Chapter 8: Troubles
Niall's Pov
"O-oow.." Aku terngaga. Louis juga. Terlebih Lilo. Sungguh! Aku benar-benar tidak sengaja! Aku berniat menimpuk Louis! Bukan piala golf itu! Kami bertiga langsung beranjak dan mendekati piala yang sudah tercerai-berai itu. Bentuknya lebih terlihat seperti gelas kaca yang hancur. Bukan piala lagi.
"Aauuw!" Lilo mengaduh karena ia tergores pecahan kaca di tangannya. Berdarah kecil.
"Ah-hey, kau kenapa?" Sebelum aku mendekatinya, Louis mendahuluiku. Ia menyentuh darah di tangan Lilo. Sial. Aku kalah cepat.
"Makanya, jangan pernah sentuh pecahan kaca dan jaga jarakmu dari itu" Louis langsung mengelap darah yang ada di tangan Lilo. Bisa-bisanya di keadaan begini mereka mesra-,-
"Daddy, tanganmu hangat" sahut Lilo sambil menyengir. Louis cuma tersenyum sambil mengangkat bahunya. Argh. Aku tidak suka pemandangan seperti ini!
"Hey! Jadi piala ini bagaimana?!" Aku memecah kedekatan mereka.
"Oh iya, ini bagaimana ya?" Raut wajah Louis seketika berubah.
"Niall, jika ini berhubungan dengan ayahku, aku juga yang harus bertanggung jawab, kau tahu?!" Lilo menatapku tajam.
"Maafkan aku! Tapi aku tidak bermaksud..."
"Lilo!!! Suara apa itu yang pecah, nak!?" Terdengar suara ayah Lilo dari lantai atas. Drap.. drap.. drap.. Disertai derap langkah kaki yang sepertinya menuruni tangga.
"Gawat! Ayah akan datang!!" bisik Lilo panik.
"Jadi, kami harus bagaimana?!"
"Kalian cepat pulang! Cepat!!!" serunya tidak terlalu keras. Aku dan Louis langsung terbirit-birit berlari keluar rumah Lilo. Kami langsung buru-buru mengayuh sepeda menuju rumah. Entah apa yang akan terjadi pada Lilo. Ya Tuhan... semoga dia tidak apa-apa!
---
Aku meraih ponsel, lalu menaruhnya lagi. Mengambilnya lagi, dan menaruhnya lagi. Dengan rasa bersalah, aku menyandar pada sofa yang ada di kamarku. Aku menatap daun-daun yang berguguran. Aku bisa merasakan daun-daun itu sedikit menenangkan hatiku. Namun saat aku mengingat kejadian kemarin siang, rasa tidak enak hati kembali datang.
Bagaimana kalau Lilo dihukum? Atau aku dilarang berkunjung ke rumah Lilo lagi? Atau yang lebih parah, Lilo akan membenciku! Oh ayolah, itu hanya piala. Aku berusaha menghibur diri.
Atau harta berharga...
Perasaanku langsung kembali down.
Drrt.. drrt..
Aku buru-buru menerima panggilan masuk dari ponselku.
"Ya, halo?"
"Hey-hoo Niall! Louis disini! Ada apa menelponku?"
"Lou, kau yang menelponku. Bukan aku-_-" Aku menghela napas. Huh, ku kira Lilo yang menelpon!
"Benarkah? Jadi aku yang menelpon? Haha.. kenapa aku bisa lupa ya?"
"..."
"Baiklah lupakan itu. Niall, ku rasa untuk merayakan datangnya musim gugur, kami.. maksudku kita akan pergi ke Nando's. Kau mau ikut?"
"Ah-heey!! Apa kau bilang?! Nando's?! Aku ma..." Tiba-tiba aku teringat kejadian kemarin lagi. Sebenarnya aku ingin sekali ikut, namun... tidak mood, "Argh.. maaf Lou, sepertinya tidak bisa" desahku.
"Kenapa? Rasanya suaramu tadi begitu semangat begitu mendengar 'Nando's'?"
