Chapter 7: Niall Changed
Aku termenung di atas kasur. Masih terpikir tentang pengakuan Lilo tadi siang. Rasanya... entah. Sulit mengatakannya. Antara patah hati dan rasa gelisah. Entah gelisah karena apa. Mungkin, aku takut Louis akan punya perasaan yang sama terhadap Lilo.
Aku menghela napas sambil memeluk gulingku. Seharusnya aku senang jika Louis punya perasaan yang sama. Toh, Lilo pasti akan bahagia. Aku bangkit dan menatap jendela kamar. Karena langit gelap, kaca lebih memantulkan bayangan ku sendiri dibanding pemandangan kota di luar. Sejenak aku memerhatikan bayanganku. Dan tiba-tiba terpikirkan Louis.
"Rambutku normal" Aku mengelus-elus rambutku sendiri.
"Mataku sama birunya"
Aku memutar bola mataku. Lalu apa bedanya aku dan Louis? Apa keistimewaannya? Aku lebih mendekat lagi. Wajahku tidak buruk. Apa sih yang Lilo suka dari Lou? Apakah ia punya dagu yang lebih bagus?
"Ah, tidak juga"
Alis tebal mungkin?
"Tidak terlalu"
Hidung mancung?
"Bahkan hidungku lebih baik dibandingnya.."
Sifat humoris?
"...."
GOTCHA! Itu dia! Itu yang Lilo suka dari Louis! Sifat humorisnya membuat ia tertarik. Mungkin tipe kesukaannya adalah orang yang humoris. Dan aku baru sadar kalau sebenarnya, mereka tidak benar-benar mengacuhkanku. Mereka sebenarnya peduli denganku. Seperti yang Lilo lakukan tadi siang. Ia menanyakanku kenapa aku menjauh dari mereka. Mungkin aku yang kurang beradaptasi dan kurang bergaul. Lagipula, aku ini tipe orang pendiam. Dan jika ku rubah diriku, kemungkinan kecil Lilo bisa berpaling dari Louis. Mencoba hal baru itu tidak salah kan? :D
---
Setelah mengenakan seragam sekolah, aku berdiri di depan kaca besar. Mulutku tersungging lebar.
"Niall, hari ini kau akan membuat perubahan" gumamku.
Tapi tunggu. Sepertinya ada yang kurang. Hmm... aku menatap seragamku. Oh ya! Tentu ada yang kurang! Penampilanku terlalu rapi. Aku sedikit merenggangkan dasi, mengeluarkan bagian bawah kemeja serta mengangkat sedikit kerahnya, membuka seluruh kancing blazer, dan menggulung lengannya sampai sikut. Sempurna! Penampilanku hampir setara dengan Louis. Sekarang tinggal berangkat ke sekolah dengan Niall yang baru!
"Mornin' daddy!!!" Aku langsung memeluk kepala Louis saat baru sampai di kelas. "Mornin' too Lilo!"
"Niall, sepertinya penampilanmu berubah?" sahut Lilo semangat. Aku tersenyum menolehnya.
"Tidak boleh ya?" tanyaku.
"Boleh, hanya saja kau terlihat berbeda" Aku tersenyum mendengar itu.
"Hey Niall! Kau sudah sembuh ya!" Louis mengacak-acak rambut pirangku ini.
"Ah, ya. Maybe. Memangnya aku sakit apa?" Aku sengaja memasang tampang konyol.
"Ya Tuhan! Tampang lugu-mu itu membuatku jatuh cinta!!" Louis mencubit pipi Niall dengan rusuh membuat pipiku merah kesakitan. Dia hampir mencium pipiku juga. Tapi buru-buru ku dorong wajahnya.
"Auuw itu sakit!" seruku.
"Louis minta maaf" Lou pun langsung jadi diam.
"Lou, kau tidak seharusnya jatuh cinta padaku" ujarku. "Karena ada orang lain yang menunggumu" Aku melirik Lilo dengan lirikan menggoda. Matanya langsung membesar menatapku. Ia menggeleng-geleng sedikit mengkode-kan agar aku diam.
