28. Thaumaturge
nas's notes: hi again! aku update di tgl satu september, semoga septembernya berjalan dengan baik. oiya, jangan lupa vomments-nya, terus juga kalau baca pakai mode offline, please nyalain dulu terus vote dan matikan lagi.
terima kasih banyak dan selamat membaca! xx
.
.
.
Percakapan pukul 11 malam waktu Jakarta antara Nicholas Wiradikarta dengan Andrew Karel.
AK: KENAPA TELEPON MALAM-MALAM, KOCAK???
NW: Aku mau announce!
AK: Kalau bukan soal Giandra, lebih baik tidak usah.
NW: Aku udah confess sama Giandra terus sekalian aku lamar dia. Sayangnya proposal-nya harus remedial.
AK: Selamat, Nicky! Kenapa lamaranmu remedial?
NW: Cincin buat propose Giandra jatuh di ruang kerja ayahku.
AK: HAHAHAHAHAHA GIMANA, SIH?!
AK: Sekalian dibuat acara aja, sih, Nicky.
NW: KAMU SAMA SAJA SEPERTI AYAHKU.
AK: LOH IYA. BIAR SEKALIAN MAKAN-MAKANNNN.
AK: Terus apa lagi?
NW: Aku ciuman.
AK: Di mobil?
NW: Di rumahnya. Itu saja karena Giandra meyakinkan aku kalau rumahnya memang sepi. Bahkan Giandra sebelum ciuman saja sudah mengganti pakaian dan menyiapkan dirinya.
AK: Awwww ... ciuman kalian berlangsung selama sepuluh menit seperti sebelumnya?
NW: Lebih!
AK: Oke, jangan diceritakan berapa lama karena aku tahu pasti kalian melakukannya lamaaaaaa sekaaaaliiiiiiii.
NW: Ya, tentu saja.
AK: Target nikahnya berapa bulan lagi?
NW: Tunggu, ya, aku harus bicarain ini sama calon istriku.
AK: Sekarang sudah calon istri ... ok, sahabat.
AK: Mulai sekarang nonton F1 sama calon istrimu yang fans McLaren itu.
NW: Giandra fans Mercedes!
.
.
.
Jakarta, Indonesia
Mid-June 2026
Akhirnya Raka Purnomo membulatkan tekatnya untuk mendatangi seorang dukun yang tinggal di daerah Glodok. Keluarga dari dukun ini adalah dukun yang sudah dipercaya oleh para pejabat, selebriti, pebisnis, hingga orang-orang yang ingin sekali menjadi kaya sejak zaman Hindia Belanda. Sekarang yang meneruskan suksesi perdukunan ini adalah seorang dukun generasi ketiga yang bernama Puan.
Raka mendatangi Puan bukan tanpa alasan. Saat ia melihat Nicholas yang keluar dari rumah Giandra dan disapa dengan hangat oleh Rayan di gerbang depan, sebenarnya membuat Raka cukup jengkel. Raka sudah menduga bahwa Nicholas tidak akan membantunya untuk mendekatkan Giandra padanya.
"Tolong dekatkan saya dengan wanita ini. Bisa juga tambahkan supaya dia mau melihat dan mencintai saya." Raka berujar sembari menunjukkan foto Giandra yang sudah ia cetak dari internet.
Puan hanya membuang muka begitu mendengar permintaan Raka yang terkesan mengada-ada, namun ia mengambil foto dari tangan Raka. "Sebaiknya kamu tahu batasanmu—kamu sama dia ini ciong, lah. Enggak bagus. Kalau kau tetap memaksakan sendiri, kamu yang mati."
"Kalau saya sendiri yang mengejar dan memaksanya untuk menjadi istri saya?" pinta Raka dengan nada memaksa.
Menjadi dukun di era modern ini bukanlah hal yang mudah. Selain ia harus mendengar beragam permintaan yang tak masuk akal, Puan harus membatasi diri dan tidak terlalu manut dengan apapun permintaan kliennya. Tentu saja Puan tidak ingin meninggal seperti pendahulunya atau rekan-rekan sesama dukunnya yang mengalami kejadian anomali.
"Kamu akan mati." Puan menekankan ucapannya. Ia memutar matanya. "Kamu mengejar anak ini seperti tidak ada wanita lain saja."
Tentu saja sebenarnya Puan tak asing dengan wanita muda yang begitu didambakan oleh seorang Raka Purnomo. Wanita yang selalu dibicarakan oleh orang terdekatnya yang merupakan seorang nyonya top dan citra diri dari wanita itu sangatlah bagus.
