Chapter 24: Teror
"Will you marry me?"
Louis benar-benar kehilangan akal sehatnya! Dia baru saja mengucapkan 4 kata itu.. untuk Lilo? Matanya masih terpaku pada isi kotak biru tua tersebut. Berkilauan, dan siapapun yang memakainya, sudah pasti akan menjadi bagian hidup terpenting Louis. Dan sekarang, Louis menunjukkannya pada Lilo, yang artinya ia akan memakainya. Mata coklat Lilo berpindah pada mata biru Louis yang berbinar. Semua harapannya selama ini, ada disana. Dan semuanya itu bergantung pada jawaban gadis ini.
"Jadi.. bagaimana?"
"Err.." Matanya menatap ke segala arah, "Y-yes.. I will.." jawabnya gemetaran.
"Huh? A.. apanya? Hello.. Lilo!"
BLES!
Lilo langsung terbangun dari lamunan siang harinya dan mengerjapkan mata. Kemudian mengusap wajah sendiri dengan kedua tangan. Astaga.. ternyata itu semua tidak nyata! Walaupun ia berharap akan menjadi nyata.
Matanya sekarang tertuju pada wajah Louis yang mengkerut dengan bingung. Di tangannya terdapat bungkus kado berukuran sedang.
"For you" ucapnya.
"O-oh.. thanks" Kemudian menaruhnya di atas meja.
"Kenapa tidak dibuka?" tanya Niall menyentuh puncak sandaran bangku.
"Oh iya." Lilo mengambil balik kado dari Lou dan mengocoknya terlebih dahulu. Menebak-nebak apa isinya. "Apa ini?"
"Coba saja buka" Louis tersenyum seraya mengerlingkan mata.
Ia perlahan merobek bungkusnya dan membuka sebuah kotak kardus, "Kotak musik?" Tangan kanannya mengeluarkan hadiah tersebut dari dalam kotak.
"Wow," Niall mengambil alih kotak musik itu darinya, "Pilihan yang bagus, Tomlinson!" Ia memerhatikan tampilan fisik kotak itu.
"Yang istimewa adalah musiknya, Niall" Louis kembali menyandarkan kepalanya pada bantal.
"Benarkah? Musik apa? Alunan gitar? Piano? Atau justru suaramu?" Ia memutar kunci, lalu melepaskannya. Dan ternyata memang istimewa. Musik itu adalah... The Beatles-Twist And Shout. Boneka kecil ber-jas hitam yang ada diatasnya pun berputar-putar. Lilo belum pernah melihat kotak musik seperti ini sebelumnya.
"Wow, menakjubkan Lou! Haha" Ia menepuk-nepuk punggung tangan Louis.
"Yea, ingat saat aku menyanyikan ini di depan jendela kamarmu?"
"Um.., yeah. Dan aku langsung menyirammu dengan air!"
"Aku meminjam hairdryer-mu dan langsung berfoto dengan ponselmu!"
"Lucu sekali! Aku masih menyimpannya"
"Jaga itu ya! haha"
"Tentu saja."
Niall hanya memasang senyum renyah mendengar cerita mereka. Dalam hati kecilnya, ia merasakan sedikit cemburu. Apalagi hadiahnya untuk Lilo hanya berupa voice note, sedangkan Louis beserta kotak. Ia menggaruk-garuk leher belakangnya melihat mereka berdua tertawa-tawa.
Tapi entah kenapa Niall merasa ada yang memperhatikan mereka bertiga saat ini. Ia sedikit memutar badannya ke arah jendela. Tidak ada apapun. Hanya terlihat orang-orang yang berlalu-lalang di halaman depan rumah sakit (berhubung ruangan ini ada di lantai dasar). Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berpaling kembali.
***
Lilo bertopang dagu memainkan kotak musiknya yang diberikan Louis 4 hari lalu. Walaupun bukan lagu yang mellow, tetap saja berhasil membuat Lilo terngiang-ngiang.
"Lily, kau belum siap-siap untuk lusa?" Mrs.Greimas memasuki kamar.
"Ada apa dengan lusa?" Mata Lilo masih terpaku.
"Hari kelulusanmu. Bagaimana sih.." Dan sekarang Lilo cepat-cepat berpaling pada ibunya.
"LUSA?! Benarkah?"
"Yaa, waktu berlalu begitu cepat" Mrs.Greimas mengusap-usap dagunya. "Padahal rasanya baru kemarin aku mendaftarkanmu di Elementary School, sebentar lagi akan jadi mahasiswi"
"Aku akan masuk Universitas mana?"
"Well, dari semua tes-mu, ku rasa lebih condong ke Leeds University atau University of Bristol"
"Kalau di Whitehaven?"
"Kau kan tidak tes disana"
"Oh iya"
TING.. TONG..
"Sebentar ya"
Mrs.Greimas bangkit dan keluar kamar untuk membukakan pintu. Lilo kembali bertopang dagu menatap kotak musiknya. Kalau diperhatikan lebih jeli, boneka ber-jas itu justru mirip Louis. Bukannya salah satu member The Beatles.
Ia menutup kotak musik dan beralih pada bingkai foto dirinya, Niall, dan Louis. Ada Pony juga di dekapan Niall. Mereka bertiga sedang berada di jalan setapak suatu taman, membawa Pony jalan-jalan sepertinya. Lilo tersenyum kemudian menatap ke atas. Ia berucap pelan,
"Terimakasih telah memperbaiki persahabatan kami.."
Lilo menaruh kembali bingkai foto itu pada tempat awal.
PRAANG...
Ia hampir terlonjak kaget saat mendengar kotak musiknya jatuh. Sepertinya tak sengaja tersenggol. Beruntung tidak hancur.
"Oh Gosh.." Ia cepat-cepat berlutut dan memungut, mengusap-usapnya agar tidak ada yang lecet. "Bodohnya aku.."
"Lilo!" Mrs.Greimas kembali dengan amplop putih kecil yang tertutup rapat di tangannya. Lilo memutar kepalanya setelah menaruh kotak musik di atas meja. "Ada surat, tertulis untukmu" ujarnya seraya menyodorkannya pada Lilo, "Ibu harus mengurus Pony, okay?" Lilo mengangguk seraya menatap tubuh ibunya yang keluar lagi dari kamar.
"Tumben sekali ada surat" Ia mengerutkan alis dengan heran melihat surat yang ia terima, "Hm, mungkin dari Uncle Si" Meskipun tidak yakin. Lilo membukanya. Isi surat itu pendek. Dan tulisannya disusun dari potongan-potongan huruf koran:
"Aku masih disini. Dan terus mengawasimu.-Pengawasmu-"'
-bersambung-
Sepertinya ending-nya diundur-_- Maaf pendek, boring, dan lama :( Follow my twittaaah, please~
Thanks for reading xxx
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top