Chapter 28: She's Back.

Mungkin chapter ini rada awkward. Ga sebagus yang lalu (emang yang lalu bagus?). Maaf kalo typo

Follow me on twitter~ hehe *evil laugh*

----

"Karena kau tidak mungkin disini. Kau seharusnya sudah mati.. Lucy Oliver!"

Dengan terus menyungging senyum liciknya, Lucy berjalan mendekati Lilo, kemudian menyentuh dagunya agar tatapan Lilo lurus menghadapnya, "Kau tidak berubah banyak, Lo. Masih sama seperti yang dulu. Gadis yang rapuh jika tanpa perlindungan Louis." Dia duduk menyilangkan kedua tangan dan kaki jenjangnya di atas meja. Menatap Lilo dengan dingin, "Sekarang, kemana Prince Charming-mu? Apa dia sudah terganti dengan pangeran barumu yang itu?" Lucy menunjuk Niall yang hanya bisa menunduk.

"Lucy.." Lilo balas menatapnya. "Kenapa kau mau mencelakaiku? Aku tidak pernah melakukan apapun padamu. Dan bagaimana kau bisa berada disini? Kau seharusnya sudah mati di kecelakaan pesawat itu!"

Lucy memutar kedua bola matanya mendengar pertanyaan Lilo—yang menurutnya sangat konyol. Tatapannya kali ini berubah lebih dingin. Ditambah dengan sebelah alis yang terangkat, "Kau benar-benar tidak tahu apa salahmu padaku? Hahaha"

Hati Lilo semakin panas mendengar tertawaannya yang terkesan mengejek. Rasanya dia ingin mencambuk Lucy dengan tali yang mengikat tangannya saat ini, "Kau juga membunuh Louis! Dia dulu pujaan hatimu! Kenapa kau begitu kejam melakukan ini semua! Uggh" Ia menghentakkan satu kakinya.

"Kau benar-benar bodoh! Seperti itu saja kau tidak tahu? Huh. Gadis bodoh."

Mereka berdua akhirnya sampai di depan apartemen tempat keluarga Oliver tinggal untuk sementara setelah mengantar Lilo pulang. Louis mematikan mesin mobilnya sambil menyandarkan kedua tangannya di atas setir mobil, "Kita sampai. Hh.. benar-benar hari yang melelahkan.".

Tidak ada jawaban dari Lucy. Saat Louis meliriknya, ternyata dia tertidur. Rambut ginger-nya menutupi seluruh wajah dan juga sabuk pengaman masih terpasang. Louis memilih untuk membangunkannya karena terlalu capek untuk menggendong Lucy ke dalam. Ditambah 2 kata 'Mantan Sahabat' yang terlontar masih berputar-putar di pikirannya. Membuatnya tambah lelah dengan semua drama yang dirancang kedua orangtuanya ini.

Ia melepas sabuk pengamannya sendiri kemudian mendekatkan diri pada Lucy. Berniat untuk melepas sabuk pengaman yang terpasang itu. Tapi tiba-tiba saja tangan Lucy bergerak dan menyentuh kedua sisi wajahnya. Senyuman dengan mata masih terpejam muncul di mulutnya, "Lu, kau sudah bangun?"

Kedua tangan Lucy seolah menarik lembut wajah Louis untuk makin mendekat. Louis berusaha untuk menjauhkan wajah mereka berdua karena tidak mau membiarkan first kiss-nya dilayangkan pada gadis ini. Tak lama saat dahi mereka bersentuhan, mata Lucy terbuka sepenuhnya. Menatap wajah Louis dari dekat.

Louis menelan air ludahnya sendiri, kemudian langsung menarik diri saat disadari ia hampir tergoda dengan mata indah gadis itu, "S-s-sorry. Aku tidak bisa."

"Apa? Kenapa?"

"Karena aku.. tidak bisa melakukan itu"

"Iya, tapi kenapa? Aku pacarmu, aku berhak mendapatkannya darimu!"

Louis menggeleng kuat tanpa menatap Lucy sedikit pun, "Ini adalah first kiss-ku. Dan aku tidak ingin melakukannya." Ia tertunduk dengan tangan yang memijat-mijat pelan kepalanya, "Kita ini dijodohkan! Kau ini bukan.. kau bukan.. pacar sungguhanku."

"Tapi aku ingin jadi pacar sungguhanmu! Aku sungguh-sungguh menyukaimu" Lucy menyentuh pundak kiri Louis dengan penuh harap, "Kau masih tidak bisa merasakannya? Apa ada bagian dariku yang tidak masuk kriteria-mu?"

Louis menggeleng pelan, "Kau ini cantik, juga baik. Tidak ada yang kurang, hanya saja.." Louis menatapnya dengan sendu, "Aku mencintai orang lain. Dan aku ingin first kiss ini untuknya. Bukan yang lain. Maaf."

Keadaan menjadi hening sejenak. Lucy bergeming mendengar apa yang baru saja dikatan Louis. Menyadari ia masih bertepuk sebelah tangan, "Siapa 'dia'? Apa 'dia'.. lebih baik dariku?"

Louis tersenyum tipis dan lagi-lagi menggeleng, "Dia tidak lebih baik darimu. Tapi dia.. istimewa."

Rasa kecewa, sedih, juga kesal menumpuk di dalam hatinya. Sekarang ia menatap Louis dengan penuh amarah. Tangannya menggebrak dashboard dan yang satunya terkepal kuat. Seraya mengumpulkan semua kantung belanjaan, dia memberi sebuah 'peringatan' pada Louis,

"Cintamu padanya tidak akan bertahan lama. Kau akan mulai mencintaiku karena cepat atau lambat, kau akan jadi milikku." 

