10. Cashmere Sweater
nas's notes: berhubung sekarang ada part aku yang sudah masuk 30 votes, meskipun belum semua, aku tetap publish part 10. aku harap semoga dari part 10 ini bisa mendatangkan pembaca yang baru dan vomments unik lainnya.
untuk yang sebelumnya belum pernah vote di part sebelumnya, tolong vote dulu supaya aku semangat updatenya. kalau kalian baca offline, boleh nyalain dulu paketan datanya terus ke part yang belum kalian vote untuk vote lagi. kalau sudah jangan lupa vote part ini terus matiin paket datanya.
aku juga aktif di twitter gemeinschweft, ya. biasanya aku aktif untuk mengumumkan update, upload konten yang related sama fiksiku yang lain, atau bahas-bahas soal kepenulisan dan interest-ku yang lain.
terima kasih untuk 3.7k views dan juga vomments dari kalian!
terima kasih dan selamat membaca yaa! <33
Jakarta, Indonesia
April 2026
2 days before Giandra's birthday.
Nicholas Wiradikarta:
Kamu mau apa untuk hadiah ulang tahun?
Giandra Euphrasia:
Biaya kuliah S3.
Nicholas Wiradikarta:
Boleh saja, Gi.
Giandra Euphrasia:
EH ENGGAK KAK.
Aku bercanda.
Apa, ya? Aku bingung.
Nicholas Wiradikarta:
Aku ada ide!
Can I ask you to have an after-office hour date with me?
Giandra Euphrasia:
A date?
Nicholas Wiradikarta:
Yes!
Are you available on April 27th?
Giandra Euphrasia:
Tentu saja—aku belum ada agenda setelah jam kerja di hari ulang tahunku!
Nicholas Wiradikarta:
Great!
I'll pick you up from your office.
See you, Gi!
Ini serius, aku mengajak Giandra untuk date? Literally A DATE? Bukan makan malam atau mencari kopi yang biasanya kita lakukan? Nicholas membatin sembari memikirkan langkah selanjutnya. Yang ia pikirkan sekarang adalah ia harus menelepon sahabatnya, Andrew Karel, untuk membukakan pikirannya. Di antara teman-temannya, Andrew adalah sahabatnya yang ia ceritakan soal crush yang dia suka secara spesifik—tentu saja dengan permintaan khusus agar Andrew tidak membahas soal ini di depan adiknya, Sura, yang notabene teman sekantornya Andrew di start up multinasional Cobalt Blue.
Percakapan telepon pukul 7 malam waktu Indonesia antara Nicholas Wiradikarta dengan Andrew Karel.
NW: Mati aku.
AK: Kenapa? Temanmu ada yang pakai pinjaman online terus mau minjam uang sama kamu?
NW: ENGGAK. BUKAAAAAN.
AK: APA?
NW: AKU MENGAJAK GIANDRA UNTUK KENCAN DI HARI ULANG TAHUNNYA.
AK: WHAAAAAAT? A DATE? A FUCKING DATE?
NW: YES.
AK: THEN GO. THAT'S YOUR CHANCE.
NW: Aku enggak pernah pacaran atau kencan sama perempuan manapun. Demi Allah, aku enggak pernah pacaran, Dru. AKU HARUS GIMANA?!
AK: Relax, Nicky. You're just panicking.
NW: OF COURSE I'M PANICKING.
AK: I'LL SEND THE LIST OF DATE ACTIVITIES—MY TOP RECOMMENDATION.
NW: THANK YOU!!
NW: PLEASE KEEP YOUR MOUTH SHUT—I remind you that Giandra is Sura's best friend.
AK: YES, I'LL KEEP MY MOUTH SHUT IN FRONT OF YOUR BABY SISTER.
Nicholas pun bergegas untuk membuka lemarinya dan mencari kemeja putih, namun ia tidak mau agenda first date-nya terlihat seperti kegiatan orientasi pengenalan kampus atau magang. Melihat tanggal ulang tahun Giandra yang jatuh pada hari jumat, ia perlu melakukan persiapan ekstra dan hal yang ia pikirkan adalah sweater kasmir biru langit dari Brunello Cucinelli—kesukaannya.
Ia bisa membayangkan betapa manisnya dirinya saat mengenakan warna yang cerah untuk kencan pertama, namun ia tidak dapat menemukan sweater tersebut di lemarinya. Nicholas bergegas untuk ke kamar orang tuanya dan membuka lemari pakaian ayahnya, namun ia tidak dapat menemukan sweater miliknya di antara pakaian ayahnya.
"Sura, apa kamu melihat sweater Brunello Cucinelli-ku yang berwarna biru langit?"
Adiknya, Sura, yang mendengar suara kakaknya berteriak dari luar kamarnya pun langsung berdiri dari ranjangnya dan membukakan pintu.