"Kau tahulah. Kejadian kemarin. Lilo pasti marah padaku"
"Tenang saja kawan! Ada aku! Lagipula Lilo bukan orang yang emosian" Louis berusaha menghiburku. Tapi tetap saja aku tidak enak.
"Baiklah, tapi kau harus menraktirku! Kalau tidak..." Aku mulai mengancam.
"Alright, alright! I will. Cepat kesini, Niall!"
Aku menyeringai kemenangan. Tak apa-apalah. Sedikit mengobati rasa tak enak hati. Aku langsung memakai 2 lapis jaket karena, kau tahu, suasana menjelang musim gugur sangatlah dingin. Peralihan dari musim panas ke musim dingin. Aku benci ini.
.
.
.
"Hey Louis!!" sorakku ketika melihat Louis yang sedang duduk sendirian di sudut ruangan. Aku melambaikan tangan dan ia membalasnya. Buru-buru ku lari ke arahnya karena tak sabar ia akan menraktirku. Aku mengacak-acak rambut coklatnya itu.
"Hey, jangan memberantaki rambutku! Aku baru saja mengaturnya dengan gel, dude" Louis kembali merapikannya. Aku tertawa lalu meminum minumannya.
"Hey, apa ini? Aku mau pesan minuman ini juga" tukasku.
"Sudah ku pesan 2 lagi minuman ini tadi"
"2? Untuk siapa saja?" tanyaku cengok. Louis memainkan alisnya sambil mengerutkan sudut bibirnya. Aku menghela napas panjang sambil melepas 2 lapis jaketku karena penghangat ruangan mulai membuatku kembali hangat. Aku tahu yang ia maksud. Lilo.
"Kau masih merasa tidak enak hati?" Louis bertopang dagu sambil menatapku. Aku mengangguk kecil.
"Dude, mungkin kau tidak percaya ini tapi aku pernah merusak komputernya sampai terkena virus, aku pernah memecahkan gelas di rumahnya, dan aku juga pernah merusak roll rambut milik ibunya. Tapi seperti yang kau lihat, kami berdua baik-baik saja"
Kau tidak mengerti Louis. Aku menyukainya. Sangat. Dan selalu. Aku tidak ingin dia merasa kesal atau dendam denganku walau hanya 1% saja. Disamping itu, dia menyukaimu Lou, pantas saja dia bersikap seperti itu. Kau tidak tahu mengenai hal itu.
Aku semakin menekuk wajahku sambil menatap layar ponselku. Sejenak keadaan hening.
"Niall" Louis menepuk pundak kananku. Aku hanya menolehnya tanpa mengucapkan apapun.
"Kau harus membuang wajah panikmu karena 'dia' ada disini.." Louis terlihat menatap ke arah pintu masuk. Dan ternyata dia sudah datang. Dengan memakai celana jeans selutut dan cardigan yang dilapisi jaket yang tidak terlalu tebal, Lilo menatap kami berdua sambil menyeringai. Tunggu! Kami? Louis dan... aku juga?
"Hai! Kalian sudah menunggu lama?" Ia langsung merangkul kami berdua. Aku berusaha memasang raut wajah normal.
"Aku iya. Tapi Niall juga baru saja datang" Jawab Louis sambil tersenyum nakal padaku. Aku sedikit menyikutnya. Lilo melepas kedua tangannya dari pundak kami berdua lalu duduk di hadapanku. Louis mengambil ponselnya dan mengikutiku yang asik juga dengan ponsel.
PING...
Tiba-tiba ada pesan masuk di ponselku. HEH!? Dari Louis?! Aku meliriknya dengan tatapan ambigu. Ia hanya melirikku sedikit lalu cekikikan sendiri. Langsung saja ku buka pesannya.
"Niall, cobalah untuk bicara dengannya" -Louis-
Nya? Siapa yang ia maksud? Entah kenapa sorot mataku tertuju pada Lilo yang iseng melihat menu. Aku memutar mataku.
"Aku takut ia tidak meresponku" -Niall-
PING...
"Kau sudah melihatnya tadi. Ia baik-baik saja. Bahkan ia sempat merangkulmu" -Louis-
Memang aneh rasanya jika kau saling mengirim pesan dengan seseorang, padahal jarakmu dengan orang itu tidak sampai 1 cm pun. Bahkan lengan kalian saling berdempet. Ya. Itulah yang ku lakukan dengan Louis. 2 idiots. LOL.
