Chapter 14: The Truth (Part II)

"Dijodohkan?"

Ibunya mengangguk mantap.

"Kami berempat telah menjodohkanmu dengannya saat kau masih bayi. Mr.Oliver adalah kerabat kerja ayah dulu dan baru bertemu lagi sekarang"

"Haha.. itu lucu bu"

"I'm not kidding"

"Please be serious"

"I'm serious" Mrs.Tomlinson membelai rambut Louis.

Hari ini, malam ini, menit ini, detik ini, saat ini juga, disini, rahangnya hampir copot dan matanya nyaris dibuat keluar oleh perkataan ibu barusan. Nada bicaranya khas. Khas ibu jika sedang bicara serius. Ini.. perjodohan? Impossible. Sulit dipercaya ia akan mengalami kejadian seperti di film-film.

 

Louis kembali duduk di samping Lilo. Perempuan berambut coklat itu termenung begitu mendengar cerita sahabatnya.

Louis.

Orang yang ia sukai dan menjadi sahabatnya dari dulu ternyata telah menemukan jodohnya dan itu bukanlah dia.

Jodohnya yang lebih baik dan punya kelebihan banyak dibanding dia.

Ia memalingkan wajah dari Louis. Berusaha menutupi air mata yang telah memenuhi kedua matanya, namun belum satu pun tumpah membasahi pipi.

Tepat pada saat itulah Niall datang ke rumah Louis. Awalnya, ia berniat untuk memperdebatkan tentang 'janji-janji' itu. Namun diurungkan begitu melihat Louis dan Lilo sedang berdua. Dia bersembunyi di balik dinding kamar Lou dan menguping pembicaraan mereka.

"Dia... cantik kok, juga baik.." Lilo terisak. Air matanya sekarang pecah. Mereka mengalir turun membasahi kedua pipinya.

Louis baru sadar kalau Lilo menangis lantaran wajahnya tertutup oleh rambutnya. Ia menyentuh pundaknya.

"Lo? Kau mena--"

"No! No! Louis, please.." Lilo cepat-cepat menyingkirkan tangan Lou dan menggeser posisi duduknya. "Don't touch me.."

"Kenapa kau menangis?"

"Ss-selamat Lou.." Ia menyeka air matanya dan masih memalingkan wajah dari Louis. "Mungkin sse- sekarang kk-kau sudah mendapatkan first kiss-mu, kan?"

Ya, Louis dari dulu memang belum pernah mendapatkan first kiss sama sekali bahkan sampai sekarang.

"Ti--tidak. Aku belum pernah kissing dengannya"

"Kalau begitu kau menyimpannya untuk pernikahanmu nanti.. ha.. ha"

Niall mempertajam pendengarannya. "Pernikahan?" pikirnya tak mengerti.

"Lo--"

"Jadi kapan pernikahanmu dan dia? Setelah kelulusan?"

"Dengar Lil--"

"Di Belfast, bukan?"

DEG! Niall tersentak mendengar salah satu kota negara kelahirannya di sebut-sebut. "Siapa yang menikah di Belfast?"

"Semoga kau bahagia dengannya"

"LILO!"

Louis menegaskan namanya agar ia berhenti memotong perkataannya. Sekarang Lilo diam. Air matanya terus mengalir satu persatu. Ia menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Lilo.

"Bagaimana jika aku tidak setuju dengan perjodohan ini?! Bagaimana jika aku tidak menyukainya?! Bagaimana jika aku terpaksa melakukan ini agar Mr.Oliver tidak memutus hubungan kerja dengan ayah?!  Dan bagaimana jika..."

"Jika..?"

Lilo menyeka air matanya lagi. Pandangannya masih tertuju pada jendela. Dia tidak mau menatap Louis sedikit pun.

"Jika aku masih menyimpan first kiss-ku, because.."

Lilo bertopang dagu pada pangkuannya. Masa bodoh dengan apa yang dikatakan Louis.

"Because.. I keep it for you.. Just-for-you."

Niall dan Lilo yang mendengar itu sama-sama tersentak. Mata mereka membelalak seakan tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan. Hatinya berdegup 10 kali lebih kencang dari biasanya.

Louis menyukai... Lilo?

***

"Ya sudahlah, ayo naik ke punggungku!" Dengan hati-hati, Lilo naik ke punggung Louis lantaran kakinya terkilir. "Kau ini sedang hamil atau apa sih? Berat sekali!"

"Kalau tidak niat memberi bantuan lebih baik tinggalkan aku disini! Huuuh"

"Iya.. iya maaf. Begitu saja marah...Aku kan hanya bercanda"

Diam-diam ia menyunggingkan senyum sambil menatap tangan Lilo yang melingkar erat di sekitar lehernya. Juga kepala Lilo yang bersandar pada kepalanya. Dekapannya terasa sangat hangat dan nyaman.

 

***

"Lalu kau merasa iri dengan pria itu dan meniru-niru tingkahnya, orang yang kau suka menyadari hal itu dan ia jadi membencimu?" Louis membelalak kaget.

Kalau tebakan Louis tak salah.. Niall menyukai Lilo?

