Samantha

Mereka duduk di lantai dengan punggung yang bersandar pada ranjang. Kembali mendentingkan gelas mereka bersama. Menenggak sampanye yang entah ke berapa, sejauh ini Sam berhasil membujuk Ben untuk terus minum.

"Aku benci ayahku," ucap Ben.

Sam meliriknya. "Aku juga benci ayahku."

"Aku tahu," balas Ben. "Dan aku juga membenci ayahmu."

"Hmmm ... kau membencinya? Kenapa?" Sam mengisi kembali gelasnya dan gelas Ben, kembali mendentingkannya bersama.

Ben meminumnya dalam satu tembakkan dan menarik pinggang Sam untuk duduk di pangkuannya. Mencium punggung Sam yang terbuka dan bernapas dengan berat. Hampir terengah-engah. "Dia akan membuatmu menikah dengan saudaraku."

"Saudaramu?" tanya Sam bingung. Dia yakin nama belakang calon suaminya itu Cortez bukan Obscure. Mike Cortez.

"Saudara tiri. Aku menggunakan nama belakang ibuku, Obscure." Ben kemudian tertawa. "Bukan berarti aku menyukai ibuku, itu hanya menyenangkan untuk menggosok harga diri ayahku dengan tidak memakai namanya."

"Itu pasti menyenangkan." Sam mengangguk-angguk. Kepalanya mulai pusing tapi dia masih menenggak kembali sampanyenya. "Kau bisa merubah namaku juga, jika kau menikah denganku. Samantha Obscure. Itu pasti bagus."

"Kau mabuk," ucap Ben.

"Kamu tidak jauh berbeda," balas Sam dan dia tertawa seperti gadis gila. "Ayo kita menikah, Ben!"

"Kamu mengigau dan mabuk dan kamu ingin menikah?" Ben mencium leher Samantha, menikmati aroma vanila dan mawar yang masih kuat di kulit Sam.

Sementara Sam gila dengan bibir itu, dia ingin bibir itu di mana-mana. Dia ingin banyak ciuman dan lebih banyak lagi. Kenapa begitu sulit untuk membuat Ben setuju?

"Katakan padaku kalau kau tidak menginginkannya dan aku akan berhenti mencoba," balas Sam. Dia berbalik sehingga dadanya praktis menekan Ben. "Kita di Vegas, kita bisa menikah sekarang."

"Kamu kabur dari satu pernikahan untuk terjebak ke dalam pernikahan yang lain?" ucap Ben geli.

"Karena aku mencintaimu," ucap Sam. Dia langsung menutup mulutnya setalah itu. Bagaimana dia bisa mengatakan itu? Dia tidak yakin, hanya saja itu memang terasa seperti itu.

Bagaimana seseorang bisa tahu kalau dirinya sedang jatuh cinta? Sam tidak berpengalaman dengan perasaan itu tapi dia cukup yakin kalau Ben membuatnya merasakan itu. Mungkin ini adalah absurditas nyata yang tidak terelakkan atau mungkin ini memang syndrome stockholm yang membuatnya menginginkan penculiknya yang panas. Apa pun itu dia percaya Ben bukan orang yang jahat dan Sam juga yakin dia masih menginginkan Ben. Menginginkannya dengan cara yang paling buruk.

"Aku juga," balas Ben membuat Sam terkejut lebih dari apa pun.

"Ayo kita menikah!" ucap Sam lagi. Kali ini lebih bersemangat dari sebelumnya. "Kita sama-sama jatuh cinta, ini hal yang benar untuk dilakukan."

"Kau mengatakannya seperti itu dan itu membuatku mulai berpikir kalau ini hal yang bagus. Bagus tapi gila. Kita mabuk." Ben mencium Sam tepat di mulut dan Sam hanya membiarkan itu terjadi. Saat lidah mereka kembali bertemu, bibir yang saling menekan. Kemudian tangan Ben ada di mana-mana, menyulut kulitnya menjadi api. Menyentuhnya dan membuatnya berbaring ke punggungnya. Dada Ben menekan Sam ke karpet di lantai. "Aku ingin kamu begitu buruk, Sammy."

"Aku juga menginginkanmu. Sangat buruk." Sam menutup matanya, membiarkan jarinya pergi ke rambut Ben. "Aku bisa membayangkanmu saat aku menutup mataku seperti ini. Bibirmu menciumku dan tanganmu akan merobek gaunku pergi. Aku bisa membayangkan kamu akan menatapku dengan mata yang berkabut, memujaku untuk menjadi gila. Lalu kamu akan meyakinkanku kalau ini akan baik-baik saja ketika aku gugup karena ini akan menjadi yang pertama untukku. Kemudian kamu mulai bergerak-"

"Hentikan Sam! Kita mabuk!" Ben menarik dirinya kembali, duduk tegak meninggalkan Sam yang masih berbaring.