"Karena saya sudah lama menyukai wanita ini."
Puan menghela nafasnya begitu mendengar kliennya yang tetap memaksa. "Obsesi yang berlebihan itu tidak baik."
Dukun ini tampak tak berniat untuk bekerja, namun keluargaku selama tiga generasi sudah percaya dan mengeluarkan uang banyak untuk bersekutu dengan keluarga dukun sialan ini. Raka membatin dengan perasaan jengkel.
"Kamu itu hanyalah seorang dukun, bukan sarjana psikologi. Berhenti memberikan saya saran ina inu."
"Bukan sarjana, tapi magister psikologi," balas Puan yang meralat omongan Raka yang terdengar meremehkannya, "habis ini saya juga bisa mengatur sesi konsultasi untuk Bapak. Kamu bawa apa yang saya minta di WhatsApp?"
Lelaki itu hanya merogoh kantung dalam dari luaran yang ia kenakan. Ia mengambil sebuah amplop cokelat dan memberikannya pada dukun tersebut dengan pasrah. Raka percaya bahwa isi dari amplop cokelat ini adalah bagian dari permintaan yang ia ajukan sebelum mengunjungi Puan. "Ini."
"Baik, akan saya kabari beberapa hari kedepan," ucap Puan sembari menerima amplop tersebut.
Begitu melihat mobil plat hitam yang membawa Raka Purnomo pergi meninggalkan kediamannya. Puan melihat isi amplop tersebut sembari tersenyum licik dan ia langsung menghubungi seorang wanita melalui panggilan telepon.
"Bu, saya sudah memiliki sampel dari rambutnya Pak Raka. Saya akan pergi ke rumah Ibu atau ke kantor?"
.
.
.
Giandra sendiri kembali mengerjakan pekerjaannya sembari Work From Office. Farhan, rekan kerjanya, menyadari bahwa Giandra tampak senang sepanjang hari. Mereka berdua memutuskan mengerjakan pekerjaannya dari sebuah kedai kopi yang berada di lantai dasar karena Lead team mereka, Mba Gista, sedang business trip ke kantor Forest Green cabang Singapura selama dua minggu.
"Kak Gi, Kakak sudah nonton serial terbarunya Clara Antonia di Netflix?" tanya Farhan pada Giandra disela pekerjaan.
Giandra hanya menggelengkan kepala. "Belum, Han. Bahkan kemarin aku enggak sempat nonton race Formula One. Memang genre serialnya apa?"
"Sci-fi and action. Kalau Kak Gi suka serial yang mirip sama garapannya Joko Anwar, pasti suka pas nonton serial itu." Farhan berujar dan menjeda ucapannya dengan meminum es kopi. "Clara Antonia menurutku cantik, meskipun Labas tetap jauh lebih cantik."
"Labas?" tanya Giandra bingung sembari mendenyitkan dahi.
"Laura Basuki."
"Kukira Lebas—karakter dari serial Gadis Kretek!"
Mereka berdua pun tertawa kecil dan Giandra tampak sudah menyelesaikan pekerjaannya. Farhan menyusul beberapa menit kemudian. Sayangnya, mereka belum memutuskan untuk kembali ke lantai atas dari kantor tempat mereka bekerja karena masih ingin duduk selama sepuluh menit kedai kopi tersebut.
"Kak Gi, tapi aku baca di internet kalau Clara Antonia ini operasi plastik dan menjadi simpanan lelaki kaya, ya?"
Ucapan Farhan tersebut membuat dahinya berdenyit. Giandra yang selalu online di media sosial pun dirasa masih ketinggalan banyak update seputar skandal idol, transfer pembalap, hingga kekisruhan politik. Bahkan Giandra baru membuka media sosial untuk update Snapgram, menanggapi review dari pembaca, hingga membaca berita tentang dirinya dari laman berita Amerika Serikat. Berbeda dengan Farhan yang memiliki kelebihan waktu kosong dan menggunakannya untuk berselancar di media sosial.
"Han, rumor operasi plastik itu sudah ada sejak lama. Padahal pas awal Clara debut, hidungnya proposi dengan wajahnya. Bahkan aku menyadari kalau hidungnya Clara itu seperti mencontek hidungnya Shadira Salih," gumam Giandra yang langsung meminum kopinya yang masih tersisa.
