65. White Peonies

nas's notes: akhirnya cerita ini achieve 112k views! terima kasih banyak semuanyaa! semoga menghibur dan juga semangat terus yaa untuk mengikuti cerita ini!! cerita ini akan selesai, jadi boleh vomments dulu yaaa!!

jangan lupa vote n comments! kalau suka baca pas offline pun juga boleh skali, tapi jangan lupa vote dulu dan matikan kuotanya yaaa. yang mau merekomendasikan cerita ini ke teman-teman reader lain juga boleh sekali!

sekali lagi terima kasih banyak dan selamat membaca!!

.



.



.

Jakarta, Indonesia
August 9, 2026

"Giandra sudah selesai operasi dan akan membutuhkan waktu untuk istriahat," ucap Fabian Hafiyyan dari sambungan telepon saat ia menghubungi Nicholas, "jika kondisi pasca operasinya sudah membaik, Giandra bisa pulang lebih cepat. Maksudku, kembali ke apartment."

"Terima kasih untuk update-nya, Fabian," balas Nicholas yang diselingi oleh jeda hening antara dirinya dengan Fabian, "bolehkah aku minta bantuanmu?"

"Boleeeeeh, Kak."

Nicholas langung terpikir untuk meminta tolong Fabian membelikan hadiah yang dapat dilihat setelah Giandra sadar nanti. "Bisakah kamu membeli mudan putih untuk Giandra? Aku akan kirimkan apa saja yang bisa kamu isi di kartunya dan kirimkan juga tagihannya padaku."

"Tentu saja. Aku bisa membelinya setelah Giandra sadar dari biusnya."

"Danke schön, Fabian! Tschüss!"

"Tschüss, Kak," ucap Fabian sembari mematikan teleponnya.

Nicholas langsung menaruh ponselnya dan membaca kembali naskah Giandra. Ia berencana untuk mengejar ketertinggalan sebelum Giandra pulang dan menanyakan naskahnya. Sekarang pukul enam sore di Jakarta, namun Nicholas merasa bahwa dirinya sudah siap untuk kembali ke kantor esok hari.

Dokter mengizinkan Nicholas untuk kembali bekerja, dengan catatan, ia harus menghindari pekerjaan berat—Bahkan harus menghindari rencana business travel ke luar kota dan luar negeri untuk sementara waktu. Setidaknya hingga Nicholas menyelesaikan terapi atau rawat jalannya.

Jakarta, Indonesia
August 11, 2026

Seorang lelaki muda tampak bersiap sebelum ia bergegas menuju kantor. Sudah lama ia merindukan suasana kantor dan pekerjaannya. Hanya saja, Nicholas meminta bunda untuk mengantarkannya dari kediaman keluarga Wiradikarta yang berada di Pondok Indah.

Ingrid memiliki SIM Internasional yang membuatnya nyaman membawa kendaraan roda empat di beberapa negara, termasuk Indonesia. Dengan santai, mobil yang dikendarai Ingrid pun melintasi ruas jalan ibu kota. 

Meskipun, dalam membesarkan ketiga anaknya, Ingrid dibantu oleh pengasuh berbahasa asing, akan tetapi ia juga merawat dan memperhatikan anaknya sendiri. Maka dari itu, Ingrid senang bisa membantu mengantar anak lelakinya ke kantor.

Cuaca pagi tak terlalu terik dan lalu lintas di pagi itu juga tak terlalu padat. Ingrid melirik pada anak lelakinya yang duduk di kursi penumpang sembari melihat jalan yang biasa ia lewati dengan antusias. Akan tetapi, iris hijau kebiruan milik Ingrid memandangi beberapa toko familiar yang sedang bersiap untuk memulai hari.

"Mau mampir dulu?" Ingrid menawarkan saat melihat deretan toko roti yang baru saja buka. Pikirannya teringat bahwa Nicholas mengatakan grilled cheese dari toko tersebut sangatlah enak, bahkan Ingrid pernah mencicipinya—grilled cheese dengan sourdough itu menurutnya enak.

