58. Refectory

nas's notes: hii akhirnya aku update dan sekarang cerita ini sudah masuk 97k views! terima kasih banyak dan tetap semangat untuk aku dan kita semua biar cerita ini bisa achieve targetnya sebelum november 2024 berakhir :")

oiyaa jangan lupa vomments dan boleh juga dipromosikan cerita ini. terus juga kalau kalian suka baca secara offline, bisa dinyalakan dulu paket datanya terus cote dan matikan lagi. 

boleh follow akun aku juga di wp dan x supaya bisa mendapatkan informasi terbaru.

terima kasih banyak dan selamat membaca! <3

✮⋆˙

Jakarta, Indonesia
August 3, 2026

Raka Purnomo terlihat tenang saat Akbar Pradana mengundangnya untuk sarapan bersama di Menteng. Tanpa ragu, ia duduk bersama anggota keluarga Pradana lainnya—Andhika, Kanista, Alya, dan Nilam yang tampak menikmati sarapan yang sangat sehat. Tak ketinggalan, Pradana lainnya yang menyusul ke ruang makan ialah ....

"Rayan, pagi." sapa Andhika saat melihat Rayan melangkah masuk ke ruang makan dan berjalan menuju kursi. Seorang ART menyajikan teh dan menanyakan apa yang ingin Rayan makan. 

"Pagi Ayah dan semuanya," sapa Rayan dan ia melirik sebentar pada ART, "berikan aku french toast saja. Terima kasih."

"Kamu jadi ke rumah mama?" tanya Andhika sembari meminum kopi hitam yang tersaji panas.

"Yup, tentu. Aku akan pergi setelah sarapan."

Mendengar Rayan yang memiliki rencana untuk pergi setelah sarapan, Kanista hanya memutar matanya. "Kamu datang ke sini hanya untuk mengobrol dengan ayahmu, tidur sebentar, lalu ke rumah nenekmu itu. Bahkan kamu lebih banyak tinggal di rumah Giandra dibandingkan pemiliknya."

"Aku bisa karena aku meminta izin dan Giandra mengizinkan. Setidaknya aku tahu diri dan tidak memanfaatkan kebaikan Giandra."  Rayan menekankan ucapannya dan membuat Kanista memberikan tatapan sinis.

"Lagipula anak itu akan tinggal sama suaminya, buat apa dia butuh rumah. Dua dengan propertinya di Alam Sutera."

"Memangnya kalau sudah punya suami, Giandra tidak boleh punya properti atas nama sendiri dan bisa ia pergunakan sesuka hatinya?"

Merasa bahwa pembicaraan Kanista dan Rayan ini sudah terlalu panas, Andhika langsung menahan Kanista dari memberikan Rayan respon lainnya. "Kanista, Rayan ... sudahlah. Lagipula semalam Rayan sudah mengatakan padaku untuk pergi ke rumah sakit."

Sebelumnya Alya asyik memakan telur dadar dan sosis sapi pun langsung mendongakkan kepala dan melirik Rayan. "Kamu mau antar mama check up?" tanya Alya.

"Tidak. Aku ke rumah sakit untuk menjenguk Mas Nicholas. Ia menjadi korban tabrak lari, jadi aku ingin melihat kondisinya bersama mama dan Mba Yaya." Rayan mengkonfrimasi dan muncul beragam reaksi terkejut dari anggota keluarga Pradana. Sementara Raka ikut menampilkan ekspresi prihatin terbaik yang bisa ia perlihatkan.

"Nicholas kenapa?" tanya Akbar sembari mendenyit.

"Tabrak lari. Korban kecelakaan lalu lintas di Sudirman itu Nicholas. Ya Allah benar-benar kasihan sekali."

"Kamu tahu dari siapa?" Lagi-lagi Alya bertanya dengan perasaan khawatir.

"Pak Remus mengabari Mama Frida. Kondisinya tidak parah, tapi dia membutuhkan waktu untuk penyembuhan—terutama lehernya yang cedera."

Jadi dia tidak mati? Raka membatin saat ia mendengar ucapan Rayan. Menampilkan ekspresi yang sedikit terkejut.