Farhan menganggukkan kepalanya perlahan. "Hidung Shadira Salih dan hidungmu juga, Kak Gi. Dia menambah sesuatu pada hidungnya baru-baru ini."
"Enggak, lah. Hidungku ini tidak ada apa-apanya." Giandra mengatakannya sembari tertawa kecil. "Kalau yang rumor simpanan lelaki kaya itu benar juga?"
"Kurasa dari update Clara di jet pribadi dan perjalanannya di Amerika Serikat beberapa bulan belakangan memang tampak jelas kalau dia peliharaan seseorang—bahkan dia bisa mendapatkan reservasi di Nobu. Tampaknya lelaki yang menjadikan Clara sebagai Gundik ini bukanlah orang biasa."
Wanita itu tampak tersenyum kecil dan pikirannya mulai mengingat apa yang ia lakukan jika ada pekerjaan di Amerika Serikat. "Menarik juga pilihan restorannya. Bahkan aku sendiri baru bisa ke Nobu bersama penerbitku di US. Memangnya siapa lelaki itu, Han?"
"Ini rumor simpang siur, Kak, namun ada yang bilang Clara itu dekat sama Hamdi Hassan. Yang lebih liar lagi, kemungkinan rumornya itu mengarah ke Wamenparekraf."
Mendengar jawaban dari Farhan, Giandra langsung menelan air liurnya dan melirik ke arah layar laptopnya. Ia mulai menyadari bahwa ia sedang dicari oleh seorang C-Level melalui email.
"Oh, shit, Han, aku harus ke atas sekarang," ucap Giandra yang langsung menutup laptop dan membereskan barang-barangnya dari meja kedai tersebut.
TBC
Published on September 1st, 2024
nas's notes: terima kasih untuk 19k views-nya! aku berikan bonus, deh.
.
.
.
Jakarta, Indonesia
Mid-June 2026
"Bagaimana bisa ceritanya kamu mendapatkan rumor sampah bersama selebriti lagi, Hamdi Hassan?!"
Rania Airlangga-Hassan hampir saja mengamuk setelah ia mendengar rumor soal kedekatan putranya dengan aktris Clara Antonia. Sebenarnya Clara pun bukan aktris yang buruk, namun Keluarga Hassan menyarankan agar anak-anaknya tidak menjalin hubungan dengan sembarang orang.
"Sepertinya ada yang salah dengan wetonnya Hamdi, Bu," ucap seorang wanita yang duduk bersama Rania. Matanya mengamati Hamdi yang berdiri di depan Rania sejak ia masuk ke ruangan tersebut.
"Aku lahir di Jumat Kliwon, Bu Puan."
Wanita yang dipanggil Puan itupun hanya tersenyum dan menoleh pada Rania. "Hamdi harus puasa weton atau sekalian ruwatan—Hamdi ini selalu sial karena wetonnya, terutama jika dikaitkan dengan perempuan."
Mendengar ucapan Puan, Rania pun menghela nafas. Perkataan wanita yang sudah lama bekerja sebagai dukun (dan psikolog) itu tidak ada salahnya. "Kita bicarakan Hamdi di lain waktu, Puan." Rania tampak mengatur nafas dan ia melirik lagi ke arah anak lelakinya. "Bereskan sendiri masalahmu. Mau kamu klarifikasi atau menuntut penyebar rumor, ya silahkan. Pokoknya Mama tidak mau lihat rumor itu besok pagi. Silahkan keluar dari sini."
Lelaki itu hanya menundukkan kepalanya dan keluar dari ruangan sang mama dengan perlahan. Dua wanita itu hanya bertukar pandang. "Dimana rambut Raka Purnomo?"
Mendengar permintaan Rania, Puan pun langsung merogoh Hermes Birkin berwarna putih dan menyerahkan sebuah amplop kepada Rania. "Ini, Bu."
"Terima kasih banyak, Puan. Aku akan mengirim rambut Raka ke lab."
"Aku akan membuat alibi jika bajingan ini datang ke kediamanku," respon Puan sembari mengambil tehnya. Ia pun mulai mendenyitkan dahi, "dia mengincar Giandra dan dia memaksa."
Hampir saja Rania melotot dan kehabisan kata-kata begitu ia mendengar ucapan dari Puan. "Tak habis pikir. Dia memang sudah gila."
"Percaya padaku, Bu, Raka akan habis jika dia berbuat lebih jauh."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top