"Ja.. jangan-jangan kau ini--"

"Dan bagaimana jika orang yang kau suka itu sahabatmu sendiri? Hah?" Louis makin yakin dengan dugaannya. 

"Niall, jangan bilang kalau kau menyukai--"

"Lilo"

DEG.. Right. Benar. Niall menyukai Lilo. Ia bergeming. Rasanya ada yang mengganjal di hatinya begitu tahu sahabatnya menyukai orang yang sama. Meskipun begitu, ia berpura-pura memasang wajah ceria.

"Wah, wah! Jadi kau ini sedang jatuh cinta rupanya! Pantas saja kau tidak pernah membalas tatapan sinis darinya. Hahaha~" Tapi Louis sendiri tahu kalau ia menyimpan kesedihan dibalik tawanya.

 

***

Louis kembali masuk ke theater 3 setelah muntah yang digolongkan tidak sedikit itu. Namun langkahnya terhenti begitu melihat Lilo dan Niall sedang asik mengobrol berdua. Akrab dan terlihat dekat. Ia bingung sekarang. Apakah harus kembali kesana atau tidak. Ia senang jika Niall berhasil memperbaiki hubungannya dengan Lilo, namun disisi lain, Louis merasa... jealous?

Ia melangkah mundur dan keluar dari bioskop. Memilih mengalah dan membiarkan mereka berdua.

 

***

Louis buru-buru mengangkat Lilo yang pingsan begitu kembali dari toilet. Ia segera berlari ke UKS diikuti Niall di belakang. Pelan-pelan menurunkannya pada kasur yang disediakan.

"Niall, tolong jaga dia ya. Aku akan kembali menjenguknya nanti"

"Okay"

"Oh ya, jangan katakan kalau aku yang membawanya kesini"

"Kenapa memangnya?"

"Ikuti saja ucapanku!" 

"Iya.. iya"

Namun saat Louis kembali ke UKS, yang dia lihat justru pemandangan Lilo dan Niall sedang berpelukan. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan hatinya. Seperti rasa cemburu... namun tidak ingin mengakuinya. Dia sudah berjanji pada hatinya kalau Lilo adalah untuk Niall.  Karena kesal dengan emosi yang bercampur aduk, Louis terpaksa membanting pintu UKS kencang-kencang dengan tendangannya.

***

Lilo bergeming. Ia masih tak percaya kalau Louis punya perasaan yang sama padanya selama ini. Entah dia harus senang atau sedih. Satu pertanyaan yang muncul di benaknya, kenapa dia tidak menyadarinya?

Louis menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah Lilo yang merah sembab. Lilo sendiri memberanikan diri menatap mata biru Louis. Matanya semakin bersinar terkena cahaya dari jendela kamar. Tangannya yang berada di atas pangkuan sendiri, tiba-tiba digenggam oleh Louis erat.

Louis menyentuh dagu Lilo dengan halus. Ia menyeka air mata Lilo dengan ibu jarinya sejenak dan menarik pelan dagunya mendekat.. mendekat .. tak butuh waktu lama, bibir mereka pun saling bertemu.

First Kiss.

Yang Louis telah nanti-nantikan sejak dulu. Ia telah mendapatkannya sekarang. Dan justru semuanya berubah menjadi indah saat ia harus segera pergi meninggalkannya. Meninggalkan orang yang ia cintai untuk bersama dengan orang yang tidak dicintai.

Niall mengintip mereka berdua. Kepalanya menyandar pada ambang pintu. Ia menghela napas panjang dan tertunduk. Berusaha ikhlas menerimanya. Meski begitu, ia masih memaksakan untuk tersenyum.

"Akhirnya Lilo mendapatkannya.."

Ia melangkah mundur dan menjauh dari depan pintu kamar Louis. Kalau Louis bisa mengalah dan mengurungkan perasaannya selama ini, kenapa Niall tidak? Niall pun memilih untuk pergi.

Setelah ciuman yang tidak bisa dibilang singkat, Louis dan Lilo melepas diri. Tangannya kembali menyeka air mata Lilo dengan ibu jarinya. Begitu juga sebaliknya. Lilo menghapus air mata Louis dan langsung memeluknya. Menangis di pundak Louis.

"I'm gonna miss you, Lou"

"Me either.."

"Promise me, you'll never forget about me and all of the things we've been through?" Ia mengangkat jemari kelingkingnya.

"Yeah, I promise" Louis melilitkan kelingkingnya pada Lilo dan mendekapnya lebih erat lagi.

Dan itulah kata-kata terakhir sebelum Louis berangkat keesokannya. Saat keluarga Tomlinson pamit pada orangtua Lilo, Lilo memilih mengurung diri di kamar.

Tidak akan ada lagi sosok humoris yang bisa membodohinya, mengerjainya, membuatnya tertawa lepas, bahkan menangis karena kebodohan orang ini.

Hanya Louis.

Dan dia pergi 3 minggu sebelum hari kelulusan tiba. Ia takkan melihatnya dengan pakaian toga atau bahkan pergi ke Universitas yang sama.

Ia benar-benar pergi meninggalkannya.

-bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top