Chapter 2: Goodbye Louis!

Hawaii... Hawaii... Hawaii... aku mencoba mengingat-ingat. Oh, ya! Aku ingat! Sebulan yang lalu ayah berjanji untuk membawaku ke Hawaii jika ia ada waktu senggang. Dan tampaknya ia menepati janjinya itu.

"Oh Hawaii! Ya, bisa aku bicara dengan ibu?"

"Silahkan"

Aku langsung bangkit dan mengambil alih gagang telepon. Mrs.Greimas pergi menuju dapur.

"Halo bu? Benarkah? Kau tidak bilang padaku sebelumnya! Hmm... begitu ya"

Sejenak ibu berbicara panjang lebar dan aku diam mendengarkannya.

"Ya ya... aku akan sampai 10 menit lagi" Setelah itu menyudahi pembicaraan.

"Lou, kau benar akan ke Hawaii?" tanya Lilo polos.

Ya Tuhan, tampangnya itu membuatku tak tega meninggalkannya, "Ya".

"Kau tidak bilang padaku! Kapan?"

"Err... lusa. Ibuku sudah membeli tiket pesawat"

"Oh, bagus. Aku ditinggalkan" Ia melipat tangannya dan memanyunkan mulutnya.

"Hey, ayolah kawan! Itu hanya seminggu!" Aku merangkulnya. Ia menaruh kepalanya di pundakku dan termenung.

"Ayolah Lilo! Jangan cengeng" Ku usap kepalanya dan tiba-tiba terlintas suatu ide.

"Bagaimana kalau besok aku traktir kau di kantin. Bagaimana? Hah?" Aku memainkan alis.

Yah, namanya juga manusia. Pasti senang kalau harus makan tanpa mengeluarkan uang. Sama halnya dengan Lilo. Ia langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum.

"Aku sayang padamu Louis!! Hehehehe...." serunya semangat. 

---

Sesuai janjiku, keesokan harinya aku langsung menyeret si Lilo kunyuk bolo itu ke kantin. Dan oh baiklah, dia memesan banyak makanan. Bisa ku pastikan, dompetku langsung kosong setelah menraktirnya.

"Louis" panggilnya.

"Hm?"

"Apan au bayik ke sini? (Kapan kau balik kesini?)" tanyanya dengan mulut penuh makanan.

"Telan dulu itu makanan!" seruku sambil diam-diam melahap satu sendok makanannya.

"Jadi kapan?"

"Uhm?"

Ku perhatikan tangannya menyendokkan makanan. Sebelum masuk ke mulutnya, aku berseru,

"God, Lilo, apa itu disana?!"

"Apa?" Pandangannya langsung teralih dan aku cepat-cepat melahap makanannya. Dia kembali menolehku, "Sialan kau Lou!"

"HAHA, 1-0!" Aku tertawa jahil.

"Ish!!!" Tangannya meninju-ninju wajahku.

---

Lilo's Pov

Malam ini malam terakhir sebelum aku dan Louis berpisah. Oh, Lilo kau bicara apa? Tidak bertemu Louis hanya seminggu saja kok! Aku berusaha menghibur diriku.

Saat ini aku sedang berada di rumah Louis. Tepatnya di kamarnya yang banyak poster Marilyn Monroe. Dia ini memang kuno. Seharusnya anak laki-laki seumurannya tergila-gila dengan band-band rock atau penyanyi wanita modern. Tapi di hatinya cuma ada Marilyn Monroe. Bahkan wallpaper laptop yang sedang ku mainkan adalah Marilyn Monroe.

"Louis" panggilku padanya yang sedang bermalas-malasan di kasur dengan majalah.

"Apa?"

"Bantu aku menge-cheat The Sims 2" ujarku.

Ia langsung bangkit lalu mengambil bangku untuk duduk di sebelahku. Ia mengambil alih laptop. 

"Apa ini? Kau membuat keluarga Tomlinson dan kau jadi anakku? Lily Tomlinson?" Ia mengerutkan kedua alisnya.

"Kenapa? Memang tidak boleh?" Aku menjulurkan lidahku.

"Tak apa. Aku rela menjadi ayahmu asalkan istriku Marilyn Monroe. Dan disini kau membuat Marilyn Tomlinson! Aku sayang padamu Lilo!" Ia mengacak-acak rambutku.

Aku memang menyukai Louis tapi aku biasa saja kalau ia bilang sayang. Itu hal biasa bukan dalam persahabatan?

Kembali ke kamar err.. maksudku kembali ke rumah Louis.

Ia menekan beberapa tombol di keyboard dan terlihat sudah mahir. Wajahnya sangat serius menatap layar. Dan sekali lagi itu membuatnya menjadi... keren. Aku tak berhenti tersenyum melihat mata birunya itu. Ya Tuhan, kau memang baik mempertemukanku dengan orang setampan dan sekonyol ini.

"Nah begitu cara membuat uang menjadi banyak" ujarnya saat sudah selesai.

Aku masih menatap kedua matanya sambil setengah menyeringai.

"Lilo?" Ia melambaikan tangannya. Tapi tetap aku terpaku pada wajahnya. Sampai akhirnya ia berteriak tepat di depan wajahku dan memecah lamunan.

"LILO!!" Jeritnya sekencang-kencangnya.

"Eh, apa?" tanyaku dengan tampang cengok.

"Kau kenapa?!" serunya lagi.

"Aku... aku..." Aku jadi bingung harus jawab apa. Mataku kembali pada layar laptop, "Ini sudah?" tanyaku. Ia mengangguk. Aku melirik jam dinding kamarnya.

Jam 9.

"Wow, ternyata sudah jam 9 ya?" Aku melongo.

