66. Criminal Record

nas's notes: hii semua! akhirnya cerita ini masuk 113k views! semoga kalian betah selalu untuk membaca cerita ini hingga akhir. oh ya, ayo yuk yang belum pernah vote or comment gapapa disusulin skrg yaaa karena ceritanya udah mau end :")

jangan lupa vomments, react pakai stiker yg ada babi atau kodoknya itu juga boleh. kalau suka baca offline, boleh dinyalakan dulu paket datanya terus vote dan matikan lagi.

terima kasih banyak dan selamat membaca!!

.








.








.

Jakarta, Indonesia
August 10, 2026

Meskipun Raka Purnomo hampir kehilangan segalanya, setidaknya ia harus menikahi Giandra dan menguasai rumahnya.

Tentu saja Raka tidak (atau belum) menjadi miskin, Raka masih memiliki kekayaan yang bernilai fantastis—properti, mobil mewah, portfolio saham, hingga warisan dari ayahnya yang luar biasa. Membayangkannya saja membuat Raka bernafsu.

Tentu saja minus semua kekacauan yang berujung pada penghinaan yang dialamatkan pada dirinya. Raka berpikir bahwa tak semestinya ia mendapatkan penghinaan seperti yang ia dapatkan sekarang dari masyarakat.

Sekarang Raka berdiam diri di rumahnya sembari tak melakukan apapun. Hanya duduk di ruang kerja dan tersiksa karena mendadak kehilangan semua kekuatannya. Ia sudah tak dapat menghubungi siapapun—sekretaris, ajudan, hingga Akbar Pradana yang selalu menghiburnya. Semuanya meninggalkan Raka, yang sudah terlihat seperti bintang redup, dan berpura-pura seolah tak pernah mengenal selama hidup.

Tadinya Raka merogoh ponsel dari sakunya untuk menghubungi Clara dan memintanya untuk datang ke rumah. Hanya saja, pikiran Raka teralihkan untuk membuka Instagram. Giandra memang membatasi semua akses Raka untuk melihat kehidupan dengan memblokir lelaki itu, akan tetapi, Raka masih memiliki cara untuk mengintip sedikit apa yang Giandra lakukan.

Berkat akun yang menyamar sebagai akun pendengung yang berafiliasi dengan pemerintah, Raka masih dapat melihat apa yang di-update oleh Giandra dari akun tersebut. Akun pendengung yang dimaksud adalah dodorere_58, yang sempat membuat narasi kotor nan bohong tentang beberapa figur publik.

Dari akun dodorere_58, Raka melihat Snapgram Giandra yang menampilkan bunga mudan berwarna putih dengan caption yang terlihat jelas.

Thank you for the beautiful peonies and see you at home. I love you, Nicholas.

Raka tak bisa bohong. Ia panas sekali saat melihat Snapgram tersebut. Jemarinya langsung menekan layar sebelum Snapgram tersebut berganti. Sekarang, Raka melihat Giandra yang mempublikasikan beberapa foto yang berkaitan dengan Nicholas dan yang ia lihat sekarang adalah foto berpelukan.

Untuk Snagpram selanjutnya, Raka hanya mendenguskan nafas dengan kesal dan membaca caption—yang secara sengaja diperlihatkan oleh Giandra.

Meine Herausgeber <3

Emoji hati. Emoji yang tersemat membuat Raka semakin kesal. Ia menaruh ponselnya dan merogoh bola kristal dari Amerika Serikat, yang ia dapatkan dari sahabat Zionisnya, lalu melemparkannya ke arah tembok. Isi dari bola kristal tersebut pecah hingga membasahi tembok dan lantai rumahnya.

Merasa tidak puas, Raka mengambil foto dirinya bersama Andhika Pradana yang setia terbingkai manis di atas meja kerja. Sekarang Raka sudah terlanjur kecewa dengan Andhika, yang sama sekali tak memihaknya, dan memilih untuk mempermalukan Raka di muka pejabat lain. Lelaki berusia empat puluhan awal tersebut langsung melempar bingkai foto ke arah tembok yang sama.

Kini, serpihan kaca berhamburan di lantai dan Raka tak peduli dengan kekacauan yang ia perbuat.

Sekarang Raka memilih untuk menyalakan televisi layar datarnya. Akan tetapi, seorang presenter wanita kondang tampak mewawancarai seorang pria melalui siaran langsung. Presenter yang memiliki penampilan eksentrik itu tampak memberikan banyak pertanyaan. Raka berusaha untuk mengabaikan layar televisi, namun ada salah satu pertanyaan dari presenter wanita yang membuat kepalanya mendongak ke layar dan menatap dengan mata besarnya.

"Apakah kamu juga mengetahui bahwa Raka Purnomo mengejar Giandra Soerjapranata hanya untuk propertinya?"

Sosok Hamdi Hassan, pria yang diwawancarai, hanya tersenyum penuh misteri.

"Entahlah, kalaupun iya, dia akan berakhir sepertiku, seorang pengacara, dan seorang Adipati dari Jawa yang sama-sama kalah dari seorang diplomat yang menyunting naskahnya Giandra."

"Berarti rumor yang menyatakan kalau Raka Purnomo menyingkirkan Giandra dari pekerjaannya, hanya karena Giandra menolak pinangan dia, itu benar?" tanya presenter itu dengan berapi-api.

Lagi-lagi Hamdi pun tersenyum puas. "Masuk akal, 'kan?"