"Benarkah? Siapa? Louis tidak tahu" Louis sepertinya tidak menyadari ekspresi wajah Lilo.
Aku melirik Lilo sedikit. Ekspresinya masih sama.
"Dia..." Aku semakin membuat Lilo resah.
"Ayolah, Louis tidak menunggu lama"
Lilo's Pov
Niall ini gila!? Dia akan membocorkan rahasiaku itu pada Louis? Damn. Aku terus melototinya. Ya. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Jika aku bertingkah berlebihan, Louis akan tahu sendiri sebelum Niall berbicara. Tapi si Niall ini terus melirikku dengan senyum nakal! Sementara itu Louis masih dengan wajah penasarannya. Ayolah.. ku mohon jangan Niall!
"Dia adalah... AKU! Ya! Dia aku!" seru Niall dengan wajah bahagia. Kini gantian Louis yang melotot.
"Niall, kau suka padaku juga?!"
"Ya! Aku mencintaimu! Haha"
"Niall, hiks.. hiks.." Louis mulai overacting. "Hiks.. hiks.." Oh, baiklah. Niall mengikutinya. Mereka berdua terisak.
"Niall, berikan pelukan pada pacar barumu ini!!" jerit Louis membuka lebar tangannya.
"Aaaww!! Gimme a hug!!" Niall pun menyambutnya.
Cih dasar anak laki-laki. Mereka berdua adalah laki-laki teraneh yang pernah ku kenal. Aku menghela napas panjang. Lega begitu Niall tidak membocorkannya. Dan syukurlah dia sudah mau bergabung dengan kami lagi. Tempat duduknya sudah kembali menjadi di depanku. Selain itu, bukan penampilannya saja yang berubah. Sikapnya yang tadinya pendiam sekarang menjadi ramai, gembira, bahkan rusuh.
.
.
.
KRING... KRING...
Baru saja beranjak dari tempat tidur telingaku sudah mendengar bel sepeda. Aku berjalan mendekati jendela kamar. Ku sibak gorden yang menutupi kaca jendela. Mataku hampir dibuat keluar saat melihat ke bawah. Aku melihat Niall dan Louis sedang berada di atas sepeda tandem di depan pagar.
Sepeda itu punya 3 tempat duduk dan tempat duduk tengah sepertinya sengaja dikosongkan. Mereka berdua menyengir menatapku yang masih kacau ini. Dengan masih memakai sandal rumah dan piama, aku buru-buru turun dan menghampiri mereka berdua.
"Pagi, Lo!" Sapa Louis.
"Niall, Daddy?!" Aku menyipitkan mata karena silau oleh sinar matahari pagi.
"Wow, sandal kelinci yang bagus" Niall menatap sandal rumahku.
"Whatever, Niall. Kalian ngapain pagi-pagi kesini?"
"Kita menjemputmu" sahut Louis sambil tersenyum lebar.
"De.. dengan sepeda tandem?"
"Itu ide Niall" Louis mengangkat kedua bahunya lalu melirik Niall yang ada di tempat duduk paling belakang. Sedangkan Niall justru bersiul-siul berpura-pura tidak tahu apa-apa. Aku mengangguk mengerti.
"Baiklah, kalau tujuan kalian untuk menjemputku, aku akan kembali 5 menit lagi!" Sebelum aku beranjak pergi, Niall menahan tanganku.
"Tidak usah! Kami saja masih memakai celana training yang dipakai tidur" Iya ya. Kenapa aku baru sadar mereka masih pakai celana tidur?
"Lebih baik kau ambil jaket saja" Niall melepas tanganku. Aku langsung masuk ke dalam dan keluar lagi dengan sudah memakai jaket berwarna abu-abu.
"Aku duduk tengah?"
"Ya" jawab Niall dengan wajah baby face :3
Aku lantas naik dan duduk di antara mereka. Namun ku lihat Niall dan Louis saling berpandangan sebelum mulai menjalankan sepeda. Dengan senyum nakal! Aku curiga.
"Err.. guys, ku rasa, biar aku saja yang paling depan" ujarku ragu.
Mereka diam.