"Oh, tolonglah jangan pulang! Aku masih ingin bermain denganmu" Louis mengemis.

"Maksudmu aku harus menginap? Tidak mungkin!"

"Mungkin saja sih" Ia memasang wajah datar.

"Yaa, tapi mungkin aku bisa bilang pada ibu untuk pulang larut malam. Mana handphone mu?" tagihku.

"Di kasur"

Ia menunjuk dengan dagunya. Aku langsung loncat dan mendarat di atas kasur Louis. Hey, wallpaper home screen-nya sudah berbeda. Itu fotoku dan dia saat sedang gila di bioskop. Di foto itu kami memakai kacamata 3D.

"Okay.. so, kau masih menyimpan foto memalukan ini?" tanyaku menunjukkan foto.

"Hey! Kembalikan!" Dia buru-buru menghampiriku dan berusaha meraih ponselnya. Namun terus ku jauhkan dari jangkauan tangannya.

Dan alhasil kami malah rusuh berdua sambil sesekali memukul dengan guling. Akhirnya aku tidak jadi menelpon ibu. Aku malah menginap dan tertidur di rumah Louis. Louis sendiri juga tertidur di atas meja belajarnya. Laptopnya masih menyala. Sepertinya ia kelelahan bermain The Sims 2.

Sampai akhirnya bunyi jam weker membangunkan kami berdua.

Sisi baiknya adalah, aku jadi tahu rahasia Louis saat bangun tidur. Dia mengiler dan membuat keyboard laptop basah.

"Hey Louis!" seruku, bangkit sempoyongan dari tempat tidur lalu menghampirinya di meja belajar. Aku baru ingat ini hari dimana ia harus berangkat ke Hawaii. Louis pun mengangkat kepalanya dari atas meja lalu mengelap mulutnya.

"Oh hey Lilo.. err.. sejak kapan kau disini?" tanyanya dengan masih terkantuk-kantuk. 

"Entahlah, aku rasa aku menginap di rumahmu tadi malam. Err... lebih tepatnya sih tertidur" 

Louis hanya bertopang dagu dan memejamkan matanya yang masih mengantuk.

"Bangun Louis! Bukankah hari ini kau harus ke bandara?" seruku sambil mengguncangnya. Namun ku rasa guncanganku terlalu kuat dan aku lupa kalau ia baru bangun dan sangat lemah. Alhasil dia jatuh dari bangku.

"Ups" Aku menganga.

.

.

.

Hari ini aku ikut mengantar keluarga Tomlinson ke bandara. Masing-masing membawa tas tak terkecuali adik-adik Louis. Orangtuanya sangat baik padaku. Mereka tak henti-henti memujiku. Aku juga sudah menganggap mereka layaknya orangtuaku. Begitupun sebaliknya.

"Jadi... kalian akan seminggu disana?" tanyaku.

"Ya. Tenang saja Ms.Greimas. Kami akan membawakan oleh-oleh spesial untukmu! Hahaha" Mrs.Tomlinson merangkulku dengan akrab. Aku tersenyum. Agak malu juga karena aku tadi hanya cuci muka di rumah Louis.

"Dan aku makin sayang padamu jika kau bersedia menjaga rumahku" sahut Louis.

"Ssst! Louis tidak boleh seperti itu! Haha" tegur Mr.Tomlinson.

"Aku harap aku bisa menyuruh Pony untuk mengejarmu, namun kenyataannya ia tidak di bandara sekarang. Ahaha..." Candaku dengan tertawa dibuat-buat.

Tentu saja aku tidak bisa tertawa lepas seperti biasanya. Sahabatku satu-satunya ini akan pergi meninggalkanku ke Hawaii selama seminggu penuh. Di saat liburan saja kami tidak bisa tidak bertemu 1 hari pun. Aih, rasanya aku ingin menyusulnya.

"Jadi, sepertinya pesawat kami sudah datang" ujar Mrs.Tomlinson.

"Wow, aku akan merindukan kalian. Terutama kau Daisy dan Phoebe kecil" Aku mengusap-usap kepala 2 adik kembar Louis itu. "Kami juga akan merindukanmu Lily" ujar mereka berdua.

"Okay, jadi kau tidak rindu padaku? Huh!" Louis mengerucutkan bibirnya.

Rindu kok. Aku ingin mengatakannya. Namun aku gengsi pada sahabatku sendiri. Aku menyukaimu Louis!

Tak lama setelah itu, mereka semua mengangkat tas dan beranjak berjalan ke arah pintu masuk pesawat. Namun Louis yang terakhir. Ia memelukku terlebih dahulu.

"Kau jangan nakal kunyuk!" tegasnya.

"Nakal bagaimana?" Aku tidak mengerti.

"Kalau kau dapat pacar, kau harus memberi tahuku dan izin padaku."

"Memang apa pedulimu?" tanyaku heran.

"Kau lupa? Aku ini ayahmu! Walau hanya di The Sims" Jawaban yang... aneh.

"Ya sudah, cepat pergi sana! Aku malas melihatmu!" Aku melempar tangannya dari atas kepalaku.

"Jangan sedih! Ayah hanya pergi seminggu!" Ia memberantaki rambutku.

Sial. Aku kan belum mandi. Malah makin dijelekin sama dia.

"Yayaya, lebih baik kau cepat pergi sana! Daripada ketinggalan pesawat" Aku mendorong-dorong Louis.

"Baiklah sampai jumpa!!" Ia langsung lari menyusul keluarganya.

Yaah... Louis sudah pergi. Aku melihat sendiri pesawat yang ia naiki sudah terbang menjauh. Makin lama pesawat itu tidak terlihat lagi. Hanya satu harapanku. Bukan oleh-oleh, tapi semoga Louis cepat kembali!

-bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top