Nilam menyadari ada ekspresi janggal dari raut wajah Raka, akan tetapi Nilam memilih untuk mengamati sekitar. Sebenarnya Nilam juga mengetahui detail kecelakaan Nicholas dari Andrew, yang menceritakan langsung pada Nilam, dan memilih untuk menahan diri dari membocorkan detail.

"Tetapi belum ada yang memberitakan, bukan?" gumam Raka. 

Dengan cepat, Nilam langsung membuka ponsel dan menunjukkan berita yang ia baca. Berita terkait kecelakaan yang menimpa Nicholas yang rilis pertama kali dari perusahaan media besar di Indonesia. "Menurutmu ini apa?"

Mobil Pejabat Kementerian Terlibat Kecelakaan di Jakarta, Satu Orang Cedera

Kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (1/8/2026). Korban, pria berusia 29 tahun, mengalami cedera dan dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Sementara polisi masih melakukan pencarian terhadap pengemudi, yang menurut oleh saksi, membawa mobil sedan berwarna hitam dengan plat merah.

Sialan. SIALAN. TIDAK MUNGKIN MEREKA BERANI MENYEBUT NAMAKU—aku bisa menenggelamkan beritaku dan Clara dari wartawan gosip agar tidak masuk kanal berita MANAPUN. Oke, aku tidak bisa mengendalikan netizen karena mereka selalu cepat, namun para wartawan itu tak akan berani untuk menyenggolku soal kecelakaan ini. Raka membatin sembari mencerna isi berita dan mengembalikan ponsel pada Nilam.

"Tetapi, 'kan, dari berita ini saja masih ngawang? Belum jelas siapa pelakunya? Apakah berani media menyebut nama instansi? Nama korban saja tidak disebut." Raka berusaha untuk memberikan agrumen.

"Memangnya penting mengekspos identitas korban? Semua netizen lebih ingin mengekspos pelaku. Apalagi pelakunya adalah seorang pejabat di kementerian—Ayah tak akan ambil resiko untuk mempertahankan eksistensi pelaku."

"Well, Ayah sependapat dengan Nilam. Ini juga terkait dengan kredibilitas Ayah sebagai presiden jika Ayah masih mempertahankan kriminal sebagai pejabat di kabinet," ucap Andhika yang melirik ke ponselnya dan memutuskan untuk beranjak dari meja makan setelah menghabiskan sarapannya, "jangan ada yang ganggu Ayah malam ini. Ayah ada agenda pribadi."

✮⋆˙

"Seharusnya kau lebih berhati-hati dengan Nilam! Mulut anak itu berbahaya dan dia tidak pernah asal bicara."

Begitu Andhika, Rayan, serta Akbar dan Alya sudah pergi dari rumah, Kanista pun langsung menarik Raka menuju lorong dekat perpustakaan. Dengan kasar, Kanista membuang tangan Raka dan menatapnya.

"Mengaku padaku, kamu, 'kan, yang menabrak Nicholas?!" tanya Kanista dengan nada tinggi dan mulai menunjuk Raka, tepat depan hidungnya.

Tahu Kanista mulai mengancamnya, Raka memajukan tubuhnya dan menatap Kanista dengan tajam. "Sekarang kau peduli dengan anak itu?"

"JAWAB AKU, SIALAN!"

Bentakan Kanista membuat Raka tersenyum dengan menaikkan sudut bibirnya. Ia tidak memperlihatkan ekspresi cemas dan ketakutannya, ia malah memperlihatkan Raka yang seperti biasa.

"YA! AKU YANG MENABRAKNYA. DIA DI SANA DAN AKU MENABRAKNYA—TENTU SAJA ITU MOMENTUM YANG BAGUS DAN SEMPURNA UNTUKKU!" 

Kanista duduk dengan lemas pada salah satu sofa. Respon Raka baru saja memberikannya reaksi terkejut dan tak percaya, meskipun Kanista sendiri sudah menduga hal itu akan terjadi. Kanista hanya tertawa dengan sinis.

"Kau tahu, aku butuh waktu untuk menyingkirkan semua hal yang menghalangiku secara perlahan dan seakan-akan semuanya terjadi secara natural. Beraninya kamu menabrak Nicholas DENGAN MOBIL DINAS DARI MENTERI YANG PERGI KE LUAR NEGERI? KAMU INI TOLOL ATAU GIMANA?!" 