"Atau tidak, Niall, kau saja yang paling depan" Aku menoleh Niall. Dia tersenyum nakal padaku sambil memainkan kedua alisnya. "Hitung mundur!!" serunya.
"3..." Aku menoleh Louis yang sedang menghitung.
"Gu.. guys, kalian akan melakukan apa.." Aku mulai panik.
"2..." Sekarang Niall yang menghitung.
"Lo.. Louis, kita pernah melakukan ini sebelumnya.."
"1!!!!" Mereka berdua berteriak bersama. Dan... sama seperti sebelumnya. Louis mengendarai sepeda dengan saaaaangat kencang. Bahkan lebih kencang dari sebelumnya.
"WOOAAA!!!!" Kami bertiga berseru. Niall dan Louis berseru karena senang, sedangkan aku karena tegang. Asal kalian tahu saja, jalanan di sekitar rumahku adalah turunan. Dan itu yang membuatku makin tegang. Karena sudah tak tahan memegang stang, aku langsung memeluk Louis erat-erat.
"Tenang saja Lo, rem sepeda ini aman! Niall baru saja mendapatkannya tadi malam!" ujar Louis.
Bodoh! Aku juga tahu kalau ini sepeda baru! Baru saja rilis seminggu yang lalu! Tapi dia kan tahu kondisi jalanan sekitar rumahku! Damn.
Niall's Pov
Lilo memeluk Louis. Erat. Bahkan ia menempelkan wajahnya pada punggung Louis. Dan Louis sendiri terlihat fine saja dengan itu. Hhh... aku menarik napas panjang. Kalau perasaan Lilo pada Louis terus dilanjutkan, apakah mungkin saja Louis membalas perasaan Lilo? Aku menatap wajah Lilo yang ketakutan, namun tetap terlihat seperti dirinya.
"LOUIS AWAS!!" Jeritan Lilo itu membuatku langsung tersadar.
Aku menatap ke depan. Louis berteriak-teriak layaknya Lilo. Ada apa sih teriak-teriak begi..
"WOA!!"
BRUUK... GABRRUK.. BRAAK..
Kami bertiga jatuh ke semak-semak. Dan oh! bagus. Kami pun lecet-lecet. Sepedaku? Sepertinya tersangkut di semak-semak yang lain.
"Louis aaarggh!!" Lilo memukul-mukul bahkan menjambak rambut Louis kencang-kencang.
"Adaaow! Sakit tahu!!!" Louis membalasnya dengan mendorong-dorong wajah Lilo.
"Damn! Kan aku sudah bilang kalau Niall saja yang mengendarai sepeda! Kita pernah mengalami ini sebelumnya!!"
Sebelumnya? Mereka pernah bersepeda berdua juga?
"Tapi kalau Niall yang mengendarai lebih paraah!" seru Louis. Ada apa namaku disebut-sebut?
"Ia yang punya ide ini semua dan ia tidak bisa mengendarai sepeda sebenarnya. Jadi ia duduk di belakang!" Ops. Tidak. Lilo pasti akan marah. Benar. Ia menatapku dengan garang dan kedua taringnya pun keluar.
"Niall!" Kini Lilo menjambak rambutku. Ditambah Louis melempariku dengan ranting-ranting dan daun semak.
"Aaaooww!! Maafkan aku! Maafkan aku!!"
.
.
.
Lilo's Pov
Untuk yang kedua kalinya aku merasakan tulang-tulangku remuk. Ini semua karena Niall! Huh. Aku meliriknya yang sedang bercanda dengan Louis sambil membopong sepeda barunya. Aku memutar mataku.
"Kami pulang.." ujarku loyo saat sampai di rumahku. Aku langsung membanting tubuhku ke sofa dan merasakan tulang-tulangku baru saja berpindah ruas. Niall melepas topinya dan menaruh di meja. Ia ikut duduk di sofa dengan rileks.
"Pacarku, kau pasti lelah. Mari duduk di pangkuanku" Argh. Dengan keadaan seperti ini, Niall masih bisa melawak. LOL. Tanpa sungkan, Louis langsung duduk di atas pangkuannya. Ia mengacak-acak rambut Niall yang sudah kusut setelah ku jambak itu.