"Meskipun sudah hidup dengan gemerlap harta dan dikelilingi wanita cantik, Terima kasih Tuhan karena dia juga tampan, tetapi Raka selalu mengejar apapun yang dia mau—kekayaan, jabatan, dan wanita. Sayangnya, Raka selalu merasa bahwa apapun yang dia punya, ia bisa memiliki semuanya. Nyatanya tidak, bahkan ia tidak dapat memiliki Giandra Soerjapranata dan rumahnya." Hamdi melanjutkan pernyataannya kepada presenter. "Setelah semua rekor kriminalnya terbongkar, terutama saat Raka menjadi pelaku tabrak lari itu, Raka benar-benar sudah selesai. Sekarang kita biarkan waktu yang menyelesaikan semuanya."

Merasa panas karena jawaban dari Hamdi tentang dirinya, Raka langsung berteriak dan menjatuhkan semua barang-barang dari atas meja kerjanya. Ia juga mengambil sebotol whiski dan membidiknya pada televisi tersebut.

.






.





.

Jakarta, Indonesia
August 22, 2026

Sabtu pagi, Nicholas berjanji untuk menjemput Giandra dari bandara. Giandra sudah diperbolehkan untuk menempuh perjalanan panjang ke Indonesia oleh dokter. Akan tetapi, Sura tidak akan ikut karena berencana untuk bertolak menuju London, Inggris. Orang tua Nicholas juga sudah kembali ke New York seminggu yang lalu.

Melihat Giandra yang datang dengan langkah kecilnya, Nicholas langsung berjalan mendekati Giandra dan menyapanya.

"Morning, Love," sapa Nicholas sembari tersenyum dan menatap Giandra dengan matanya yang berbinar.

Mata Giandra menatap wajah Nicholas dan mengusap pelan pipi kemerahan lelaki muda itu. "Morning, Liefje."

Mereka berdua terdiam dan saling menatap. Giandra melihat Nicholas sudah jauh lebih sehat, hanya saja, Giandra masih kalut karena tak banyak tahu soal kecelakaan yang menimpa Nicholas. "Kak ... aku ... aku minta maaf ... aku tidak bisa berbuat banyak saat dirimu hampir meninggal."

"Giandra," panggil Nicholas sembari memeluk Giandra dan mendekapnya dengan lembut. Tangannya mengusap kepala Giandra dengan perlahan, "kamu tidak perlu melakukan apapun. Melihat pesanmu saja aku sudah senang sekali dan, hei, aku saja masih terlihat tampan setelah kecelakaan itu."

Wanita muda yang berada di dekapan lelaki itu hanya tertawa lembut. "Tampaknya otakmu sudah bergeser sedikit semenjak ditabrak sama babi air itu."

Lelaki muda itu tertawa dan malah berjongkok untuk melanjutkan tawanya. Ia langsung memegang tangan Giandra dengan lembut. "Sepertinya iya. Ngomong-ngomong, hari ini tanggalnya bagus. Bagaimana kalau kita menikah saja?"

Mendengar ucapan Nicholas barusan, Giandra tak bisa menahan dirinya untuk tertawa. "Ya, otakmu memang sudah begeser."

"Sebenarnya aku tidak cedera otak. Kalau leher, iya. Sampai sekarang pun aku kontrol ke rumah sakit, kok."

Giandra menggelengkan kepalanya dengan heran. "Bukankah kamu diam saja di rumah, tapi malah menjemputku."

"Aku sudah berjanji untuk menjemputmu. Lagipula aku sangat merindukanmu."

"Bagaimana kalau aku saja yang menyetir dan kita brunch?" usul Giandra sembari menggeret kopernya dan berjalan bersama Nicholas.

"Aku masih bisa menyetir dengan baik!" Nicholas menanggapi sembari berdiri dan merangkul bahu Giandra. Ia mengajak Giandra berjalan menuju parkiran mobil. "Ingin brunch di tempat biasa?"

"Boleh!" balas Giandra dengan antusias. Kakinya melangkah tak begitu cepat dan menyesuaikan langkah kaki Nicholas yang berjalan perlahan.

Akan tetapi, sebelum mereka berdua meninggalkan bandara, iris hijau kebiruan milik Nicholas pun melihat seseorang membaca koran dengan tajuk yang tercetak besar.

RAKA PURNOMO DAN REKOR KRIMINALNYA.

Sementara Giandra merogoh ponselnya yang berada dalam saku tas. Ponselnya bergetar dan melihat pesan dari sepupunya.

WhatsApp
Rayan Pradana
Sudah sampai Jakarta?
Jangan pulang ke rumah dulu.
Untuk sementara, kamu bisa tinggal di rumah mama atau di kediaman Keluarga Hassan.
Jangan di tempat Mas Nicholas karena orang tuanya sudah kembali ke AS.
Sudah sejak tiga hari yang lalu, ada mobil yang menunggu depan rumah. Tampaknya firasat jelekku adalah Raka Purnomo menunggumu depan rumah.
Saat aku cek CCTV, ternyata benar. Dia sempat turun dan menendang pagar.
Bahaya sekali, Gi. Tampaknya dia berada dalam pengaruh obat.
Bahkan menurut Mba Yaya, yang mendapat info dari sekuriti, dia membuat kekacauan dan meneriaki sekuriti yang berjaga di malam hari.

TBC

Published on December 25, 2024

nas's notes: INI ADA GEBRAKAN APA LG YA RAKA????? TAKUT GA LO?????

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top