"Errhm.. Lilo" Entah apa yang menghendakiku untuk mengikuti saran Louis. Tapi aku rasa aku akan mencobanya. Louis terlihat menatapku dengan semangat walau ia tidak tersenyum sama sekali. Atau bahkan membuka mulutnya.
"Ya?" Pada saat itu juga pesanan datang. Aku menunda apa yang ingin aku bicarakan sampai sang pelayang pergi. Urgh.. gangguan kecil.
"Hmm~ Kelihatannya lezat!" Lilo malah langsung melahap makanan. Louis melirikku dan sepertinya mengirim pesan baru lagi.
"Kau ternyata kalah cepat dengan pelayan, Niall! Hahaha xx" -Louis-
Aku langsung memasang wajah datar setelah membacanya. Sial kau Lou-_- Dan ku lihat ia menyembunyikan tawanya dariku. Baiklah. Akan ku coba sekali lagi dan ku buktikan pada Louis bahwa aku tidak kalah cepat dari.. err.. pelayan.
"Lilo, bukankah aku memanggilmu tadi?" Aku memulai lagi.
"Hm? Oh.. yeah. Maaf Niall aku lupa. Jadi kau mau bicara apa?" Ia tersenyum dengan mulut penuh makanan.
"Bukan apa-apa. Hanya ingin mengetahui bagaimana nasib piala golf ayahmu itu. Kau dimarahi?"
Lilo menelan makanannya. Ia menghela napas kemudian tersenyum renyah, "Kau mencemaskan itu?"
Aku menggaruk-garuk leherku. Ku lihat Louis hanya menganga sedikit, penasaran dengan percakapan kami akan mengarah kemana. Lilo menepuk-nepuk tanganku dengan halus.
"Tak apa, kawan. Hanya perdebatan sedikit setelah kalian pulang" Aku manggut-manggut lalu meminum minuman yang sama seperti Louis.
"Oh ya, Niall! Maaf juga telah membuat sepeda barumu lecet-lecet. Hihi.." ucapnya sambil menyungging senyum. "Tak apa" Aku membalas senyumnya.
PING..
Oh. Pesan baru. Tidak bisa ya Louis berhenti mengirimku pesan? Ia bisa saja hanya dengan berbisik-bisik denganku!
"Sudah ku bilang ia baik-baik saja kan? See? :D" -Louis-
Aku langsung mematikan ponselku. Tidak peduli bagaimana tampang Louis saat ini. Namun bisa ku tebak, wajahnya menjadi merengut tak karuan.
Tiba-tiba saja mataku dikejutkan oleh sosok laki-laki di sudut lain ruangan. Seperti biasa. Dengan kacamata tebalnya dan rambut keriting khas, ia membaca sebuah buku ditemani coklat panas yang disampingnya pun terdapat setumpuk buku-buku yang tak kalah tebal. Dia.. dia... Harry Styles!!!
"Lou!!" seruku semangat sambil mengguncangkan lengan kirinya.
"Hm?"
"Lihat itu! Lihat!" Aku menunjuk sudut ruangan lain. Lilo ikut menoleh arah telunjukku.
"Ada apa sih?!" Louis jadi geregetan.
"Itu!! Itu ada.. Harry Styles.." Wajahku berubah seperti seorang fans yang maniak. Louis pun juga begitu. Kami sontak melirik Lilo dengan pandangan yang uuh... (?!)
"Hhh.. apa?!" sahut Lilo ketus.
Aku dan Louis saling pandang.
...
"TIDAAAKK!!" Lilo memberontak ketika aku dan Louis hendak menyeretnya menuju Harry. Kami bertiga menjadi perhatian semua orang. Ada yang melihat heran, tertawa-tawa, bahkan ada yang melihat sinis dan mungkin berpikir kalau kami hanya cari perhatian orang-orang.
"Niall, terus tarik dia!" sahut Louis.
