15. Nine-To-Five

nas's notes: sebenarnya part ini berasal dari few tweets aku di akun x (at) gemeinschweft yang aku publikasi dalam dua part, namun semua part di few tweets aku adjust dan fokus ke kondisi serta reaction dari rl karakter (karena few tweets fokusnya ke chat sama twitter saja).

aku juga pernah dapat pesan anonim lucu di tellonym karena few tweets tersebut dan, tentu saja, sangat mengegerkan buat aku karena beneran marah-marah ke nicky (ini aku ingat terus sampai sekarang, makanya aku ungkit lagi disini wkwk).

(ini sudah kujawab di tellonym, tapi aku ss sampai reaction sendernya biar fokus ke reaction lucu ini. kalau kalian mau memberikan reaction secara brutal, boleh klik link tellonym yang ada di bio aku, ya)

terus juga tolong diramaikan lapak aku yang di twitter. boleh follow juga karena aku suka announce update di pinned bawah dan juga tiba-tiba upload one tweets.

(dia yang punya lapak, tapi dia yang ramein sendiri)

jangan lupa vote dan comments-nya. kalo kalian biasa baca offline bisa dinyalain dulu bentar kuotanya terus vote dan matiin lagi. udaaaaah!

terima kasih banyak dan selamat membaca!!

Nicholas Wiradikarta:
Adeeeeeeeek
Tolong jodohkan aku dengan sahabatmu.

Nayantara Sura:
Boleeeehhh
Kriterianya apa saja?

Nicholas Wiradikarta:
Kriterianya hanya satu.
Giandra Euphrasia Anindyaswari Soerjapranata.

Nayantara Sura:
HAHHHH
Kakak minta aku jodohin kakak sama Giandra?
Sejak kapan kakak suka sama Giandra?
SEJAK KAPANNNN????

Nicholas Wiradikarta:
Iyaaa adek tolong, ya.
Aku sudah suka sama Giandra sejak lama.

Nayantara Sura:
Ini beneran enggak, sih?
Takutnya ini tipu muslihatmu.
Bukannya kakak sudah sering jalan berdua sama Giandra?
Maksudku, kenapa kakak enggak coba PDKT sendiri?

Nicholas Wiradikarta:
BENERAN.
Cuman, Giandra masih suka sama crush-nya itu. Giandra enggak cerita banyak, namun sudah jelas crush-nya memang sejelek itu. Aku enggak berani.

Nayantara Sura:
Slr, aku habis call sama Andrew.
Kakak tahu dari siapa?

Nicholas Wiradikarta:
Maaf baru balas, aku baru sampai hotel dan mandi.
Siapa lagi kalau bukan Gibran?
Gibran menceritakan semuanya pada Andreyka dan aku mendengar sedikit.

Nayantara Sura:
CRUSH-NYA GIANDRA MEMANG PAYAH BANGET.
Lelaki itu hanya bisa ngajak jalan, tapi enggak bisa confess. Padahal Giandra juga bilang kalau mereka sudah satu visi misi.
Aku sering bilang kalau aku bakal cariin crush yang lebih oke. Pasti ada banyak, kok, yang suka sama Giandra, cuman mereka diem aja.

Nicholas Wiradikarta:
Kamu tahu siapa crush-nya?

Nayantara Sura:
Giandra enggak sebut nama, tapi dia sebut pekerjaan crush-nya.
Diplomat.

Nicholas Wiradikarta:
KAGET.
DIPLOMAT APA???

Nayantara Sura:
Biasa aja capslock-nya.
Diplomat from MoFA.
Memang, sih, diplomat di Indonesia banyak, TAPI SIAPA???

Nicholas Wiradikarta:
Hooooooh.
Siapa tahu diplomat yang disukain Giandra memang jelek.
Penasaran. Aku mau cari tahu, ah.

Nayantara Sura:
Enggak usah. Biarkan saja.
Biasanya lelaki jelek kalau disukai sama perempuan cantik malah tidak tahu diri.
Terlepas dari kerjaannya, kalau emang lelaki cinta sama seorang wanita, pasti dia bakal confess dan mengusahakan uang sebanyaknya untuk menikah.
Percuma milyader, tapi pelit sama wanitanya.

Nicholas Wiradikarta:
Ketikanmu jahat.

Nayantara Sura:
Ini belum seberapa.