Dengan cepat, dia turun dari mobil dan membanting pintu keras-keras.

"Selamat, Lo. Kau menjadi wanita beruntung yang mendapatkan first kiss Louis" ucapnya. Lilo masih tertunduk menatap kedua sepatunya. Mengetahui kalau Louis dan Lucy hampir saja berciuman saat itu. Dia memejamkan kedua matanya erat. Menyesali sebuah kesalah pahaman yang pernah terjadi diantaranya dan Louis.

"Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkannya karena Louis seharusnya untukku!!" Lucy menjerit keras tepat di depan wajah Lilo. Dia menampar pipinya kencang karena terbawa emosi. Niall terkesiap melihatnya sedangkan Lilo tetap diam dan menunduk.

"Kalau kau mencintainya.." Kini kepalanya sedikit terangkat, "Kenapa kau membunuhnya? Kau  benar-benar psikopat."

"Aku membunuh Louis. Ya. Dan aku bangga juga puas akan hal itu. Itu semua karena.."

2 orang tim evakuasi membawa dan menuntun Lucy pelan-pelan. Lantaran lokasi jatuhnya pesawat lebih dekat ke Whitehaven dibanding daratan Irlandia, semua korban dibawa dan dilarikan kesana.

Tubuhnya benar-benar lemas dan dingin saat itu. Bagaimana tidak? Berhari-hari terapung di tengah laut tanpa makan dan minum. Terlebih saat itu sedang musim dingin. Matanya yang masih buram saat itu, tak sengaja melihat sosok yang dirasa kenal. Dia sedikit menyipitkan matanya memperhatikan seorang gadis berjalan bergandengan dengan pria bertubuh tinggi besar. Dan hampir terlonjak kaget begitu sadar kalau itu adalah Lilo. Gadis berambut coklat itu tidak menyadari keberadaan Lucy karena pandangannya terarah pada helikopter tim evakuasi yang bolak-balik lewat memenuhi langit.

Dengan tenaga dan suara seadanya, dia mencoba memanggilnya. Tapi tentu saja suara lemahnya kalah dengan suara bising helikopter tersebut. Lucy berhenti memanggilnya dan memperhatikan mereka berdua yang masuk ke area rumah sakit. Dia melirik dua orang anggota tim yang sedang menolongnya saat ini. Setelah Lucy dibaringkan di dalam salah satu ambulans, dia mencoba kabur dan bertekad untuk menyusul Lilo ke dalam rumah sakit walau masih terasa lemas.

Ia berjalan terpincang-pincang mencari Lilo. Tapi semuanya justru sia-sia saat melihat Louis dan Lilo berpelukan. Dan menyadari kalau orang yang dimaksud Louis adalah... Lilo.

"Kau telah merebut Louis dariku dan membuatku kehilangannya! Aku tidak akan membiarkanmu bersenang-senang dan bahagia bersamanya di atas penderitaanku!" Lucy kemudian menyentuh bekas luka bakar yang terletak di samping mata kanannya.

"Luka dan sakit mendalam tidak hanya ku rasakan disini" Tangannya lalu berpindah ke dadanya, tepat hati terletak. "Tapi juga disini, kau tahu?! Lebih sakit! Oleh sebab itu.."

Lucy kembali mundur ke mejanya. Menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggung, "Aku memilih untuk membunuhnya dan dengan begitu, kau bisa merasakan betapa sakitnya kehilangan Louis" Tangannya keluar dengan memegang sebuah pistol dan langsung mengarahkannya pada Lilo sambil tersenyum smirk. "Begitu juga denganmu. Ada kata-kata terakhir?"

Niall dan Lilo sama-sama mengangkat kepalanya. Lilo akan ditembak Lucy, dan Niall tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia berusaha terus memberontak agar ikatan itu lepas. Namun tidak bisa. Pria-pria besar itu mengikatnya sangat kencang.

"Kau ingin membunuhku? Silahkan. Aku justru bersedia dan sangat terhormat untuk kembali bertemu Louis. Dan kau tidak bisa menghalangi kami lagi. Asal kau tahu, kau itu tidak sungguh-sungguh mencintai Louis. Karena yang ada di hatimu hanya memilikinya dan menghalangi siapapun yang membuatnya bahagia. Kau hanya ingin memiliki. Dua hal yang sangat mendekati tapi susah dibedakan juga membutakan yang mana arah-mu sesungguhnya, Lucy Oliver."

Emosi Lucy justru makin bertambah. Darahnya menaik dan tangannya sudah tidak sabar untuk membunuh gadis ini. Ia memperkuat cengkramannya pada pistol hitam abu-abunya. Nafasnya jadi tidak teratur dan memburu tiba-tiba.

"Tidak usah sok suci, Lily! Maut sudah menjemput disisimu.. saat ini juga."

Satu tembakan akhirnya dilepaskan Lucy begitu saja. Lilo memejamkan matanya menunggu peluru yang siap menembus kepalanya. Dia benar-benar pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Niall yang daritadi berusaha memberontak akhirnya terlepas dari ikatan. Para pria besar itu berusaha untuk menghentikan Niall tapi dia sudah terlanjur lari untuk melindungi Lilo. Alhasil..

Niall yang menjadi korban.

BRUUK..

"NIALL!!!"

Lilo menjerit histeris dan cepat-cepat berlutut di depan tubuh Niall yang ambruk. Tapi tak lama kemudian, terdengar suara sirene dan pintu dibuka oleh beberapa orang polisi.

-bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top