"Baru saja aku taruh di keranjang cucian kotor karena aku sudah memakainya ke kantor kemarin lusa sama hari ini." Sura berujar dan kakaknya hanya memberikan ekspresi melotot. "Apa? Biasanya kamu tidak masalah jika aku pakai pakaianmu, 'kan?"
Nicholas baru ingat kalau dia sendiri memang memperbolehkan adiknya untuk mengenakan kemeja atau sweater miliknya. "Ya, sih, cuman sekarang aku perlu banget. Aku ada agenda di Jumat ini."
Dibandingkan menjelaskan lebih lanjut, Sura pun langsung ke dekat pintu kamar mandi untuk merogoh sweater kakaknya yang telah bercampur dengan pakaian kotor Sura yang sudah dikenakan pada hari itu. "Wangi parfumku, kok."
Sang kakak menerima sweater kesayangannya dan, secara refleks, ia mengendusnya. Hidungnya menangkap wangi persik dan bunga putih dari parfum yang biasa Sura pakai (Nicholas berasumsi kalau wangi parfum ini adalah parfum yang biasa Sura kenakan untuk pergi ke kantor). Dibandingkan membuat Giandra berpikir yang tidak-tidak saat mencium wangi sweater-nya, Nicholas terpikir untuk langsung mencuci tangan sweater-nya sendiri. "Danke, Adek. Tolong untuk sementara jauhi lemariku."
Mendengar ucapan kakaknya yang langsung pergi ke ruang cuci, Sura pun mendeniyitkan dahinya sebagai tanda reaksi atas ucapan kakaknya dan membatin. Biasanya kalau kakakku mau pergi jalan setelah jam pulang kantor, dia tidak mempermasalahkan soal pakaian karena ia bisa memakai apa saja untuk ganti di mobil lalu pergi makan. Memangnya ada apa dengan baju itu?
.
.
.
Sejak setelah Giandra membaca dan tidak membalas pesan Nicholas lalu berlanjut menyelesaikan satu episode dari serial Netflix-nya, Giandra sendiri masih terkejut karena Nicholas benar-benar mengajaknya untuk berkencan. Bukan makan malam seperti yang biasanya mereka lakukan, namun benar-benar ajakan kencan yang murni dari ide lelaki yang ia sukai.
Giandra sudah lama mendambakan momen ini dan ia mulai memikirkan banyak skenario kencan bersama pikirannya. Selain memikirkan apa yang ia kenakan, ia juga memikirkan rencana untuk pulang lebih cepat dari kantornya dan apa yang akan ia sampaikan pada atasannya nanti. Toh, juga hari itu adalah hari ulang tahunku. Tentu saja aku bisa mengajukan birthday leave, namun aku bingung pagi sampai sore ingin melakukan apa saja. Giandra membatin dengan dirinya sendiri sembari membuka ponselnya. Sayangnya, ia mendapatkan notifikasi dari nomor yang tidak dikenal.
WhatsApp
+62814XXXXXXX
Selamat malam Giandra. Tolong simpan kontak saya.
Ini Mas Raka.
Apakah jadwalmu kosong di hari Jumat setelah jam kerja?
Saya ingin mengajakmu makan malam dan saya akan menjemputmu di kantormu jam enam sore.
Reaksi saat Giandra membaca notifikasi tersebut adalah ia langsung mengalami sakit kepala. Dibandingkan membuka aplikasi WhatsApp-nya melalui ponsel, ia langsung membuka laptopnya untuk menghubungi Sura lewat FaceTime.
Percakapan telepon pukul 8 malam waktu Indonesia antara Giandra Euphrasia dengan Nayantara Sura.
GE: Biasanya kalau kencan pertama, mereka bakal melakukan apa aja, ya?
NS: Ciuman.
GE: Aku serius. Aku ada agenda kencan pertama sama crush-ku.
NS: KAMU MAU FIRST DATE SAMA CRUSH-MU???
GE: Iyaaaaa.
NS: TOLONG NYALAKAN LIVE LOCATION DI WHATSAPP. Share ke aku, Aqsad, sama teman-teman. Siapa tahu kamu tiba-tiba diturunin di jalan sama dia atau kamu pulang naik transum karena dia enggak ada mobil.
GE: Aku enggak apa-apaaaa.
NS: Aku benar-benar mengkhawatirkanmu kalau kamu jalan sama crush kamu yang itu. Kamu yakin?
GE: Yakin.
NS: Apa kamu butuh aku? Aku bisa mengikutimu dan kalau kamu tidak nyaman sama date-nya, kamu bisa meninggalkannya dan pergi sama aku.
GE: Aku akan baik-baik saja.
NS: Kurasa Aqsad atau Bimo harus join call kita—aku baru kencan sekali sama Fabian, kau tahu itu, 'kan?
GE: Ya, boleh. Kurasa Aqsad akan membagikan banyak tips kencan dari sisi cowok.
AI: ADA APA INI?