Nicholas Wiradikarta:
Jadi kamu mau bantuin aku atau enggak?

Nayantara Sura:
Iyaaaaaaaa.
Lagipula mendingan kamu daripada crush-nya itu, Kak.
Lagipula kenapa Giandra suka lelaki yang enggak mau bangun komitmen sama dia.

Sumpah ... Aku baru tahu kakakku naksir sama Giandra. Aku tahu mereka sering jalan berdua, namun aku tidak pernah melihat tanda-tanda ketertarikan antara kakakku yang lugu dan sahabatku yang terlalu ambisius. Dua orang yang pacaran saja belum pernah, padahal tidak ada yang melarang ... Aku lebih suka jika situasinya seperti ini—aku bisa merayu Giandra dibandingkan pikiranku mencoba membayangkan sebrengsek apa crush-nya Giandra yang tidak ada gunanya dan tidak peka itu. Sura berbicara dengan dirinya sendiri sembari menutup ponselnya dan kembali memakan biskuit cokelat yang ia taruh di nakas samping kasur.

.


.


.

Jakarta, Indonesia
Mid May 2026

"Giandra Soerjapranata?"

Giandra dan Farhan yang baru berjalan menuju lobi bawah pun menghentikan langkah mereka berdua. Mata mereka dapat menangkap sosok seorang lelaki misterius pemilik sumber suara. Lelaki tersebut mengenakan pakaian serba hitam dan jaket kulitnya memberikan kesan mengintimidasi. Mata Giandra melirik ke mobil sedan pabrikan Mercedes-Benz yang terparkir di depan lobi gedung Forest Green dengan seorang sopir yang menunggu di luar.

"Ya, dengan saya sendiri."

Farhan tak mengedip, namun ia mendekatkan kepalanya dan berbisik pada Giandra. "Ini orang yang mencarimu, Kak."

Giandra kembali menatap pria tersebut dengan perasaan curiga. "Apakah ada yang salah?"

"Anda harus ikut saya. Kehadiran anda sedang dinantikan oleh bos saya." Lelaki berjaket kulit tersebut memintanya dan Giandra menatapnya dengan datar.

Sayangnya, ia tahu pasti kalau sampai Giandra tak merespon, lelaki ini akan kembali ke kantornya untuk mencarinya. Kemungkinan terburuk, ia akan dibawa paksa saat bekerja atau diculik di tengah jalan.

"Han, aku duluan, ya."

Telinga Farhan tak salah dengar. Sayangnya Farhan tak dapat berbuat apapun saat melihat Giandra yang harus berjalan bersama pria (yang ia curigai sebagai bagian dari TNI) menuju mobil sedan yang terparkir di lobi.

Beberapa menit setelah menerobos kemacetan Jakarta, Giandra dan lelaki tersebut sudah sampai di salah satu restoran mewah yang menyajikan bekicot, anggur, dan bistik khas Prancis. Mereka turun lalu berjalan menuju ruang makan pribadi dan mendapati seorang Raka Purnomo yang mengayunkan gelas anggurnya. Raka yang sedang berbincang bersama sekretarisnya pun langsung berdiri untuk menyambut kedatangan Giandra.

"Akhirnya kamu datang juga!" sapa Raka dengan penuh antusias. Raka memandang wajah Giandra yang tampak cantik dan tersenyum secara spontan.

Giandra mengangkat alisnya dan melirik seluruh ruangan privat tersebut. "Ini ada apa, ya, Pak?"

"Saya ingin mengundangmu untuk makan malam, namum ajudan saya membuat semuanya tampak seperti acara yang resmi dan penting. "Raka menjawabnya dengan perasaan antusias dan menarik kursi untuk Giandra. "Silahkan."

Sekarang Giandra malah bingung dengan situasi yang terjadi dan ia memilih untuk duduk. Seorang pelayan masuk ke ruang pribadi dan menawarkan tambahan pesanan.

"Ah, saya ingin menambah pesanan," ucap Raka yang dimana ia malah memandangi Giandra yang duduk dihadapannya. Raka tahu bahwa Giandra tidak akan memesan, jadi ia akan memilihkan menu untuknya, "untuk tamu saya, tolong pesankan tar cokelat dan teh."