"Pacarku, kau baik sekali! Lilo pasti iri karena ia belum pernah berpacaran" Louis melirikku dengan lirikkan meledek.
"Setidaknya aku tidak pernah suka sesama jenis seperti kalian"
"Ya, karena Lilo sedang suka dengan seorang laki-laki" DEG! Tiba-tiba Niall bicara begitu. Atas kehendak apa dia bisa bicara seperti itu? Aku tidak menyuruhnya! Langsung saja ku pelototi dia.
"Apa? Lilo sedang suka dengan seseorang? Siapa?" Damn. Sekarang Louis malah bertanya seperti itu, membuatku makin panik. Bahkan menatapku dengan meledek lagi.
"Mungkin biar dia sendiri yang menjawab" ledek Niall. Damn. Damn. Damn. Damn!!! Niall! Aku akan membalasmu.
"Aku.. err.. a.. aku.. aku suka pada..." Gawaat!! Aku harus jawab apa?!
"Lilo..." Louis bangkit dari pangkuan Niall dan langsung duduk di sebelahku. Ia merangkulku dan mengelus-elus kepalaku. Damn. Aku makin gelisah!
"Aku ini daddy mu. Ayolah. Jujur pada ayah. Hm?" Aku menatap matanya. Ku lihat Niall hanya diam. Seperti patung. Mata birunya itu menatap kami berdua. Kenapa dia!! Harusnya ia membantuku menjawab! Bukan diam begitu! Argh.
"Aku.. su.. suka pada.." Dan akhirnya dengan terpaksa aku menjawab,
"Err.. Harry Styles"
Setelah itu mataku langsung menatap ke karpet bawah. Damn. Aku terpaksa berbohong. Seperti yang ku duga. Niall dan Louis bertatapan. Saling menganga dan tertawa keras-keras dan toss. Puaslah Niall mempermalukanku.
Bagi kalian yang belum tahu, jadi si Harry Styles ini adalah orang yang sangaaaat culun di sekolahku (aslinya engga ya). Si keriting ini selalu menundukkan kepalanya sambil membawa-bawa buku-buku tebal. Argh. Louis pasti akan meledekku jika si Harry Styles ini lewat.
"Sudahlah sudah! Aku ambil makanan saja! Argh!" Aku meninggalkan mereka ke dapur. Meninggalkan mereka dengan tawa menyebalkan mereka. Tak lama aku kembali dengan membawa makanan. Namun ekspresi mereka sudah berubah menjadi datar. Seperti tidak pernah terjadi sesuatu yang lucu.
"Hey ada makanan!!" seru Niall. Tanpa rasa sungkan lagi, ia langsung loncat-loncat di atas sofa. Niall berubah. Louis pun mengikutinya. Kalau untuk yang satu ini aku tidak heran. Ia memang maniak terhadap makanan. Dasar Louis.
"Hey aku mau yang pertama!" seru Louis sembari hendak mengambil makanan cepat-cepat.
"Tidak! Aku mau jadi yang pertama!" Niall rusuh.
"Guys, ini hanya makanan! Jangan bertingkah seperti orang terlantar!" seruku. Namun mereka tetap tidak dengar. Niall dan Louis terus berebut makanan bahkan sampai timpuk-timpukkan.
"Lou, aku mau yang keju!"
"Hey, jangan ambil snack yang akan ku pilih!"
"Aku mau yang coklat!"
"Niall, akan ku balas kau!!"
Kira-kira kurang lebih semua kata-kata itu yang terlontar dari mulut mereka berdua. Bahkan saat mulutnya penuh dengan makanan masih bisa-bisanya mereka rusuh. Hingga akhirnya, saat Niall akan menimpuk Louis dengan sebuah botol minuman, Louis dapat menghindarinya dan botol itu malah meleset dan menimpuk piala golf milik ayah yang ada di atas piano.
PRAAANG...
Piala yang terbuat dari kaca itu jatuh ke lantai dan... pecah.
-bersambung-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top