Mereka saling berpandang. Tampaknya Kanista sudah tahu lebih banyak terkait dengan kecelakaan yang melibatkan Raka dan Nicholas, akan tetapi, Kanista sudah tahu sejauh itu dan membuat Raka sedikit terkejut.

"Aku melakukan ini agar aku bisa bersama Giandra."

Pendengarannya Kanista memang tak salah, Raka masih beralasan bahwa ia begitu menginginkan Giandra dan mengira bahwa menyingkirkan Nicholas adalah cara yang efisien. Hanya saja, semakin lama, maka Raka semakin memperlihatkan kebodohannya sendiri. "Giandra ... Giandra ... BANGUN RAKA! KAMU TAK HANYA BODOH, TETAPI JUGA MERUSAK DIRIMU SENDIRI. Kamu tahu, 'kan, kalau kamu diincar oleh publik atas semua huru hara yang menyeramkan itu dan, sekarang, kamu tampaknya tak berpeluang untuk melangkah di 2029 nanti. Apalagi dengan ucapan Andhika saat sarapan tadi ... semestinya membuatmu berpikir untuk langkah selanjutnya."

Tentu saja ucapan kanista membuat Raka terdiam dan bungkam untuk sementara. Sekarang, Raka ikut duduk bersama Kanista di sofa tersebut dengan perasaan lelah.

"Kamu benar-benar tidak bisa ditolong lagi, Raka." Kanista melanjutkan ucapannya dan melirik sejenak pada Raka.

"Aku tidak peduli. Sekarang aku ingin ke tempat Giandra. Aku ingin melihatnya," ucap Raka yang tampak sudah mengabaikan apapun yang sudah dikatakan oleh Kanista.

"Percuma—tidak ada orangnya." Kanista berujar sembari membuka ponselnya. Ia melihat update terbaru yang baru saja dirilis dan meramaikan media sosial. "Lebih baik kamu pikirkan cara untuk bertahan selama beberapa hari."

Wanita itu langsung memberikan ponsel kepada Raka dengan tampilan dari akun X yang telah ditangkap layar (tampaknya Kanista mendapatkannya dari seseorang). Lelaki itu dengan pasrah mendongak dan melotot. Kemudian, ia mengubah posisi duduk untuk membaca keseluruhan dari media sosial tersebut secara keseluruhan.

(at) mengobrolajasih: RAKA PURNOMO GILA ... KORUPSI, PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN, CHEATER, ZIONIST SUPPORTER, SAMPAI PERCOBAAN PEMBUNUHAN ... SEMUANYA AJA DIBORONG GILAAAAAAAAA.

(at) mingyudenpasar: setan lihat raka purnomo kayaknya auto bilang "dah lu aja yang kerja, gua resign."

Saat Raka mencoba untuk membaca apa yang ada di media sosial tersebut, Raka melongo karena netizen mulai mengkaitkan dirinya sebagai pelaku penabrakan yang melibatkan Nicholas—yang bahkan belum ada statement resmi dari media.

Tanpa Raka dan Kanista sadari, ternyata Rayan sudah mendengarkan percakapan yang mengerikan itu sejak awal. Ia sudah merekam semua percakapan tersebut melalui gawai miliknya. 

Rayan sudah memiliki banyak sekali bukti kejahatan Raka, bahkan ia juga mendapatkan bukti percakapan Raka dengan Nicholas, dari lelaki malang itu. Menurut Rayan, Raka adalah orang yang sudah lama hidup bagaikan hama dan menampilkan citra baik pada keluarganya. Tak butuh waktu lama, Raka langsung mengirim rekaman itu pada ayahnya.

Kamu akan selesai, Raka. Meskipun keluargamu adalah keluarga yang bermartabat, tetapi kamu tetaplah manusia yang hina. Kurasa aku tahu kamu mendapatkan bagian tersebut dari siapa. Rayan membatin. Tersenyum tipis sembari meninggalkan tempatnya.

TBC

Published on November 28, 2024

nas's notes: aku berikan part bonus, ya!