Aku belum makan sejak jam makan siang karena emergency meeting—bahkan rice bowl-ku harus aku berikan ke Farhan karena aku tidak sempat memakannya. Sungguh, seharusnya sekarang aku sudah makan malam sama Mba Yaya atau Kak Nicky. Giandra hanya mendenyitkan keningnya sembari membatin begitu mendengarkan Raka yang memberikannya kue. Saat pesanannya datang, ia mengambil satu suap tart cokelat tersebut dengan perasaan malas. Sebenarnya enak, namun ia merasakan dirinya tidak bernafsu untuk menghabiskan potongan tar cokelat—yang merupakan pencuci mulut khas dari restoran Prancis tersebut. Sementara Raka hanya memandangnya penuh kekaguman.

"Kamu lebih sibuk bekerja di start-up dibandingkan fokus menulis atau mengikuti kompetisi menembak, ya?" Raka mencoba untuk mengkuliti Giandra saat wanita itu sedang meminum tehnya. Sebelum menyuruh ajudannya membawa Giandra dari kantornya, Raka sudah mencari informasi soal Giandra dari Si Sekretaris Kepercayaan.

"Sekarang aku cukup nyaman kerja kantoran nine-to-five." Giandra menjawab dengan sopan.

"Kamu juga tidak muncul ke acara-acara pamanmu?"

"Aku tidak datang ke semua acara kenegaraan."

"Seharusnya kamu lebih banyak tampil di publik. Tentu saja selain menerbitkan tulisanmu."

"Seharusnya, tapi untuk sementara aku tidak tertarik."

Sebenarnya Raka menyayangkan saat melihat Giandra yang terkesan menyembunyikan dirinya sendiri. Reputasi Giandra selalu bagus dan ia ingin melibatkan Giandra dalam banyak agendanya. Ya, aku akan melibatkanmu lebih banyak hingga kamu tak terpisahkan dariku dan membuatmu berpikir untuk menjadi simpanan atau istri keduaku, Giandra. Raka membatin dengan penuh kelicikan.

"Jadi Giandra ...," gumam Raka sembari menatap Giandra dengan perasaan antusias karena Raka sedang berada dalam mood yang bagus, "saya bersama Bu Maudy berencana untuk membuat semacam book fair. Kamu pasti familiar dengan event Frankfurt Book Fair dan saya harap kamu memiliki keinginan yang sama untuk mendukung proyek ini. Pengaruhmu kuat di dalam dan luar negeri serta kamu vokal untuk hal yang menjadi minatmu. Kamu boleh memikirkan keputusanmu dan bisa sampaikan padaku di pertemuan selanjutnya—saya bisa mengaturnya untukmu."

Benar-benar di luar ekspektasi. Lelaki ini membicarakan soal proyek yang kemungkinan menarik minat masyarakat global. Pertumbuhan literasi di Indonesia memang bertumbuh pesat dan banyak penulis muda dari Indonesia yang mulai berani menulis dengan hal yang menjadi ciri khas mereka. Sebenarnya Giandra menilai niat Raka memang baik, namun ia memiliki prioritas lain untuk saat ini.

Tak perlu berpikir panjang, Giandra langsung menaruh sendoknya di piring. "Tidak. Saya sudah meraih banyak hal dan berpartisipasi untuk proyek book fair di Indonesia benar-benar bukan hal yang saya lakukan—masih banyak penulis dan penerbit yang sekiranya bisa memberikan dukungan lebih besar dibandingkan saya."

Bukan pesan yang diabaikan seperti sebelumnya, namun penolakan yang berada tepat mukanya benar-benar membuat Raka seperti ditampar dengan keras. Sekretaris mulai menunjukkan pesan pada Raka dan Raka langsung mengubah raut wajahnya.

"Maaf Giandra, aku harus pergi. Kita akan bertemu lagi." Raka berpamitan sembari mengusap bahu Giandra yang saat itu mengenakan kemeja dari brand lokal dan memastikan Giandra menatapnya. "Kamu cantik hari ini. Terutama dengan pakaian ini."

Begitu Raka dan rombongannya pergi meninggalkan Giandra di ruang makan pribadi, ia mulai merasa jijik dan lapar.

TBC

Published on August 6th, 2024

nas's notes: terima kasih sudah mampir! yuk kalo ada pertanyaan boleh drop di reply yaaaas! thank youuuu <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top