Nicholas menggelengkan kepalanya. "Aku akan memesannya untuk makan siang."

Mendengar penolakan dari anaknya, Ingrid langsung menghentikan mobilnya di depan toko roti tersebut. Ia merogoh tote bag Saint Louis PM dari Goyard berwarna hijau zamrud. "Bunda akan membelikan grilled cheese dan chocolate chip cookies untukmu. Supaya kamu tidak keluar kantor atau meminta bantuan OB hanya untuk mengambil pesananmu itu."

Jakarta, Indonesia
August 13, 2026

Begitu Nicholas kembali ke Pejambon, semua orang menanyai kondisinya seperti petir menyambar. Banyak yang menanyakan bagaimana kecelakaan waktu itu terjadi, sehingga Nicholas terpaksa membuka forum di jam istirahat—tentu saja sembari menikmati makan siang.

"Aku benar-benar terkejut saat tahu kamu kecelakaan, Kak. Aku mengetahuinya dari status WA asistennya Bu Ira—yang ternyata Bu Ira juga datang menjengukmu." Gibran bergumam saat makan siang bersama Nicholas dan Andreyka.

"Bahkan Bu Ira membuat SG." Andreyka Alatas menambahkan cerita Gibran. "Hanya saja aku tak menyangka bahwa Raka Purnomo benar-benar menabrakmu dengan mobil dinas Menparekraf—bahkan Bu Maudy meminjamkan mobil dinasnya pada Raka."

Gibran hanya mengangguk dengan raut wajah heran. "Setelah Raka menabrak Kak Nicholas hingga dipecat Presiden, sepertinya ia benar-benar menghilang dari bumi. Benar-benar memalukan."

Tentu saja Nicholas teringat pertemuan terakhirnya dengan Raka yang sangat chaotic. Setelah pertemuan di subuh itu, Raka benar-benar menghilang dengan cepat. Bahkan sudah tidak menghubunginya lagi secara terang-terangan. Sayangnya, Publik juga jengkel karena Raka mengikuti pemeriksaan untuk kasus korupsinya secara diam-diam.

Dibandingkan memikirkan Raka, Nicholas jauh lebih penasaran dengan sekretaris—orang yang membocorkan banyak bobrok seorang Raka Purnomo. Bahkan pengakuan sekretaris juga menjadi awal kebencian masyarakat Indonesia yang membabi buta terhadap Raka. "Bagaimana dengan sekretarisnya? Bukankan sekretarisnya Raka adalah adik tingkatnya Andreyka?" tanya Nicholas pada Andreyka.

"Ini menarik—setelah Raka dipecat, adik tingkatku itu bekerja dengan Menparekraf yang, secara kebetulan, sekretarisnya pindah penempatan. Dia tidak memihak Raka karena memang Raka salah. Bahkan dia yang membuka banyak bobroknya Raka." Andreyka menjelaskan secara intens. "Meskipun netizen di salah satu platform memiliki pendapat yang berbeda—cenderung lebih membela Raka."

Gibran mendenyitkan dahi dengan perasaan ragu. "Hanya saja, dunia Raka adalah berada dalam gelembung politisi dan pengusaha. Netizen di platform itu hanyalah pengikut setia yang rela memujanya, meskipun Raka memang salah. Tetap saja, Raka tidak akan bertahan. Ada sesuatu yang menahannya."

"Teori sinting apa lagi yang kamu baca?" tanya Andreyka curiga. Ia menduga bahwa Gibran membaca salah satu postingan yang berada di platform media sosial.

"Raka sudah kehilangan dukungan keluarganya. Padahal Raka Purnomo juga bukan berasal dari keluarga kacangan. Dia cucu Presiden terlama, hanya saja untuk semua hal ini ... tentu saja sudah menimbulkan kerusakan parah .... "

Sekarang Andreyka mengangguk tak yakin."Sources by ordal." 