NS: Giandra akan pergi kencan pertama sama crush-nya itu.
AI: NO WAY. If he is wearing a t-shirt and hoodie with patchy lips like your favorite Aussie driver, you should leave your crush in the lobby and forget him like dust. Sura, did Fabian pay everything for your first date?
NS: Tentu.
AI: Kalau dia berencana untuk membagi tagihan, pasti dia akan ngomong lebih dulu sebelum pergi. Kalau dia baru membagi tagihannya setelah kencan, bayar semuanya dan tinggalkan dia. Buang sial. Lalu umumnya juga, dia akan menjemputmu dari rumah atau kantor lalu antar ke rumah lagi. Kalau setelah kencan kamu diturunin di jalan atau stasiun, halte, apapun itu pokoknya jangan mau.
NS: I told her to share her live location to us—aku mengkhawatirkan bagian terakhir itu.
AI: You should, Gi. Security reason. Enggak ada yang tahu nanti kamu diculik sama orang itu atau enggak.
NS: Kan.
NS: Sayangku, kamu itu disayang sama semua orang dan kamu pantas mendapatkan hal yang terbaik untuk kisah asmaramu. Kalau dia enggak bisa kasih semua itu, kamu harus akhiri agenda taksir menaksir sama cowok itu. Your deceased dad is going to be pissed off when he sees his outlived only daughter date an ugly and unresponsible man.
GE: Terima kasih banyak ya untuk support-nya. Karena ini kencan pertamaku, jadi semua kata-kata kalian berarti buat aku.
AI: Kalau kencannya sukses, dia akan memintamu untuk pergi kencan lainnya di lain waktu. Bahkan dia akan menghubungimu lagi secepatnya dan mengajakmu untuk kencan lagi.
NS: Tergantung kerjaannya juga. Memang crush-mu ini kerjanya apa?
AI: Ya, Gi. Minimal beritahu apa pekerjaan crush-mu.
GE: Dia diplomat.
AI: Kurasa dia diplomat dari sekolah hukum—bahkan mendengar Giandra yang selama ini hanya diajak jalan dan baru kencan sekarang pun sudah menggambarkan segalanya.
NS: Memangnya apa?
AI: Kamu pasti selalu diajak berdebat setiap mau bahas soal hubungan.
GE: Aku belum pernah confess ke dia dan, selama ini, dia enggak pernah menunjukkan ketertarikannya sama aku atau membahas asmara sama aku.
TBC
Posted on July 28th, 2024
nas's notes: kalau kalian berpikir sura memakai sweater kakaknya seminggu dua kali, ya, kalian benar.
literally aku post ini jam 2 pagi WKWKWKWK TRS JG SEBENARNYA AKU MASIH NGGA ENAK BADAN DAN NGEJAR VOTE—cuman ya daripada nunggu lama, mending post aja sekarang.
terima kasih yaa dan sekarang aku mau drop bonusan hihi :"D
.
.
.
Madrid, Spain
August 2000
"Hi, Dear! Finally, we met for the first time. My name is Remus and I know your parents have been waiting for you for a long time, they will be a good parent for you."
Itulah yang diucapkan oleh Remus Wiradikarta saat pertama kali menggendong putri pertama dari sahabatnya. Bayi tersebut dilahirkan empat bulan yang lalu di Melbourne, Australia. Keluarga Soerjapranata dan Hadiwiryono sendiri sudah lama menantikan kelahiran bayi perempuan (dan menjadi anak satu-satunya Hiram dan Kirana) setelah mereka menikah di tahun 1994.
"Kamu manggilnya Giandra atau Anindya?" Remus bertanya pada Hiram yang sedang memangku Nicholas, anak lelakinya Remus.
"Keluarga memanggilnya dengan Anindya, tapi kalau dia sudah besar dan mau dipanggil dengan Giandra, kita enggak keberatan." Hiram menjawab sembari melihat Remus yang memandangi anak perempuannya. "Untukmu, kamu bisa memanggilnya dengan Anindya."
Lagi-lagi Remus tersenyum dan ia menatap bayi tersebut. "Hi Anindya, nice to meet you."
Melihat sahabtnya yang asik berbicara dengan bayinya, Hiram pun mengusap tangannya Nicholas dan menoleh pada anak lelaki itu. "Kamu anaknya pintar sekali. Kamu anak diplomat ulung, meskipun kamu juga ada ketertarikan lain, tapi kamu akan berujung menjadi diplomat hebat."
Remus yang mendengar ucapan sahabatnya itu hanya menoleh pada mereka berdua. "Hiram, Nicky masih terlalu kecil untuk kamu sentuh tangannya. Aku malah ingin dia jadi insinyur kayak kamu atau jid-nya."
Hiram tak terlalu mendengarkan tanggapan dari Remus dan beralih untuk mengusap rambut kecokelatannya Nicholas. "Lihat saja."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top