25. Clandestine

nas's notes: hi again! aku drop part 25 untuk hari ini, jadi tolong vote dan comment-nya. yang part sebelumnya belum vote atau comment, boleh vomment dulu yaaak! yang bacanya offline juga boleh nyalain dulu kuotanya terus vote dan matikan lagi.

terima kasih dan selamat membaca!!

Jakarta, Indonesia
Mid-June 2026

"Gi, apakah kamu suka dengan kuenya?" tanya seorang wanita dengan iris hijau kebiruan saat melihat Giandra mencoba satu potong strawberry cheesecake.

Giandra mengangguk dengan perasaan senang. "Suka, Aunty Ingrid!"

Begitu sesampainya di Jakarta, Remus Wiradikarta dan Ingrid Ehrlich langsung mengajak Giandra untuk bertemu. Atas rekomendasi dari putri bungsunya, Sura, Ingrid langsung menginisiasi janji temu di salah satu kafe yang berada Jakarta Selatan. Anak lelaki satu-satunya, Nicholas, juga turut hadir, namun Nicholas mengabari kalau ia akan datang terlambat.

Ingrid terlihat memandangi Giandra dengan matanya yang berbinar. Mengetahui fakta bahwa anak lelakinya ingin langsung menikahi Giandra, ia terpikir untuk menanyakan Giandra soal Nicholas. "Kamu juga suka sama Nicky, ya?"

"Yup! Kakak Nicky baiiiiik sama aku. Gentleman, Dia enggak pernah kasar, kalau apa-apa juga nanya aku dulu, kalau aku ada salah di tulisan aku juga negurnya baik, terus orangnya juga perhatian sama orang lain—bahkan beberapa keluargaku bisa kenal dan dekat sama Kak Nicky." Giandra berkata dengan santai saat ia memakan kuenya, namun ia menyadari bahwa ucapannya sudah terlalu jauh dan Ingrid pun hanya tersenyum lembut. "Aunty Ingrid ... maaf, aku kelepasan bicara ...."

Ingrid pun tertawa kecil dan mengenggam tangan Giandra dengan erat. "That's fine, My Dear."

Sementara Remus hanya mendengarkan dan, lagi-lagi, ia mencoba untuk menampilkan kekurangan anak lelakinya (yang sebenarnya di luar nalar). "Tapi Nicholas suka kesandung atau kepentok kaki meja. Kamu enggak masalah, 'kan, Gi?"

Giandra menganggukkan kepalanya sembari tersenyum kecil. "Bahkan Kak Nicky sering menabrak kusen pintu di rumahku dan aku enggak masalah."

Mereka pun tertawa dan kembali memakan kue yang sudah dipesan. Sebenarnya suasana di kafe itu tak terlalu ramai karena jam sudah menunjukkan pukul dua. Biasanya banyak orang yang baru keluar rumah lebih sore sekitar pukul empat untuk melanjutkan aktivitas di akhir pekan.

"Gi, Kamu sendiri mau menikah sama Nicholas, enggak?"

Pertanyaan dari Remus itulah yang membuat Giandra mengangkat wajahnya dari kue yang sedang ia makan. Ingrid pun mengamati reaksi dari wanita muda yang duduk di hadapannya. Butuh jeda agak lama dari pertanyaan Remus ke tanggapan yang akan diberikan oleh Giandra. Wanita itu membutuhkan beberapa detik untuk menjawabnya.

"Kak Nicky sendiri memangnya mau menikah sama aku?"

Jantung Ingrid terasa seperti ingin lepas begitu ia mendengar tanggapan dari Giandra. Ia tahu bahwa Nicholas belum mengatakan apapun—apalagi melamar Giandra. Sementara ia melirik pada wajah Remus yang tampak terkejut. Sebenarnya pernyataan Giandra bukan jawaban ya atau tidak, namun menegaskan bahwa Giandra belum tahu kalau Nicholas, anak lelaki mereka, ingin menikah dengan wanita muda itu.