"Tidaakk!! Ku mohon jangan!! Daddy, kau jahat sekali pada anakmu!" Ia sekarang mulai memukul-mukul Louis. Sedangkan kami berdua tetap menyeretnya menuju si keriting Styles.
Lilo's Pov
Tuhan! Tuhan! Tuhan! Tolong aku dari 2 makhluk gaib ini!! Aku tidak mau duduk bersama Styles tapi mereka menyeret-nyeretku! Tanganku dibuat merah oleh mereka! Tidaakk...
"Lou, kalau ia tidak mau diseret, bagaimana kalau ku gendong saja!" Usul yang tidak berguna! Niall, jangan bawa aku pada Styles!
"Aha! Boleh! Mari ku bantu!" Louis justru membantu Niall! Dia mengangkatku untuk naik ke punggung Niall. Namun sebelum ia membawaku pada Styles, ia justru membuatku pusing dengan berputar-putar. Tapi tunggu! Sepertinya ada yang janggal. Entah apa.
DAAK..
Niall menurunkanku dengan agak kasar ke bangku sebelah Styles. Menyebalkan!
"Niall! Tidak bisa ya kau lembut sedikit! Kau membuat bokongku sakit!!" seruku.
"Ups. Niall minta maaf" Ia menyeringai. Aku mengerutkan alis.
Aneh. Ada yang aneh.
Sedangkan Louis hanya tertawa-tawa sambil menyandar pada dinding.
"Nah, Styles!" Harry membenarkan posisi kacamatanya sambil mendongak pada Niall. Walaupun aku yakin dalam lubuk hatinya ia sangat takut pada kami bertiga. Itu terlihat dari caranya menggenggam ujung buku. Tangannya bergetar.
"Jadi, sahabatku, Lilo Greimas, ternyata punya suatu perasaan yang khusus untukmu" Niall merangkulku. Aku hanya merengut kesal sambil melipat kedua tanganku. Styles menatapku kemudian tatapannya kembali menunduk. Takut.
"A.. apa itu?" tanyanya.
Sebelum Niall menjawab, aku melepas tangannya dari kedua bahuku.
"Niall, aku tidak suka ini. Tolonglah.." Aku serius. Benar-benar serius. Sudah 3 kali Niall mempermalukanku. Namun ia masih menganggap aku bercanda. Louis pun hanya diam memerhatikan tingkah Niall yang SUPER ga penting ini!
"Niall, aku serius!!" Aku mulai membesarkan mataku. Namun ia tetap tidak mau dengar.
"Sssh.. Ms.Greimas, harap tenang. Jadi Styles, temanku ini akan mengutarakan perasaan cintanya padamu!! Woow!" seru Niall heboh sendiri. Harry ragu-ragu menatapku. Ia malu, mungkin? Bodoh. Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada kutu buku macam dia. Hanya satu yang aku suka: L-O-U-I-S.
"Niall, ini tidak lucu!" Aku mengguncang-guncangkan tangannya yang berada dekat denganku.
"Sssh.. Lilo! Tidak bisakah kau diam?" Niall menempelkan telunjuknya pada mulutku. Ia kembali merangkulku. Damn. Niall, aku se-ri-us!
"Lilo, karena dia adalah calon pacarmu, kau harus punya hobi membaca buku juga!" Niall mengulurkan tangannya jauh-jauh untuk meraih salah satu buku dari tumpukkan buku tebal milik Harry. Tapi dia justru tak sengaja menyenggol coklat milik Harry dan.. great! Tumpah tepat di kakiku! Basah.. hangat. Aku sontak bangkit dari bangku begitu Niall 'melakukannya'.
"Oh God!! Niall!!" Aku sampai ternganga lebar melihat jeans bagian depanku basah kuyup.
"Ups" Niall hanya diam membeku, mematung, atau apapun semacamnya.
Louis langsung menghampiriku dan ia kelihatan cemas.
"Lilo, are you alright?!" Louis buru-buru meraih tisu dan mengelap bagian yang basah (ga modus kok. Tenang aja ._.). Louis memang baik. Kalau ia melakukan sesuatu yang salah dalam candaannya, ia langsung bertanggung jawab dan menjadi serius. Walaupun ini bukan salahnya, ia tetap membantuku. Aku memang tidak salah pilih 'target'!
