Akan tetapi, mereka hanya saling berpandangan dan kemudian Kirana langsung menoleh ke depan.

"Aku ingin melihatnya menikah. Tidak, aku ingin melihatnya tumbuh dan bahagia. Hidup dengan baik—apapun yang akan terjadi."

"Aku ingin memberikan banyak kebahagiaan untuknya." Kirana melanjutkan ucapannya dan menoleh pada kamera.

"Akan menarik jika Anindya menonton video ini saat ia sudah mencapai banyak hal besar di hidupnya." Hiram bergumam dan memandangi kamera. "Dad dan mom akan senang melihat banyak pencapaian atau semua kebaikan yang kamu lakukan. Akan tetapi, hidup sehat dan bahagia dengan diri sendiri itu penting."

Beberapa menit kemudian setelah percakapan yang isinya banyak nasihat dan kenangan dari orang tuanya Giandra, ia melihat Kirana yang mengusap air mata dengan ujung sweater rajutnya. Giandra tahu bahwa mom akan melakukan itu dengan tidak sengaja semasa hidupnya.

"Putriku yang cantik, terima kasih sudah datang ke mom dan dad. Terutama memilih mom dan dad untuk menjadi orang tuamu. Kehadiranmu melengkapi kehilangan yang sebelumnya pergi ... Ah, mom meracau, ya? Akan tetapi, terima kasih sudah datang dan membuat kami berusaha untuk memberikan dunia untukmu. Maaf jika kami tidak sebaik orangtua lainnya dalam membahagiakan anak-anak mereka, tetapi kita selalu mengusahakan yang baik untukmu ... berbahagialah ...."

Mata Giandra berkaca-kaca saat video tersebut selesai menayangkan rekaman dan diakhiri dengan layar hitam. Ia hanya diam dan tak menanggapi apapun. Menyadari bahwa ia akan menangis, ia mengusap ujung mata dengan ibu jari.

Mom dan dad, aku sudah hidup dengan baik. Terima kasih. Giandra membatin dan berusaha untuk menarik garis senyum.

Nicholas pun berusaha untuk menarik tubuh Giandra untuk mendekapnya dalam pelukannya. Ia hanya membiarkan Giandra mengalirkan air matanya hingga turun dari pipi dan tak berkata apapun. Tangan lelaki muda itu hanya mengusap punggung Giandra dengan lembut.

THE END

Published on January 3, 2025

nas's notes: terima kasih banyak yaa sudah setia mengikuti ceritaku. aku akan kembali setelah ini yaaa jadi nantikan <33

oiyaaa! kalian boleh banget isi survei aku untuk cerita ini lewat qr code yang aku bagikan, ya. segala jawaban akan aku terima dan pertimbangkan untuk perkembangan cerita ini ke depannya. thank youu!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top