Nicholas yang sedari tadi mendengarkan bahasan antara Andreyka dan Gibran pun hanya asik memakan makan siangnya. Matanya asyik menyoroti dua rekanannya yang masih saja membahas orang lain—yang eksistensinya saja didasari oleh rumor liar.

TBC

Published on December 23, 2024

nas's notes: sudah lama aku tidak drop part bonus. ayo, deh, mampir! (tolong react aja pakai emoji biar ai tahu ada kehidupan (cry))

.


.


.

Munich, Germany
August 9, 2026

Setelah operasi, Giandra terbangun dan melihat kamarnya sepi. Ia terpikir untuk memanggil Sura, yang tertidur pada sofa di samping ranjang, agar dapat membantunya menuju ke kamar mandi. Hanya saja, pandangannya malah teralihkan dengan serangkaian bunga mudan berwarna putih yang berada di atas nakas samping ranjang.

Bunga mudan tersebut sudah dirangkai dalam vas berisi air. Mudan, kesukaannya, terlihat mekar dan segar. Padahal Giandra baru melihat bunga tersebut pada sore hari. Giandra melihat kartu ucapan dengan gambar penguin dan beruang kutub yang menarik perhatiannya tergeletak di bawah rangkaian mudan. Jemari wanita muda itu langsung meraihnya dan ia membacanya dengan perlahan.

Dear Giandra.

Hi Baby, Congratulations on passing this. I can't wait to see you in Jakarta and cook something delicious for you. I love you.

NW

Giandra juga melihat sticky notes berwarna kuning yang terselip di belakang kartu ucapan. Tampaknya, tulisannya sama, namun jauh lebih tak terbaca dibandingkan tulisan di kartu ucapannya.

Gi, I wrote this. Kak Nicky asks me to buy mudan and write those. Sorry for breaking the surprise. Anyway, welcome back!

Fabian

Giandra pun merogoh ponselnya untuk mencari nomor Nicholas. Ia mencoba untuk mengubunginya melalui pesan WhatsApp.

Giandra Euphrasia:
Sayangku!
Akhirnya aku terbangun dan operasiku lancar.
Jangan khawatir, di sini ada Sura yang menemaniku.
Terima kasih banyak untuk bunganya. Kamu benar-benar memikirkan mudan hanya untuk mengejutkan aku setelah operasi. Bunganya benar-benar cantik sekali.
Hingga aku menangis sedikit.
Terima kasih sudah memberikan banyak perhatian untukku.
Aku akan pulang jika dokter sudah memperbolehkan aku untuk kembali ke Jakarta.
I love you, Liefje. 

Dengan cepat, Giandra membuka kamera dan mempersiapkan dirinya. Ia ingin mengambil foto dengan bunga tersebut. Karena Nicholas memikirkannya dengan mengirimkan bunga kesukaannya Giandra, ia berinisiatif untuk mengirimkan foto ke media sosialnya.

"Apa yang akan aku tulis?" Giandra berbicara dengan dirinya sendiri sebelum mengetik tulisan pada foto Snapgram-nya. Akhirnya, Giandra berinisiatif unutuk menulis caption dengan cepat.

Thank you for the beautiful peonies and see you at home. I love you, Nicholas.

Tak lama setelah Giandra mempublikasi Snapgram tersebut, munculah banyak reaksi dari pembaca, fans, hingga netizen yang mengikutinya. Banyak dari mereka yang mengharapkan bahwa berita tersebut benar, terutama Nicholas adalah penyunting yang paling dekat dengan Giandra (dan eksistensinya jelas). Pikiran semua orang tampak serupa: "Apakah Giandra Euphrasia benar-benar berkencan dengan penyuntingnya sendiri? Ini berita bagus!" atau "Thank you, Miss Giandra Euphrasia. Would you consider a romance trope story for your next release?"


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top