Namun, Remus memandang Giandra. Ia seperti melihat situasinya dengan Ingrid sebelum mereka menikah. Untuk soal personal dan kariernya, Giandra memang selalu percaya diri, namun untuk asmaranya, Giandra belum tahu banyak. Begitu juga dengan Nicholas.

"It's a fact, but Nicky never had a date with someone. Itu karena aku memintanya untuk mengutamakan kariernya sejak dia memutuskan untuk berpindah karier. Bahkan aku tidak pernah mendengar dia jalan berdua dengan perempuan selain adikknya dan kamu." Remus tampak menjelaskan kepada Giandra apa yang dialami oleh anak lelakinya menurut pengamatannya.

Giandra mengangguk dan menundukkan wajahnya. Pikirannya mengingat kembali situasinya bahwa ia menyukai Nicholas dan ia tahu bahwa Nicholas menyukainya, namun ia membutuhkan pernyataan dari mulut lelaki itu.

"Aku sama seperti Nicky," gumam Giandra singkat yang membuat Ingrid berinisiatif untuk menggenggam jemari Giandra hanya untuk menyemangatinya.

"Ayah, Bunda, dan Gi!"

Seorang lelaki muda yang menghampiri meja mereka bertiga berhasil memotong pembahasan. Nicholas langsung mengambil tenpat duduk di sebelah Giandra dan melihat raut wajah mereka bertiga. "Ayah dan Bunda sudah selesai mengobrol dengan Giandra? Aku ingin mengajak Giandra pergi."

Remus yang sedang meminum tehnya tampak mendenyitkan dahinya. "Well, silahkan, tapi Giandra mau pergi sama kamu, enggak?"

Nicholas langsung menatap Giandra dengan iris hijau kebiruan miliknya yang tampak berbinar dan tersenyum. "Gi, kamu mau pergi sama aku, enggak? Nanti aku belikan kamu froyo."

"Terdengar seperti kamu sedang membujuk balita untuk pergi ke PIM bersamamu, Nicky." Remus menanggapi ajakan Nicholas pada Giandra yang terdengar seperti ayah yang membujuk anak balitanya.

Lelaki itu hanya tertawa mendengar tanggapan dari ayahnya. "Giandra memang anak kecil."

"Kalian memangnya mau pergi ngapain? Berkencan, kah?"

Wajah Nicholas tampak memerah begitu mendengar pertanyaan dari bundanya, namun Giandra hanya tertawa pelan. "Kita mau riset kecil-kecilan dulu, Aunty!"

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Nicholas langsung menggandeng Giandra menuju bioskop. Lelaki itu ingat bahwa Giandra ingin sekali menonton film, sayangnya film yang diputar di bioskop tak ada yang menarik perhatian mereka berdua. Mereka memilih untuk membeli frozen yoghurt di lantai dasar—sesuai dengan janji Nicholas saat mengajaknya pergi depan orang tuanya.

Giandra menunjuk beberapa topping untuk mendampingi froyo-nya seperti strawberry, cookie dough sauce, dan cereal. Sembari menunggu froyo-nya siap, Nicholas pun melirik pada Giandra.

"Riset apa yang kamu maksud, Gi?" tanya Nicholas sembari mengambil froyo dari penjual dan memberikannya pada Giandra.

"Iya ... kencan kita," gumam Giandra sembari mencicipi froyo-nya dan pipinya pun tak bisa menahan rasa salah tingkahnya, "aku belum berani bilang kalau kita berkencan. Toh, ini juga untuk riset ceritaku."

Lelaki itu tampak menahan tangan Giandra agar menghentikan langkah kakinya yang tak sadar berjalan cepat—terutama sembari menikmati makanannya di jalan. "Aaaa Giandra suapi aku!"

"Enggaaaaak!"

TBC

Published on August 27th, 2024

nas's notes: karena sudah part ke 25, aku berikan bonus yaak!

.


.


.

Nayantara Sura:
Biii.

Fabian Hafiyyan:
Yes Liebchen?

Nayantara Sura:
Aku ada teh.