"Ya, I'm alright" jawabku pendek sambil membantunya membersihkan jeans-ku dengan tisu.
"Benar?" Ia terlihat ragu.
Aku mengangguk kecil sambil tersenyum menatap mata birunya dalam-dalam. "Sebaiknya aku cepat pulang" Aku menyeringai padanya. Ia terlihat akan membuka mulutnya namun terlebih dulu ku potong, "sendiri". Louis mengangguk. Aku tahu ia akan menawarkan tumpangan. Aku menoleh Niall. Bukannya rasa penyesalan, justru raut wajah merengut yang ku temukan. Seharusnya dia minta maaf! Namun aku tersenyum garing padanya sambil memakai jaketku.
"Sampai jumpa di sekolah besok..." Aku bergegas keluar dari Nando's. Tak sempat melihat bagaimana raut wajah si Harry Styles melihat kejadian memalukan ini. Dan aku kurang yakin kalau Niall akan minta maaf.
Niall's Pov
Oh tidak! Tidak! Tidak! Apa yang telah ku lakukan padanya?! Baru saja 1 masalah selesai, aku sudah membuat masalah lagi! Aku sampai-sampai tak sanggup untuk minta maaf saking takutnya. Terlihat punggung Lilo makin menjauh dari Nando's dan sudah tidak terlihat oleh mataku. Salahku! Aku seharusnya tidak memaksanya dan mempermalukannya! Ia terlihat marah sekali. Apa ia mau memaafkanku lagi?
Aku menatap Louis. Ia hanya mengangkat alisnya juga kedua bahunya. Aku menghela napas.
"Aku disini, kawan" Louis tiba-tiba merangkulku.
"Argh.. sudahlah aku pulang saja!" Aku buru-buru mengambil 2 jaketku di tempat duduk asli kami bertiga, lalu beranjak pulang.
---
Seharian aku tidak mengobrol dengan Lilo. Padahal kami sedang mengobrol bertiga di kantin. Sepertinya yang ia anggap ada sebagai teman berbicara hanya Louis. Begitu pun aku. Jika aku sedang mengobrol dengan Lou, ia diam. Dan jika ia yang sedang mengobrol, aku diam. Bahagia sekali menjadi Lou. Tidak pernah punya masalah sepanjang hidupnya.
Aku melihat ke sekeliling kantin. Tidak ada pemandangan menarik. Eits.. kecuali satu! Aku melihat si keriting Styles lagi! Masih dengan buku-bukunya yang kemarin. Astaga! Tidak! Tidak boleh! Aku tidak boleh menyebut-nyebut Styles lagi! Aku tidak akan membuat masalah lagi! Namun justru si Tomlinson, sahabatku ini meneriakkan namanya.
"Hey, Harry Styles!!" Ia melambaikan tangannya pada Harry. Harry bahkan membalas lambaian tangannya dengan wajah agak panik.
Hmm.. apakah aku harus membantu Louis untuk mem-bully Lilo dengan menyeret Styles kesini? Tidak. Jangan. Aku akan dapat masalah lagi.
Namun lagi-lagi pikiran Louis berterbalikan denganku. Ia justru hendak menghampirinya, namun Lilo menahan tangannya dan memasang wajah melas, "Daddy, ku mohon jangan..". Louis hanya tersenyum.
"Nak, daddy tahu yang terbaik untukmu" Ia mengelus-elus rambut Lilo dan pergi menuju meja Harry.
"Mempelai pria datang~" Saat Louis dan Harry makin dekat ke meja kami, tanpa ku duga sedikit pun, Lilo langsung memeluk lenganku dan menyembunyika wajahnya di balik punggungku.
"Niall! Niall! Tolong aku! Tolong aku! Singkirkan 2 makhluk benga itu!" Ia mengemis-ngemis. Apakah ini pertanda bahwa ia sudah baik-baik saja? Apakah aku memang benar-benar harus bergabung dengan Louis untuk mengerjai Lilo? Yap. Sepertinya iya. Aku langsung bangkit dan ikutan Louis menyeret Harry pada Lilo.