"Aku belum cukup mabuk, Ben." Sam ikut duduk dan memaksa Ben untuk kembali melihatnya. "Kamu juga belum. Apa yang menahanmu?"

"Aku tidak hanya ingin seks denganmu. Aku ingin banyak."

Sam mengerutkan dahinya, tidak benar-benar mengerti dengan apa yang dikatakan Ben. Mungkin itu efek dari alkohol yang membuatnya tidak bisa berpikir atau mungkin itu Ben yang membuat otak Sam mencair. Apa pun itu Sam sepertinya juga ingin banyak.

"Aku juga ingin banyak," ucap Sam. Sekali lagi dia tertawa dan mengambil botol sampanye untuk mengisi gelasnya. "Banyak itu bagus."

"Kamu mabuk Sammy dan kamu mulai bicara tidak jelas!" Ben merenggut botol dari tangan Sam, menjauhkannya dari jangkauan gadis itu.

"Berikan padaku! Aku ingin banyak!" Sam merengek dan mulai menjangkau Ben.

"Tidak ada lagi minum!" desis Ben.

Samantha cemberut dan menyilangkan lengannya dalam pemberontakan. "Kamu bilang kamu ingin banyak!"

Ben mendesah, kepalanya mulai terasa ringan dan dia mengutuk hal itu. "Aku ingin banyak! Sangat banyak darimu! Semua dari dirimu Samantha Finnegan!"

"Kamu ingin aku?" ucap Sam bodoh dan kemudian seringai konyol mulai muncul di wajahnya.

Sam merasa panas dan jantungnya berdetak dengan mengerikan, Sam khawatir jika detakkan itu tidak melambat dia akan mati karena darahnya terpompa terlalu cepat di pembuluh nadinya. Ben menginginkan banyak darinya.

"Itu yang aku katakan," jawab Ben.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya kalau aku juga ingin banyak kamu?" Sam mulai mengoceh lagi lalu perlahan senyumnya surut dan dia menundukkan kepalanya. "Aku hanya ingin menikah dengan cinta. Apa itu terlalu banyak untuk aku minta?"

Sam ingat Jules, bagaimana dia tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk jatuh cinta. Sekarang dia hamil dan Sam tidak akan pernah melihat bayi itu.

"Sam?"

Sam mendongak mendengar suara Ben yang berat, itu menggelitik sarafnya. Sam bingung bagaimana suara bisa membuat kulitnya merinding. "Apa?"

"Apa kamu mau pergi denganku?"

"Pergi?"

"Ya," jawab Ben. Dia meraih telapak tangan Sam, untuk menciumnya. "Pergi sangat jauh."

"Apa kita akan menikah jika aku mau pergi denganmu?" tanya Sam, matanya tidak fokus. Dia juga ragu apakah dia berpikir dengan benar saat ini.

"Tentu, jika itu yang kamu mau," balas Ben. Dia meremas jari-jari Sam.

"Oke!" Sam bersorak. "Kita menikah sekarang?"

"Tidak! Kamu mabuk, dan aku tidak akan menikah dengan gadis yang mabuk setengah mati! Aku tidak mau kamu melupakan apa pun tentangku lagi," jawab Ben.

Sam tidak protes untuk itu. Ben benar, dia tidak ingin melupakan sesuatu sepenting itu. Lagi pula Sam ragu jika dia menikah sekarang, dia bisa mengucap sumpah dengan benar. Mungkin dia harus mengulang sumpah puluhan kali sebulum itu benar. "Jadi apa yang akan kita lakukan? Ini malam yang panas di Vegas."

"Aku berpikir untuk membuatnya lebih panas, jadi aku bisa melepas gaunmu," jawab Ben. "Bagaimana menurutmu?"

"Aku suka itu dan aku suka suaramu, bibir, mata lalu jari-jarimu. Oh ya, dan rambutmu. Apa kamu pikir aku akan menyukai sesuatu yang lain lagi?" ucap Sam.

"Aku harap kamu akan menyukai hati dan cintaku, karena aku berniat memberikannya padamu."

Detik itu Sam yakin otaknya tidak lagi tersisa, itu meleleh dan menguap. Kemudian itu hanya ada sentuhan jari panjang Ben yang mengangkatnya ke kasur. Lalu bibir Ben ada di mana-mana. Sekarang Sam menyesal minum begitu banyak, dia tidak ingin melupakan semua ini saat dia terbangun besok. Dia hanya ingin menangkap waktu dan tidak pernah membiarkan momen ini bergerak lagi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top