Fabian Hafiyyan:
Kan.
Mulai.
Ada apa ini?

Nayantara Sura:
PLEASE JANGAN JUDGE DULU
Ini seru!

Fabian Hafiyyan:
Enggaaaaaaak.

Nayantara Sura:
Ini teh soal Kak Nicky!

Fabian Hafiyyan:
HAH KENAPA KAK NICKY?!

Nayantara Sura:
Kan.

Fabian Hafiyyan:
Eh sumpah soalnya aku enggak pernah dapat teh soal Kak Nicky.
Sayangku, ayo spill kamu ada teh apa?

Nayantara Sura:
Kak Nicky ternyata naksir sama sahabatku sendiriiiii!!!
Dia sudah chat aku untuk minta dijodohkan dan hari ini mau confess!!

Fabian Hafiyyan:
Sama Shadira apa Kanaya?

Nayantara Sura:
NOOOOOOOOOOOOO.

Fabian Hafiyyan:
SAHABATMU BANYAK.
Aku juga termasuk sahabatmu yang berhasil jadi kekasihmu.

Nayantara Sura:
Kak Nicky naksir sama Giandra!

Fabian Hafiyyan:
Giandra ini ... cowok?

Nayantara Sura:
Astaghfirullah.
Giandra sahabatku.
Giandra Euphrasia.
Ini antara aku yang udah lama enggak cerita ke kamu soal dia atau kamu sendiri yang lupa.

Fabian Hafiyyan:
OOOOOOHHHHH.
Sepupu Rayan yang karyanya kena plagiasi—dulu rame banget di medsos, 'kan, dan plagiator-nya mundur dari dunia kepenulisan karena dituntut sama Giandra.
Well deserve soalnya penerbit si plagiator ini sudah menerbitkan beberapa buku Julian Ramadhan yang hasil terjemahan Indonesia dan cover-nya itu jelek banget.
Melihat penerbit itu sudah disrespect Julian Ramadan dan karyanya, rasanya pantas penerbit itu kena karma melalui Giandra.

Nayantara Sura:
Iyaaa betul.
Nah iya lanjut ....
Kak Nicky itu naksir sama Giandra, namun Kak Nicky itu enggak bisa confess.GIANDRANYA JUGA NAKSIR SAMA DIA.TAPI SELAMA INI DIA ENGGAK PERNAH SEBUT SIAPA CRUSH-NYA.

Fabian Hafiyyan:
Jangan bilang kamu sudah kata-katain crush-nya Giandra sebelum kamu tahu ternyata yang dimaksud itu Kak Nicky sama Giandra ... saling suka?!

Nayantara Sura:
Iya ....

Fabian Hafiyyan:
Kok bisa?!?!?

Nayantara Sura:
Giandra enggak pernah kasih tahu namanya.

Fabian Hafiyyan:
Dia sungkan, kah?

Nayantara Sura:
Iyaaa.
Padahal kalau Giandra mau kasih tahu namanya, sudah pasti aku akan menghujat siapa lelaki yang menggantungkan perasaannya itu.

Fabian Hafiyyan:
Iya juga sih.
Tapi Giandra ini ada yang naksir, enggak, sih?
Karena aku ingat Rayan pernah cerita kalau sepupunya ini nolak lelaki.

Nayantara Sura:
Iyaaaaaa tapi gimana ya, Bi.
Giandra sendiri juga sudah menolak seorang Adipati Jawa dan pengacara kondang cuman untuk Nicholas Wiradikarta yang enggak pekaan dan lama confess-nya itu.
Mana kedua orang itu juga temannya Kak Nicky.

Fabian Hafiyyan:
HAAAAAHHHHHH.
Coba dibuat perbandingannya.
Siapa tahu aku bisa memaklumi kenapa Giandra memilih Nicholas daripada dua orang lainnya itu.
Sura?
Sayaaaang.
Halooooo?
Yah, kayaknya aku ditinggal tidur.
Liebchen?
Beneran tidur ini, ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top