Lilo's Pov
Aku terus memeluk lengan Niall erat-erat. Berharap Louis memberhentikan aksinya. Aku sampai-sampai menyembunyikan wajahku di belakang punggung Niall. Namun tak lama, Niall justru bangun dan.. HEY!! Dia malah membantu Louis?! Bukannya melindungiku! Argh... 2 idiots mulai beraksi lagi.
"Oh tidak! Niall.. jangan lakukan itu! Kau kan baik! Please..." Aku terus mengemis padanya. Namun Niall dan Louis sengaja makin menakut-nakutiku dengan menjulurkan tangan Harry, "Rawwwrr! Hahaha". Aku hanya mengerucutkan mulutku sambil bertopang dagu. Beginilah nasibku semenjak ada Niall. Semakin terbully karena Louis dan Niall bersengkongkol. Hufft.. okay, okay, itu hanya candaan, Lilo. Tak usah dengarkan.
"Hey, hey Louis! Bagaimana kalau kita umumkan tentang perasaan Lilo pada Harry ke semua orang di kantin ini?" Mataku hampir dibuat keluar mendengar usulan konyol Niall itu. Louis juga.
"Ni.. Niall.. aku rasa itu ide yang buruk" Louis berusaha mencegah hal itu. Tidak! Jangan lakukan itu Niall!
"Niall, kau pasti bercanda kan?" Aku menunjuk-nunjuk wajahnya dengan tatapan geram. Namun sepertinya ia masih menganggap aku bercanda. Ia tetap tidak mau dengar sampai akhirnya Niall naik ke atas meja dan mencuri semua perhatian orang-orang.
"Niall, apa yang kau lakukan?! Turun! Cepat!" bisik Louis sambil mengguncang-guncangkan kaki Niall agar ia turun. Sedangkan aku hanya cengok mendongak ke atas. Ku mohon jangan Niall!!
"Sshh.. kau duduk tenang saja Lou!" Niall menempelkan telunjuknya pada mulut sendiri. "Guys, sorry, minta perhatian kalian sebentar!" Ia berteriak dengan kertas yang di gulung agar suaranya kencang. Louis sibuk membujuk Niall untuk turun.
"Ternyata Harry Styles tidak seperti yang kalian kira! Walaupun ia kutu buku, culun, dan apapun semacamnya, masih ada perempuan yang mau 'meliriknya'!" Pada saat itu juga mereka semua langsung berbisik-bisik. Mereka bertanya-tanya siapa 'perempuan' yang Niall maksud.
"HAHAHA!! Siapakah wanita yang beruntung mendapatkan si culun itu?!" Salah seorang murid gendut bertanya seperti itu. Seketika itu juga wajahku merah menahan amarah. Niall! Tidak bisa dibiarkan!! Aku ikut naik ke atas meja dan menjambak rambut pirang Niall sebelum ia mengatakan,
"Nah! Ini dia orangnya! Lilo Greimas! Hahaha.. aaauuww!!" Aku telat. Ia menyebut namaku duluan sebelum aku menarik rambut pirangnya. Sedangkan Louis menutup mulutnya dengan tangan, tidak percaya apa yang telah di lakukan Niall. Langsung saja semua orang menertawakanku. Bahkan menunjuk-nunjuk segala. Damn. Kenapa akhir-akhir ini Niall menjadi sangat menyebalkan!? Dan kenapa korbannya harus aku? Aaarggh! Pasti ada yang janggal!
"Niall!! Kenapa kau tega melakukan itu!!!" jeritku kesal. Dia justru tertawa nakal sambil mengangkat satu alisnya.
"C'mon Lilo! It just a joke! Hahaha..." Ia mengacak-acak rambutku. Sial! Dia tidak merasa bersalah? Ku tatap seluruh orang yang asik tertawa meledek. Aku mendengus kesal.
"Niall, kita harus bicara!" Ku tarik tangan Niall dengan paksa. Namun langkahku berhenti begitu sadar Louis juga ikut bersama kami di belakang, "Berdua" ucapku seraya meninggalkan Louis sendirian.
-bersambung-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top