✮⋆˙

Dibandingkan turun dari depan pintu rumah sakit seperti kebanyakan pejabat, Andhika meminta supirnya untuk memarkirkan mobil pribadinya di area basement. Saat supir sudah mendapat tempat parkir yang bagus, Andhika pun turun dan berjalan sedikit ke Mercedes Benz berwarna hitam. Saat Andhika membuka pintu depan, ia melihat sosok pria bertubuh tinggi sedang duduk di kursi pengemudi.

"Remus!" Andhika menyapa saat wajah asia dengan kacamata tersebut menoleh padanya. Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan."Bagaimana Nicholas?"

"Andhika," sapa Remus singkat sembari menjabat tangan Andhika dengan erat, "untungnya hanya cedera saja. Tadi anakmu, Rayan, datang menjenguk."

"Ya, tadi Rayan mengatakan kalau dia akan datang bersama neneknya." Andhika berujar. Matanya langsung melirik ke sekitar untuk memastikan tidak ada sosok familiar atau orang asing lainnya. "Sebenarnya niatku malam ini untuk menjenguk Nicholas, tetapi aku mendapat kiriman menarik dari Rayan. Mungkin kamu harus tahu juga."

"Iya, kenapa?" 

Mata Andhika menatap lawan bicaranya dengan dalam. Setelah sebelumnya menjeda ucapannya untuk mengawali pembahasan terkait apa yang ia temukan. "Raka Purnomo mengaku kalau dia menabrak anakmu. Kita bisa dengarkan rekaman dan, untuk motifnya, Rayan mendapatkan rekaman lainnya yang berkaitan dari Nicholas."

"Nicholas?" Remus berujar dengan perasaan tidak percaya. Namun, ia memilih untuk mendengarkan rekaman tersebut. "Boleh putar rekamannya?"

Andhika memutar rekaman tersebut dari ponselnya. Mereka mendengar bagaimana Raka dan Kanista yang berselisih soal kecelakaan Nicholas. Mereka juga mendengar bagaimana Raka meminta secara terang-terangan kepada Nicholas untuk mendekatkan dirinya dengan Giandra. Bahkan Andhika juga menjelaskan bagaimana situasi Raka saat ini dengan label KKN yang menempel bak label tubuh.

Tak disangka, ternyata apa yang tadi Remus bahas bersama Rania dan Marco pun berkaitan dengan apa yang diperoleh dari Andhika. Awalnya, mereka masih mencurigai Raka berdasarkan bukti serta pengakuan Marco yang melihat lelaki itu di Dharmawangsa. Akan tetapi, setelah mendengarkan keseluruhan dari rekaman, Remus dapat menyimpulkan bahwa motif Raka yang sebenarnya hanya untuk menyingkirkan Nicholas, yang sudah bertunangan dengan Giandra.

"Menyeramkan sekali." Remus berujar singkat. "Kamu akan meminta kejagung untuk mencekal dia, Andhika?"

"Tentu saja. Akan aku minta Kapolri dan Ketua KPK untuk mengeluarkan pencekalan terhadap Raka," balas Andhika, "aku juga akan menangani Raka dengan caraku."

Remus hanya tersenyum. "Aku sudah katakan pada Rayan agar tidak memberitahu Giandra. Giandra akan operasi dan aku tidak ingin Sura tahu kecelakaan Nicholas dari Giandra atau siapapun. Anak itu akan menanyai Giandra jika tidak ada yang beres."

"Itulah yang membuat Rayan mengirimkan langsung bukti yang Giandra dapatkan padaku," ujar Andhika, "operasi ke Jerman?"

"Ya."

Andhika mengangguk. "Aku akan mengurus Raka untukmu, lagipula sudah saatnya aku menyingkirkan Raka. Namun, aku ada permintaan untukmu."

"Silahkan," balas Remus singkat.

"Tolong buatkan janji temu dengan tukang jahitmu di Inggris. Aku ingin memesan jas yang bagus."

Remus mengira dirinya harus kembali ke kabinet atau menjadi komisaris BUMN seperti pejabat lainnya, tetapi ia hanya tertawa ringan saat mendengar permintaan Andhika. "Boleh saja," ujar Remus singkat.

"Aku serius. Aku sulit mendapatkan janji temu di sana," ucap Andhika. 

"Iya, Andhika. Itu gampang."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top